Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Potensi Usaha Perikanan di Desa Kecamatan Bantargadung Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat Sukma Budi Prasetyati; Nur Baety Alifiani; Lenny S Syafei; Sobariah Sobariah
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 13, No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v13i1.120

Abstract

Proses atau wadah pembelajaran bagi pelaku usaha maupun pelaku utama yang disebut dengan penyuluhan tidak pernah terlepas dari media yang berkaitan dengan teknologi. Media berperan untuk memperoleh data berupa data geografis maupun informasi yang bersifat umum maupun khusus. Media juga yang berperan penting dalam penyampaian inovasi mengenai teknologi dalam bidang perikanan. Adanya perkembangan teknologi, tentunya memudahkan pengumpulan data dan informasi yang berguna bagi kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan. Kecamatan Bantargadung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari tujuh desa yaitu Limusnunggal, Buanajaya, Bojonggaling, Bantargebang, Bantargadung, Mangunjaya, Boyongsari. Kecamatan Bantargadung memiliki potensi perikanan di bidang pengolahan ikan pindang dan budidaya dengan komoditas utama ikan lele dan nila. Karenanya metoda penelitian ini adalah mengumpulkan, mengolah serta menyusun data perikanan dan menganalisis permasalahan perikanan di Kecamatan Bantargadung. Penelitian ini  dilaksanakan pada tanggal 1-30 November 2018 di Kecamatan Bantargadung. Penentuan sampel menggunakan Rumus Slovin dengan persentase error 20%. Pengumpulan data sekunder dan primer menggunakan dua metode yaitu dengan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi langsung ke lapangan. Kecamatan Bantargadung memiliki tujuh desa dengan dua desa yang saat ini kegiatan perikanannya sudah berkembang. Potensi perikanan yang mungkin untuk dikembangkan adalah Pengolahan Ikan Pindang serta budidaya ikan air tawar.
ANALISIS ADOPSI TEKNOLOGI PEMBUATAN PETIS DARI LIMBAH PENGOLAHAN PINDANG DI KABUPATEN SUKABUMI Sukma Budi Prasetyati; Aef Permadi; Andin H Taryoto
PELAGICUS Volume 2 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/plgc.v2i2.8874

Abstract

ABSTRAKAdopsi dalam proses penyuluhan adalah penerimaan responden terhadap inovasi teknologi yang diberikan melalui kegiatan penyuluhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara variabel karakteristik inovasi (X1); karakteristik pengolah pindang (X2); serta metode pelatihan dan kunjungan (X3) terhadap tingkat adopsi inovasi teknologi pembuatan petis (Y) pada pengolah pindang. Jumlah responden yang diamati adalah 41 orang. Analisis deskriptif digunakan sebagai metode analisis. Selain itu juga digunakan analisis korelasional rank-spearman dan uji z untuk menentukan signifikansi hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi variabel X1 dan Y adalah 0, 640 yang berarti kuat, signifikan dan searah; nilai koefisien korelasi variabel X2 dan Y adalah 0,358 yang berarti rendah, signifikan dan searah; dan nilai koefisien korelasi variabel X3 dan Y adalah 0,578 yang berarti cukup kuat, signifikan dan searah. Berdasarkan analisis usaha diketahui bahwa produk petis memberikan tambahan pendapatan bagi pengolah pindang. ABSTRACTAdoption in the extension learning process is a changing of knowledge, attitude, or skill after received innovation technology from extension agent. The aims of this research were knowing the correlation between innovation characteristic (X1); potential users characteristic (X2); training and visit method (X3) to the innovation adoption rate of pindang processors (Y). Observed respondents were 41. The data analysis method that was used were descriptive analysis; correlation rank spearman analysis, and z-test to determine correlation significance between the variables. The results showed that the correlation coefficient value between X1 and Y was 0,640 which mean high, significant, and positive; the correlation coefficient value between X2 and Y was 0,358 which mean low, significant, positive; and the correlation coefficient value between X3 and Y was 0,578 which mean moderate high, significant, positive. According to business analysis, petis has been giving additional revenue for pindang processors.
Pengaruh Penambahan Arang Aktif Terhadap Mutu Sabun Mandi Cair Rumput Laut (Gracilaria sp.) Anasri Tanjung; Sukma Budi Prasetyati; Ade Kusuma Wardani; Rahmat Surya Hadi Saputra
PELAGICUS Volume 1 Nomor 1 Januari 2020
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.599 KB) | DOI: 10.15578/plgc.v1i1.8651

Abstract

Sabun merupakan molekul organik yang terdiri dari dua gugus yaitu gugus polar dan non polar. Formulasi penambahan arang aktif pada sabun mandi cair dipercaya dapat menyerap dan mengangkat kotoran dari permukaan sampai ke dalam pori-pori. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan pembuatan sabun mandi cair rumput laut dengan penambahan arang aktif, serta melakukan pengujian mutu sabun mandi cair rumput laut yang meliputi pengujian organoleptik, pH, kadar logam merkuri, viskositas dan stabilitas busa. Penelitian dilakukan dari tanggal 11 Maret 2019 sampai dengan 29 Juni 2019 di PT. Rumah Rumput Laut Bogor, dengan bahan baku rumput laut diambil dari Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan perlakuan penambahan dan tanpa penambahan arang aktif. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan statistik untuk mencari nilai rata-rata. Formulasi bahan dalam pembuatan sabun mandi cair rumput laut adalah TEA dan setil alkohol 2.08%, EDTA, sodium klorida dan penoxyetanol 0.98%, gliserin dan VCO 3,47%, esensial oil 0.58%, bubur 23.16%, asam sitrat dan arang aktif 2.32%, aquades 50.96%, KOH 1.97% dan minyak jarak 4.63%. Pengujian mutu yang dilakukan pada sabun mandi cair rumput laut pada laboratorium dengan penambahan arang aktif adalah pH sebesar 9.44, tidak ditemukannya logam merkuri, viskositas sebesar 424 cPs, stabilitas busa sebesar 78.95% dan nilai kesukaan terhadap warna, aroma, kekentalan, jumlah busa, kesan licin, kesan lembut yang ditinggalkan sebesar 6 (suka) dari skala 1 sampai dengan 7.
Karakteristik Mutu Fisik dan Hedonik Serbuk Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) Devi Wulansari; Sukma Budi Prasetyati; Susi Ratnaningtyas; Anasri Anasri; Nurur Rahmah Holis
PELAGICUS Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/plgc.v3i1.10642

Abstract

Albumin berperan penting mengatur tekanan darah dalam pembuluh darah dan menjaga cairan yang terdapat dalam pembuluh darah tidak bocor ke jaringan tubuh sekitarnya. Ikan gabus mengandung albumin lebih banyak daripada ikan jenis lain. Stabilitas sediaan dalam bentuk cair cenderung kurang baik, tidak efisien, rasa obat yang tidak menyenangkan atau tidak enak dan menyebabkan penurunan mutu yang lebih besar dikarenakan mudahnya perkembangbiakan bakteri sehingga nilai nutrisinya menurun. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu yaitu dengan cara menyerbukan ekstrak ikan gabus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik mutu fisik dan hedonik pada serbuk ekstrak ikan gabus dengan bahan pengisi laktosa pada konsentrasi yang berbeda. Ekstrak ikan gabus dikeringkan menggunakan laktosa dengan 2 kelompok konsentrasi A (25%) dan B (20%). Proses pengeringan dengan cara pendinginan dilakukan pada suhu 10˚C hingga kering. Pengujian yang dilakukan antara lain kadar albumin, uji waktu alir, uji sudut diam dan uji hedonik. Kadar albumin tertinggi terdapat pada kelompok A  sebesar 0,207 mg/ml. Hasil uji waktu alir dan sudut diam menunjukan bahwa kelompok B memenuhi syarat granul dengan skor uji waktu alir sebesar 4.64 detik dan uji sudut diam sebesar 39,35˚. Uji hedonik menunjukkan kelompok A lebih disukai oleh panelis. Kelompok dengan konsentrasi ekstrak 25% memiliki karakter mutu yang lebih baik namun perlu perbaikan formulasi untuk meningkatkan kualitas mutu fisik produk.
Preliminary Economic Potential Evaluation of Seaweed Gracilaria sp. Biomass Waste as Bioindustry Feedstock Through a Biorefinery Approach: A Case Study in Karawang, Indonesia Muhammad Fadhlullah; Sukma Budi Prasetyati; Imam Pudoli; Calvin Lo
3BIO: Journal of Biological Science, Technology and Management Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/3bio.2022.4.1.6

Abstract

Seaweed processing usually produces biomass waste from unused and rejected materials, which have economic potential due to their bioactive components. This preliminary study aims to evaluate the economic potential of seaweed biomass waste through a biorefinery approach. Seaweed Gracilaria sp. biomass waste samples were collected from a representative seaweed production unit in Karawang, Indonesia, and their biochemical composition was analyzed. Relevant information related to seaweed biomass waste was gathered. The preliminary economic evaluation was assessed from the gross revenue of the proposed products, based on the assumed annual seaweed biomass waste productivity, biochemical composition, and estimated market price of the products. The present study revealed that the dry weight of Gracilaria sp. biomass waste contains 63.2% carbohydrates, 13.6% proteins, 1.6% lipids, and 21.5% ashes. Heavy metals were detected in the biomass waste, although no pigments were detected. This study estimates that 52 metric tons/year of Gracilaria sp. biomass waste could generate amino acids, fatty acids, lipids, carbohydrates, and minerals with potential gross revenue of ± USD 222,924.6/year. This study suggests that Gracilaria sp. biomass waste could be potentially used as feedstock to improve its economic value for bioindustry purposes.  
Penyuluhan Perikanan pada Masa Pandemi COVID-19, Studi Kasus di UPT BRPPUPP Palembang Hendy Dwi Setiawan; Sukma Budi Prasetyati
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v15i2.257

Abstract

Kinerja penyuluh perikanan terdampak pandemi COVID-19, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak tersebut terlihat terutama pada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat kontak fisik dan pengumpulan massa dalam jumlah banyak. Kondisi pandemi COVID-19 ini masih belum dapat diprediksi hingga kapan berakhirnya. Fungsi penyuluh sebagai katalisator bagi upaya pembangunan perekonomian khususnya pelaku utama perikanan maka penyuluh perikanan harus memiliki strategi yang adaptif dalam pelaksanaan tugasnya selama pandemi COVID-19. Salah satu strategi tersebut adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini berkembang sangat pesat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi dan karakteristik pelaksanaan penyuluhan perikanan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal pada masa pandemi COVID-19. Desain penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif kualitatif sebab informasi yang terkumpul nantinya dianalisis secara kualitatif. Metode pengumpulan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik quota sampling. Narasumber yang menjadi sampel dalam pelaksanaan survei adalah penyuluh perikanan yang berjumlah 140 orang. Penyuluh perikanan masih tetap beraktivitas menjalankan tugas pada masa pandemi dengan protokol kesehatan yang ketat, walaupun dengan intensitas yang relatif menurun sejak awal pandemi hingga sekarang. Karakteristik penyuluh perikanan dalam melaksanakan tugas masih bervariasi; sebagian masih bekerja dengan bertatap muka langsung secara fisik; dan sebagian sudah menerapkan Work from Home (WFH). Data penelitian menunjukkan kondisi penyuluh yang pernah mengalami gejala mirip pasien COVID-19 sebanyak 25,71 persen dan terkonfirmasi reaktif atau positif terpapar infeksi virus COVID-19 sebanyak 24,29 persen. Strategi dan metode penyuluhan perikanan dilakukan secara luring dan daring dengan protokol kesehatan yang ketat dan penggunaan beragam produk teknologi komunikasi.
Utilitization Of Catfish Bone Gelatin (Pangasius Sp.) In Marshmallow Products Catur Pramono Adi; Sukma Budi Prasetyati; Elvi Andriani Br Sebayang; Aripudin Aripudin
Barakuda'45 Vol 4 No 2 (2022): Edisi November
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47685/barakuda45.v4i2.266

Abstract

To take advantage of the by-product of catfish bone, gelatin is made as a value added of the by-product of the fishery industry, because Gelatin using sapa bovine fish bone has the same characteristics as catfish bone gelatin. Gelatin is the main ingredient in the manufacture of marshmallows to improve texture and ebilite. The purpose of this study was to determine the panelists' preference for marshmallows with the addition of catfish bone gelatin into marshmallows and to conduct chemical quality tests (water content and ash content) on catfish bone gelatin marshmallows. The method used is descriptive method, the results of this study are marshmallow hedonic testing with the highest appearance parameter value found in the sample F2 = 7.54, namely the addition of 0.93 gram catfish bone gelatin. From the parameters of taste, aroma, and texture, the highest value was found in sample F3 with the addition of 1.16 gram catfish bone gelatin to get a taste parameter value of 7.72, an aroma parameter value of 7.52, and a texture parameter value of 7.66. In chemical testing, all samples met the standard of SNI 3547.2-2008 soft confectionery. In the water content parameter, the highest value was found in sample F2 of 11.85% with a maximum limit of SNI 3547.2-2008 soft confectionery 20.0%. In the ash content parameter, the highest value is found in the F2 sample of 0.455% with a maximum limit of 3.0%. In the protein parameter, the protein test was taken from the best sample of sensory test results, namely marshmallow with the addition of 1.17gram catfish gelatin and 2.34gram beef gelatin with a protein content test result of 0.315%