Permana, Agus
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Buku Muhammad His Life Based on The Earliest Sources Karya Martin Lings: Sebuah Kajian Historiografi Muhammad Irham; Agus Permana
Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah Vol 3, No 2 (2019): Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hm.v3i2.9173

Abstract

The book of “Muhammad: His Life Based on Earliest Sources” was written by Martin Lings, who after converting to Islam got the name Abu Bakar Sirajuddin. Since it was first published in 1983, this book has received many awards and has been translated into 10 languages. This book discusses the biography of the Prophet Muhammad and uses classical sources that are so authoritative from the 2nd century D / 8 M and 3 D / 9 M. This research aims to find out the life history and work of Martin Lings, the contents of the book Muhammad His Life based on the Earliest Sources, and their historiographic analysis. The method used is a historical research method which consists of four stages, namely heuristics (collection of sources), criticism (selection of sources), interpretation (interpretation of data), and historiography (writing of history). Based on research that has been done, it is known that Martin Lings came from England and in 1938 he converted to Islam. He died in 2005 in England. Muhammad's book: His Life Based on Earliest Sources, written by Martin Lings, first published in 1983. This book is divided into 85 parts which can be collected into 4 groups, namely before the birth of the Prophet Muhammad, the life of the Prophet Muhammad in Mecca, the life of the Prophet Muhammad in Medina and Islamic themes. In it, Lings selects the source he uses so he only chooses the earliest source. The style of writing Muhammad His Life's book based on the Earliest Sources by Martin Lings is a type of Sirah included in the biographical tradition in Muslim historiography. The uniqueness that is contained in this book is; the author is a convert to Islam and Sufi, uses authentic sources, written in literary language, and combines socio-cultural analysis with the reading of scriptures and hadith, and also includes stories of miracles.
Perkembangan Lagu Indonesia Raya (Tahun 1928-2009) Febriansyah Pratama Putra; Fajriudin Fajriudin; Agus Permana
Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah Vol 4, No 2 (2020): Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hm.v4i2.9525

Abstract

The Indonesia Raya song is the National Anthem of the Republic of Indonesia, which was created by Wage Rudolf Supratman and is the only song among his many songs that is used as the national anthem. This song was first introduced to the public on October 28, 1928 as a struggle song to unite the nation. The meaning contained in the lyrics of the song is very deep and the melody is made very lively when the song is played. In its development, this song was also sung on various occasions, including when birthdays or weddings with different versions. This happens because there is no mutual agreement in the lyrics and arrangements of the song Indonesia Raya. For this reason, it is necessary to conduct research on the development of the Indonesia Raya Song from 1928 to 2009.
JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana; H. Mawardi; Ading x Ading Kusdiana
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 15, No 2 (2018): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v15i2.3820

Abstract

Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu pertama untuk mengetahui islamisasi di Jawa  dan kedua untuk mengetahui peran habaib di Betawi dalam proses islamisasi pada abad ke 70. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan tahapan kerja pengumpulan data (heuristik), verifikasi (kritik), penafsiran (interpretasi) dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Meski  masih memerlukan pembuktian lebih lanjut, periodisasi masuknya orang Arab di Nusantara dapat dibagi pada tiga periode. Periode pertama adalah abad 9-11 M; periode kedua abad 12-15 dan periode ketiga abad 17-19 M. Pada Abad Ke 20 para habaib ini telah tersebar hamper di seluruh pulau Jawa. Penyebarannya meliputi daerah Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jakarta ada bebrapa habib yang terkenal seperti Habib Kampung Bandan, Habib Jindan, Habib Ali Kwitang, Habib Ali Bugur dan Habib Usman Bun Yahya. di Jawa Barat ada Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thohiral-Haddad, Habib Syarief Muhammad al-Aydrus dan Al-Habib-Muhammad-Bin-Syekh-Bin-Yahya. Di Jawa Tengah dimulai dari Al-Habib Husein bin Muhammad bin Thohir al-Haddad, dan Habib Luthfi. di Jawa Timur pertama  Al-Habib Ja’far bin Syekhan Assegaf, Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih dan Habib Abdul Qadir bin Husein Assegaf
JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 15, No 2 (2018): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v15i2.3583

Abstract

Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu pertama untuk mengetahui islamisasi di Jawa  dan kedua untuk mengetahui peran habaib di Betawi dalam proses islamisasi pada abad ke 70. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan tahapan kerja pengumpulan data (heuristik), verifikasi (kritik), penafsiran (interpretasi) dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islamisasi di Betawi selalu dikaitkan dengan awal penaklukan Betawi oleh Fatahilah sekitar tahun 1527 M. Akan Tetapi beberapa pengamat belakangan mengkritisi teori tersebut dan menyatakan bahwa Islamisasi di Betawi lebih tepat bila dikaitkan dengan ulama seperti Syekh Quro (Karawang), Datuk Ibrahim (Condet), Datu Biru (Jatinegara), Dato Tonggara (Cililitan), Mak Datu Tanjung Kait (Tangerang), Kumpi Datu (Depok). Dari penelitian ini juga diketahui bahwa pada abad ke 20 penyebaran dakwah Islam  di Jawa  semakin pesat dengan kedatangan para habaib dari Hadramaut. Eksistensi habaib di Jawa ini pada khirnya melahirkan jaringan habaib yang dibentuk baik secara geneologi, tradisi, organisasi, maupun peran dati tarekat alawiyah termasuk di dalamnya jaringan Rabithah alawiyah yang berdiri pada awal abad ke 20..
DALUANG SEBAGAI ALAS TULIS DALAM PROSES PENYEBARAN ISLAM DI NUSANTARA Agus Permana; Mardani -
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 14, No 2 (2017): al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v14i2.1996

Abstract

Penelitian ini memaparkan tentang kertas daluang dengan berbagai aspeknya yang meliputi tentang asal-usul, ragam aksara, alat dan alas tulis dan peranan umat Islam dalam memanfaatkan daluang sebagai bahan dasar penulisan naskah keislaman nusantara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan metode penelitian arkeologis dengan tahapan-tahapan kerja: pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan rekonstuksi budaya dan pelaporan serta publikasi hasil penelitian. Dari penelitian ini bisa ditarik kesimpulan bahwa kertas daluang telah berperan sangat penting dalam proses penyebaran Islam Nusantara yaitu melalui pemanfaatannya sebagai alas tulis dalam karya-karya intelektual Islam Nusatara. Naskah-naskah Keislaman yang berbahan alas tulis daluang ini banyak tersimpan di lembaga-lembaga preservasi naskah baik ditingkat nasional maupun di daerah-daerah. Teknik pembuatan kertas daluang secara tradisional pun masih bisa dilacak sampai hari ini terutama di kabupaten Garut provinsi Jawa Barat.
HABAIB DALAM PETA POLITIK INDONESIA Mawardi Mawardi; Agus Permana
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 19, No 1 (2022): AL-TSAQAFA : JURNAL ILMIAH PERADABAN ISLAM
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v19i1.18613

Abstract

Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu pertama untuk mengetahui bagaimana peran politik Habaib di Kontes Perpolitikan Indonesia dan untuk mengungkap bagaimana kiprah sosial politik Habaib di Indonesia.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan tahapan kerja pengumpulan data (heuristik), verifikasi (kritik), penafsiran (interpretasi) dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa meski  masih memerlukan pembuktian lebih lanjut, para habaib di Nusantara sudah mulai menunjukkan kiprahnya bukan hanya pada proses islamisasi dan dakwah Islam saja tetapi juga masuk ke wilayah politik, pada masa kolonial ada bebarapa habaib yang menjadi motor gerakan kemerdekaan bahkan pernah mendirikan Partai Arab Indonesia (PAI). Pada masa kemerdekaan keterlibatan mereka dalam bidang sosial dan politik dimulai dari aktivitas di organisasi sosial keagamaan, gerakan-gerakan sosial, mejadi aktivis di partai politik, menjadi anggota parlemen baik di DPD maupun DPR dan terakhir menduduki jabatan politik seperti menteri, atau kepala daerah.
Problematika dan Prospek Hubungan Antarumat Beragama di Indonesia Masa Orde Baru Agus Permana
Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah Vol 6, No 2 (2022): Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hm.v6i2.21147

Abstract

 The objective of this article is to reconstruct the political policies of the New Order government regarding inter-religious relations in Indonesia, particularly in chiming with the relationship between religious communities and the government during 1966-1998. The method applied in this research is the historical method with research steps, namely, source collection (heuristic), source analysis (criticism), interpretation and historiography). The results of the study reveal that in general the New Order government in the period 1966-1998 took a two-way policy towards the religious community, namely on the one hand developing religious life in rituals and avoiding the religious community from political discourse. From this policy, the term “Tri Kerukunan” (Tri Harmony) emerges. which indicates a tripartite relationship between religious adherents, internal religious communities, people, and the government which is more dominated by a discourse on the relationship between Muslims and the government or the state. At the level of ideological-political policies related to inter-religious relations, the government develops exclusive and centralistic policies. Meanwhile, at the socio-religious level, since the beginning, the government has developed quite pluralist policies. This pluralist tendency can be seen from the participation of extra-state elements in policy formulation. Thus the format of government policies regarding inter-religious relations is not merely religious but is framed with macro policies, especially in the fields of politics and ideology.