Endro Haksara
Akper Kesdam IV/ Diponegoro Semarang

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EFEKTIFITAS PENGATURAN QUICK OF BLOOD (QB) TERHADAP RASIO REDUKSI UREUM PLASMA PADA PASIEN CKD YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG: THE EFFECTIVENESS OF ADMINISTRATION OF QUICK OF BLOOD (QB) ON THE RATIO OF UREUM PLASMA REDUCTION IN CKD PATIENTS TAKING HEMODIALYSIS IN RST DR. SOEDJONO MAGELANG Endro Haksara; Ainnur Rahmanti
JURNAL KEPERAWATAN SISTHANA Vol. 6 No. 1 (2021): Maret : Jurnal Keperawatan Sisthana
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV DIPONEGORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.422 KB) | DOI: 10.55606/sisthana.v6i1.70

Abstract

The main function of the kidneys under normal conditions is to regulate fluids and electrolytes and the acid-base composition of body fluids, remove metabolic wastes that are no longer needed by the body, regulate blood pressure and hormonal function. Chronic Kidney Disease (CKD) is the final stage of chronic kidney failure where GFR <15 ml/min/1.73m2 so that the body fails to maintain metabolism and fluid and electrolyte balance, causing uremia, namely retention of urea and other nitrogenous wastes in the blood (Smeltzer et al. al, 2008; National Kidney Foundation in Kallenbach, et al, 2005). With the increasingly real decline in kidney function or worsening of symptoms of uremia, renal replacement therapy is required for survival, namely dialysis and organ transplantation. There are two methods of dialysis, one of which is Hemodialysis (Potter, 2005; Smelzer, 2008). Cases of chronic kidney failure in the world have increased by more than 50%, in the United States which is a very developed country every year there are about 20 million adults suffering from chronic kidney failure and undergoing hemodialysis in more than 100,000 patients, while in Indonesia, according to the Indonesian Kidney Diatrans Foundation, YDGI), in 2007 there were about 100,000 chronic kidney failure patients but only a few patients were able to undergo hemodialysis. Kidney replacement therapy in Indonesia was started in 1972 in Jakarta (Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital/FKUI), in Bandung in 1976 (Hasan Sadikin Hospital/FK UNPAD).
PENATALAKSANAAN GAYA HIDUP, HERBAL, DAN SCREENING TEKANAN DARAH TERHADAP LANSIA HIPERTENSI Dwi Mulianda; Endro Haksara; Arum Kusuma Andini; Lulu Swastika; Martiyastuti Gandarini; Muhammad Riqza Maulana; Sugiono
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 2 No. 1 (2020): Juni : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.535 KB) | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v2i1.29

Abstract

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang berdampak pada peningkatan angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan. Hipertensi merupakan faktor risiko terhadap kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer, serta penurunan kognitif. Tingkat kontrol tekanan darah tetap buruk dan jauh dari nilai memuaskan di seluruh dunia. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang terintegrasi antara perubahan gaya hidup, pengobatan, dan kontrol tekanan darah untuk menurunkan tekanan darah secara efektif. Kegiatan ini bertujuan agar lansia di Posyandu RW 02 Kelurahan Tambakaji Ngaliyan Semarang dapat mengetahui penatalaksanaan hipertensi. Berdasarkan Evidance Based penatalaksanaan peningkatan tekanan darah dengan upaya pencegahan gaya hidup dan herbal. Hasil pengabdian masyarakat diantaranya adalah lansia yang hadir pada tanggal 15 Desember 2015 sebanyak orang 54 ; Screening tekanan darah 27 orang (50 %) mengalami peningkatan tekanan darah; terdapat peningkatan pengetahuan lansia setelah diberikan pendidikan kesehatan penatalaksanaan gaya hidup dan herbal hipertensi. Lansia Kelurahan Tambakaji Ngaliyan Semarang sudah menerapkan penatalaksanaan hipertensi dalam kehidupan sehari-hari.
PENATALAKSANAAN DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION (DASH), HIDROTERAPI, DAN SENAM HIPERTENSI DI SAAT PANDEMI COVID-19 Dwi Mulianda; Endro Haksara; Arum Kusuma Andini; Lulu Swastika; Martiyastuti Gandarini; Muhammad Riqza Maulana; Sugiono
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 3 No. 1 (2021): Juni : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.702 KB) | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v3i1.35

Abstract

Kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19, sebanyak 1.488 pasien tercatat memiliki penyakit penyerta dan presentase terbanyak diantaranya adalah penyakit hipertensi sebesar 50,5%. Pandemi COVID-19 dapat dijadikan sebagai momentum untuk membudayakan gaya hidup sehat pada hipertensi melalui pendekatan penatalaksanaan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), Hidroterapi, dan Senam Hipertensi. Kegiatan ini bertujuan agar lansia dengan hipertensi di wilayah Jawa Tengah dapat memahami penatalaksanaan DASH, hidroterapi, dan senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah lansia hipertensi. Hasil kegiatan Lansia di beberapa wilayah Jawa Tengah yang hadir dalam acara pengabdian masyarakat sebanyak 10 orang secara terpisah dilakukan screening tekanan darah dengan rata-rata tekanan darah sebesar 159/94 mmHg. Setelah diberikan intervensi penatalaksanaan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), hidroterapi, dan senam hipertensi di saat pandemi covid-19 berjalan lancar, terdapat adanya peningkatan pengetahuan lansia berdasarkan beberapa jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh penyaji materi serta praktik penatalaksanaan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), hidroterapi, dan senam hipertensi yang dilakukan oleh lansia setelah melihat demonstrasi penyaji materi. Evaluasi tekanan darah setelah diberikan intervensi kesehatan tentang penatalaksanaan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), hidroterapi, dan senam hipertensi terdapat penurunan tekanan darah dengan rata-rata tekan darah 129/82 mmHg. Penatalaksanaan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), hidroterapi, dan senam hipertensi dapat diterapkan pada lansia hipertensi dalam kehidupan sehari-hari.
PELATIHAN ANALISIS DATA DENGAN MENGGUNAKAN STATISTIK UNTUK PARA KEPALA RUANGAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT TK.II dr. SOEDJONO MAGELANG Endro Haksara; Margiyati
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 3 No. 1 (2021): Juni : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.489 KB) | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v3i1.37

Abstract

Analisis data adalah suatu proses atau upaya untuk mengolah data menjadi informasi yang baru. Proses ini cukup diperlukan agar karakteristik data bisa menjadi lebih mudah untuk dimengerti dan berguna sebagai solusi untuk suatu permasalahan khususnya kalau itu berkaitan dengan penelitian. teknik analisis data adalah kegiatan analisis di suatu penelitian yang dikerjakan dengan memeriksa seluruh data dari berbagai instrumen penelitian misalnya seperti catatan, kuisioner ,dokumen, hasil tes, rekaman, dan lain sebagainya. Kegiatan ini bisa juga dilakukan agar data lebih mudah dipahami sehingga bisa diperoleh suatu kesimpulan. Dalam proses pelayanan keperawatan di ruangan keperawatan tentunya tidak akan terlepas dari data, baik data asuhan yang ada di rekam medis pasien, data indikator mutu, data sdm, data inventaris, dan data lainya yang memerlukan pengolahan data lebih lanjut agar dapat disajikan dengan mudah.kendala yang dihadapi para Kepala Ruangan rawat inap adalah dalam proses pengolahan data, karena dalam pemrosesan data diperlukan kompetensi khusus yaitu kemampuan analisis data yang belum tentu dimilki oleh seorang kepala ruang rawat inap. Oleh karena itu sangat pelatihan analisis data statistic ini sangat diperlukan bagi para kepala ruangan rawat inap guna peningkatan kompetensi perawat dalam pengolahan data pelayanan keperawatan.
EDUKASI TENTANG SELF MANAGEMENT PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS dr. SOEDJONO MAGELANG Endro Haksara; Ainnur Rahmanti; Adi Irawan; Akas Tri Wicaksono; Dedy Purba Winarto; Gita Indah Lestari; Grenada Nabella Putri
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 2 No. 2 (2020): Desember : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.891 KB) | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v2i2.42

Abstract

PGK merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang reversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindroma klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik (Suwitra, 2009). Gejala sindroma uremia dini ialah gangguan fungsi gastrointestinal. Penderita merasa mual-mual, muntah-muntah dan tidak nafsu makan. Gejala-gejala tersebut diduga akibat timbunan metabolit, antara lain: metilguanidin, asam guanidinosuksinat, asam parahidroksi-fenilasetat, fenol, indol, asam-asam aromatik, dan senyawa-senyawa amin. Metabolit-metabolit tersebut berasal dari degradasi protein (Syaifuddin, 2006). Gejala gastrointestinal yang lain ialah kerusakan epitel dan perdarahan, mulut kering, lidah terasa pahit, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Kerusakan epitel dan gangguan fungsi epitel, diduga karena iritasi oleh timbunan metabolit dan gangguan metabolisme sel-sel- epitel. Gangguaan juga terjadi pada epitel kulit, garukan karena gatal meninggalkan ekskoriasi ditungkai, lengan dan di badan. Rasa gatal diduga akibat timbunan atau endapan kalsium dan ureum di dermis. Gejala kardiovaskuler dapat menyertai PGK, hipertensi, jantung hipertensif, payah jantung kongesif, perikarditis uremik, hemoperikardium, tamponade jantung (Syaifuddin, 2006).
PENGARUH DOSIS HEMODIALISIS TERHADAP KEJADIAN ASCITES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RST dr. SOEDJONO MAGELANG: EFFECT OF HEMODIALYSIS DOSE ON ASCITES EVENT IN CHRONIC RENAL FAILURE PATIENTS TREATING HEMODIALYSIS IN RST dr. SOEDJONO MAGELANG Endro Haksara; Ainnur Rahmanti
JURNAL KEPERAWATAN SISTHANA Vol. 6 No. 2 (2021): September : Jurnal Keperawatan Sisthana
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV DIPONEGORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.548 KB) | DOI: 10.55606/sisthana.v6i2.77

Abstract

Chronic renal failure is a progressive and continuous destruction of kidney structures. Chronic renal failure occurs in susceptible individuals, analgesic nephropathy, destruction of renal papillae associated with daily use of analgesic drugs for years. Whatever the cause, there is a progressive deterioration of kidney function which is characterized by a progressive decrease in the Glomelurus Filter Rate (GFR) (Corwin, 2009). Chronic kidney failure is a failure of kidney function to maintain metabolism and fluid and electrolyte balance due to progressive destruction of kidney structures with manifestations of accumulation of residual metabolites (uremic toxicants) in the blood (Muttaqin & Sari, 2011). as well as electrolytes and acid-base composition of body fluids, removing metabolic wastes that are no longer needed by the body, regulating blood pressure and hormonal function. Chronic Kidney Disease (CKD) is the final stage of chronic kidney failure where GFR <15 ml/min/1.73m2 so that the body fails to maintain metabolism and fluid and electrolyte balance, causing uremia, namely retention of urea and other nitrogenous wastes in the blood (Smeltzer et al. al, 2008; National Kidney Foundation in Kallenbach, et al, 2005). With the increasingly real decline in kidney function or worsening of symptoms of uremia, renal replacement therapy is required for survival, namely dialysis and organ transplantation. There are two methods of dialysis, one of which is Hemodialysis (Potter, 2005; Smelzer, 2008).