Sri Karindah
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Populasi Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) pada beberapa umur tanaman kelapa sawit Bambang Tri Rahardjo; Akhmad Rizali; Ika Putri Utami; Sri Karindah; Retno Dyah Puspitarini; Bandung Sahari
Jurnal Entomologi Indonesia Vol 15 No 1 (2018): Maret
Publisher : Perhimpunan Entomologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.541 KB) | DOI: 10.5994/jei.15.1.31

Abstract

Elaeidobius kamerunicus Faust is an oil palm pollinator insect that lives on the male inflorescence and visits female inflorescence to pollinate due to attracted by its volatile compound. The number of fruit sets of oil palm relates to the population of E. kamerunicus on a plantation. The objective of this study was to investigate the effect of age of oil palm on the population of E. kamerunicus. Field research was conducted in oil palm plantations that located in Pangkalan Lada, Kotawaringin Barat District, in Central Kalimantan. The research method was by measurement of E. camerunicus population on male inflorescences and set up the sticky trap on female inflorescences. Plot with size 7000 m2 (100 trees) was selected on several ages of oil palm i.e. 6, 10 and 16 years. Each plot, the number of male and female inflorescences was counted and some inflorescences were chosen for measurement of E. camerunicus population that was conducted monthly for three months of observation. The results showed that the age of the oil palm affected the population of E. kamerunicus in male inflorescences but not in female inflorescences. The older age of oil palm, the population of E. kamerunicus in male flowers was increasing. The sex ratio of E. kamerunicus found in male and female inflorescences of oil palms tend to female bias. Based on the comparison of E. kamerunicus population between male and female inflorescences on each plot, it was found that visitation value of E. kamerunicus was highest in the young oil palm. In conclusion, increasing age of oil palm trees affected on increasing of E. kamerunicus population in male inflorescences, but visitation value on female inflorescences prone to decline.
KETERTARIKAN PARASITOID Diadegma semiclausum Hellen (HYMENOPTERA: ICHNEUMONIDAE) PADA TANAMAN SAWI DENGAN BERBAGAI PELUKAAN Choirul Mahdianto; Sri Karindah; Toto Himawan
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diadegma semiclausum Hellen (Hymenoptera: Ichneumonidae) adalah salah satu musuh alami Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae). D. semiclausum dilaporkan memberikan respon yang berbeda pada senyawa volatil tanaman Brassicaceae tergantung dari penyebab dikeluarkanya senyawa volatil tersebut. D. semiclausum lebih tertarik pada keberadaan tanaman Brassicaceae dibanding yang tidak terdapat tanaman Brassicaceae, dan lebih tertarik pada tanaman Brassicaceae yang terserang P. xylostella dibandingkan tanaman Brassicaceae yang tidak terserang P. xylostella. D. semiclausum sebagai musuh alami dari P. xylostella diduga mampu membedakan senyawa volatil tanaman yang terserang hama dan yang dilakukan pelukaan mekanis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketertarikan D. semiclausum pada tanaman sawi terserang P. xylostella dibandingkan tanaman dengan pelukaan mekanis dan ketertarikan D. semiclausum pada tanaman yang mengalami pelukaan dibandingkan dengan yang tidak mengalami pelukaan. Penelitian ini dilakukan dengan menguji ketertarikan dari 50 jantan dan 50 betina D. semiclausum terhadap tanaman sawi terserang P. xylostella, tanaman sawi dengan pelukaan mekanis, tanaman sawi tanpa pelukaan, dan perlakuan tanpa tanaman sebagai kontrol. Pengujian menggunakan olfaktometer 4 lengan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa D. semiclausum jantan dan betina sama-sama tertarik pada volatil tanaman sawi. D. semiclausum diketahui lebih tertarik pada tanaman sawi yang terserang P. xylostella dibandingkan tanaman sawi dengan pelukaan mekanis dan lebih tertarik pada keberadaan tanaman sawi dibandingkan yang tidak terdapat tanaman sawi.
PENGARUH TANAMAN PENDAMPING AROMATIK UNTUK MENEKAN POPULASI Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) PADA PERTANAMAN KUBIS BUNGA Brikaryana Brikaryana; Gatot Mudjiono; Sri Karindah
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 5 No. 3 (2017)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penanaman tanaman pendamping adalah strategi dalam peningkatan biodiversitas agroekosistem. Tanaman pendamping secara biokimia mampu menekan/menolak hama datang pada tanaman utama, salah satu jenisnya adalah tanaman aromatik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh tumpang sari dengan tanaman aromatik terhadap perkembangan P. xylostella yang dilaksanakan di Pandanrejo, Bumiaji, Batu. Perlakuan yang digunakan adalah tanaman pendamping selasih, tanaman pendamping kemangi dan tanpa tanaman pendamping. Penerapan tanaman pendamping aromatik tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat populasi telur dan imago P. xylostella. Perlakuan kubis bunga dengan tanaman pendamping aromatik kemangi mampu menurunkan populasi larva pada pengamatan 45 HST dengan intensitas kerusakan terendah. Tingkat serangan P. xylostella paling tinggi pada 38 HST diikuti dengan peningkatan populasi larva dikarenakan tanaman kubis bunga sudah tumbuh maksimal.
PENGARUH SISTEM TUMPANG SARI PADA PERTANAMAN BAWANG MERAH Allium ascolanium L. DENGAN MINT DAN SELEDRI TERHADAP POPULASI Spodoptera exigua H. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Kamella Endras Purnamaratih; Sri Karindah; Gatot Mudjiono
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Spodoptera exigua merupakan salah satu hama yang sering menyebabkan gagal panen pada tanaman bawang merah di dataran rendah Pulau Jawa. Salah satu cara pengendalian yang lebih ramah lingkungan dapat dilakukan dengan penanaman tanaman yang mempunyai sifat repellent (penolak) secara tumpangsari. Oleh karena itu penelitian mengenai pengaruh tumpang sari bawang merah dengan mint dan seledri terhadap S. exigua telah dilakukan di lahan pertanian Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penelitian ini mengamati dan menghitung populasi S. exigua dan intensitas serangan di pertanaman bawang merah. Perlakuan tumpang sari bawang merah dan mint, perlakuan tumpangsari bawang merah dan seledri, perlakuan tumpang sari bawang, mint dan seledri, dan perlakuan monokultur tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap populasi telur, larva dan imago S. exigua. Rerata populasi telur yaitu sebanyak 6,08 butir/tanaman pada pertanaman monokultur; 4,29 butir/tanaman pada tumpang sari bawang merah dan mint; 3,92 butir/tanaman pada tumpangsari bawang merah dan seledri dan 3,67 butir/tanaman pada tumpangsari bawang merah, mint dan seledri. Serangan dengan intensitas paling tinggi terjadi pada pertanaman  monokultur. Tingkat serangan S. exigua pada 28 HST adalah yang tertinggi, karena pada saat tersebut rerata populasi larva mencapai puncaknya.
PENGARUH REFUGIA TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA PADA SAWAH PADI DI DESA SUMBERBANJAR, BLULUK, LAMONGAN Lifatin Nur Ida Lailiyah; Sri Karindah; Gatot Mudjiono
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 7 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan musuh alami dipengaruhi oleh keanekaragaman tanaman pada lahan budidaya, misalnya keberadaan tumbuhan liar. Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh tanaman refugia terhadap diversitas arthropoda dilakukan pada sawah padi desa Sumberbanjar, Bluluk, Lamongan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari tiga perlakuan. Penelitian ini mengamati diversitas arthropoda pada tumbuhan liar (P. oleracea, C. iria, C. rotundus dan E. indica), wijen dan kacang hijau serta padi. Nilai indeks keanekaragaman arthropoda (H’) pada ketiga pertanaman padi yaitu pertanaman padi dengan pematang ditanami wijen dan kacang hijau, pertanaman padi dengan pematang tumbuhan liar dan pertanaman padi dengan pematang dibersihkan mempunyai nilai indeks keanekaragaman yang berfluktuasi. Nilai indeks keanekaragaman arthropoda tertinggi pada semua perlakuan adalah pada 50 HST, yaitu pada pertanaman padi dengan pematang wijen dan kacang hijau, pertanaman padi dengan pematang tumbuhan liar dan pertanaman padi dengan pematang dibersihkan (kontrol) adalah 2,20, 2,02 dan 1,56 yang tergolong keanekaragaman sedang. Nilai indeks keanekaragaman arthropoda pada semua perlakuan mengalami penurunan pada fase generatif. Nilai indeks keanekaragaman arthropoda terus menurun pada semua perlakuan, pada 71 HST nilai indeks keanekaragaman adalah 0 sampai dengan sebelum panen. Sedangkan nilai keseragaman artropoda (E) dari ketiga pertanaman padi tersebut rendah, sehingga tidak ada spesies yang mendominasi pada ketiga pertanaman padi tersebut.
INVENTARISASI HAMA PADA TANAMAN SALAK MADURA Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Ayu Kurnia Puspasari; Retno Dyah Puspitarini; Sri Karindah
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 8 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buah salak Madura yang berasal dari Kabupaten Bangkalan memiliki pemasaran agrowisata yang sukses. Sayangnya, serangan hama menurunkan produksi salak di Bangkalan, Madura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui OPT, gejala kerusakan, dan keparahan penyakit salak Madura. Penelitian dilakukan di tiga petak lahan dengan melakukan observasi dan identifikasi hama umum pada salak. Enam tanaman sampel pada setiap plot ditentukan secara sistematis mengikuti pola garis tanaman. Organ buah salak yang diamati meliputi pelepah daun, daun, bunga, dan buah. Hasil penelitian ditemukan beberapa jenis hama di empat organ tumbuhan salak. Delapan belas kutu putih Pseudococcid (Homoptera), empat ulat penggerek daun salak noctuid (Lepidoptera), dan 31 kutu perisai Diaspidid (Homoptera) ditemukan pada daun. Sementara itu, tiga puluh dua kumbang penggerek bunga salak Curculionid (Coleoptera) terlihat pada bunganya. Enam belas kumbang pemakan buah Nitidulid (Coleoptera), delapan lalat buah Drosophilid (Diptera), dan lima puluh enam rayap isopteran ditemukan pada bagian buah. Selanjutnya, sembilan puluh delapan isopteran rayap juga ditemukan pada pelepah daun. Intensitas kerusakan absolut pada bunga yang disebabkan famili Curculionidae termasuk dalam kategori kecil. Kerusakan absolut pada buah akibat rayap termasuk dalam kategori sedang, sedangkan famili Nitidulidae dan famili Drosophilidae termasuk dalam kategori kecil. Kerusakan tidak mutlak pada pelepah daun akibat rayap termasuk dalam kategori tinggi dan kerusakan tidak absolut pada daun akibat famili Pseudococcidae termasuk dalam kategori kecil. Serangga lain yang ditemukan pada buah salak adalah lalat buah Tephritid (Diptera), pirate bugs anthocorid (Hemiptera), Pseudoscorpio arachnidan, tungau Erythrqeid (Acari), dan tungau Oribatid (Acari).