Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengaruh Penambahan Gracilaria sp. terhadap Mutu Sosis Ikan Bandeng (Chanos chanos) Aef Permadi; Devi Wulansari; Anasri Tanjung; Aripudin Aripudin
PELAGICUS Volume 1 Nomor 2 Mei 2020
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.795 KB) | DOI: 10.15578/plgc.v1i2.8884

Abstract

Sosis ikan mengandung protein tinggi yang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan anak. Sosis ikan dapat dikombinasikan dengan sumber gizi lain untuk meningkatkan nilai gizinya. Penambahan Gracilaria sp. dalam pembuatan sosis ikan bandeng dapat meningkatkan nilai gizi dan kandungan serat pangannya (dietary fiber).  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bubur Gracilaria sp. dan daging ikan bandeng yang disukai panelis, dan pengaruh penambahan konsentrasi bubur Gracilaria sp. terhadap kadar proksimat dan zat besi pada sosis ikan bandeng.  Objek penelitian dibagi menjadi 2 (dua) kelompok percobaan yaitu: A0,  kelompok kontrol (sosis ikan bandeng tanpa penambahan bubur Gracilaria sp.) dan A1, kelompok sosis ikan bandeng dengan penambahan bubur Gracilaria sp. Penambahan bubur Gracilaria sp. sebanyak 1 : 8 (70 g : 580 g) dari berat lumatan daging ikan menghasilkan produk yang disukai oleh panelis dengan penambahan bubur Gracilaria sp. dapat meningkatkan nilai tekstur dan gel forming ability, serta dapat meningkatkan kadar serat pada sosis, namun mempengaruhi penurunan kadar protein dan lemak.
PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI TEPUNG TULANG IKAN PATIN (Pangasius sp) TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN DAN KARAKTERISTIK MUTU ROTI TAWAR Iman Mukhaimin; Aripudin Aripudin; Martha Evelina Silaban
Aurelia Journal Vol 4, No 1 (2022): April
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/aj.v4i1.10995

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh penambahan konsentrasi tepung tulang ikan patin terhadap tingkat penerimaan konsumen dan karakteristik mutu roti tawar Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu pembuatan tepung tulang patin, pembuatan roti tawar dengan 4 perlakuan berbeda yaitu penambahan tepung tulang patin 0% (A1), 2,5% (A2), 5% (A3), dan 7,5% (A4) dan pengujian tingkat penerimaan konsumen dengan uji hedonik menggunakan 25 panelis terlatih, dan  pengujian karakteristik mutu roti tawar terdiri dari uji proksimat (kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat) dan uji angka lempeng total (ALT). Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil analisis uji Friedman pada sampel dengan penambahan tepung tulang ikan patin pada roti tawar berpengaruh terhadap tingkat penerimaan panelis untuk parameter aroma, rasa dan tekstur (p<0,05). Tingkat penerimaan panelis tertinggi 7,71 didapatkan oleh roti tawar dengan perlakuan penambahan tepung tulang ikan patin sebanyak 2,5%(A2) dengan karakteristik mutu kadar air sebesar 17,76%, kadar abu sebesar 2,54%, kadar protein sebesar 12,15%, kadar lemak sebesar 2,52%, dan kadar karbohidrat sebesar 65,03% dan ALT sebesar 4,2 x 102 CFU/g. Roti tawar dengan perlakuan penambahan tepung tulang ikan patin sebanyak 2,5%(A2) telah sesuai dengan SNI 01-3840-1995.
Pengaruh Penambahan Edible Coating Kitosan Rajungan (Portunus pelagicus) Terhadap Sensori Dodol Betawi Pola Panjaitan; Reva Fiani; Aripudin Aripudin; Catur Pramono Adi; Liliek Soeprijadi
Jurnal Airaha Vol 9 No 02: December 2020
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.222 KB) | DOI: 10.15578/ja.v9i02.187

Abstract

The research objective was to determine the effect of the edible coating of crab chitosan on the sensory quality of Betawi dodol. The process of making crab chitosan edible coating starts from mixing chitosan, 1% acetic acid, and glycerol, immersing dodol into edible coating solution, and storage. Edible coating with a concentration of 4% chitosan (K3) can maintain appearance and texture values ​​until day 12 and aroma until day 16, longer than K0 and K1 treatments can only maintain appearance and texture values ​​until day 4 and aroma until the 8th day and K2 which can maintain the appearance and texture values ​​until the 8th day and the aroma until the 12th day and there is no difference in the taste values ​​in the three treatments. Based on the Friedman test, the parameters of appearance, aroma, and texture have a sig. <0.05 so that H1 is accepted and H0 is rejected, which means that the difference in chitosan concentration has a significant effect. Meanwhile, the Friedman taste test has a sig.> 0.05 so that H0 is accepted and H1 is rejected, which means that the difference in chitosan concentration does not have a significant effect.
Utilitization Of Catfish Bone Gelatin (Pangasius Sp.) In Marshmallow Products Catur Pramono Adi; Sukma Budi Prasetyati; Elvi Andriani Br Sebayang; Aripudin Aripudin
Barakuda'45 Vol 4 No 2 (2022): Edisi November
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47685/barakuda45.v4i2.266

Abstract

To take advantage of the by-product of catfish bone, gelatin is made as a value added of the by-product of the fishery industry, because Gelatin using sapa bovine fish bone has the same characteristics as catfish bone gelatin. Gelatin is the main ingredient in the manufacture of marshmallows to improve texture and ebilite. The purpose of this study was to determine the panelists' preference for marshmallows with the addition of catfish bone gelatin into marshmallows and to conduct chemical quality tests (water content and ash content) on catfish bone gelatin marshmallows. The method used is descriptive method, the results of this study are marshmallow hedonic testing with the highest appearance parameter value found in the sample F2 = 7.54, namely the addition of 0.93 gram catfish bone gelatin. From the parameters of taste, aroma, and texture, the highest value was found in sample F3 with the addition of 1.16 gram catfish bone gelatin to get a taste parameter value of 7.72, an aroma parameter value of 7.52, and a texture parameter value of 7.66. In chemical testing, all samples met the standard of SNI 3547.2-2008 soft confectionery. In the water content parameter, the highest value was found in sample F2 of 11.85% with a maximum limit of SNI 3547.2-2008 soft confectionery 20.0%. In the ash content parameter, the highest value is found in the F2 sample of 0.455% with a maximum limit of 3.0%. In the protein parameter, the protein test was taken from the best sample of sensory test results, namely marshmallow with the addition of 1.17gram catfish gelatin and 2.34gram beef gelatin with a protein content test result of 0.315%
PEMBUATAN RENGGINANG SINGKONG DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG RUMPUT LAUT (Ulva Lactuca) Pola S.T Panjaitan; Catur Pramono Adi; Aripudin Aripudin; Suratna Suratna; Ida Romawati
Grouper: Fisheries Scientific Journal Vol 14, No 1 (2023): Grouper : Jurnal Ilmiah Perikanan
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/grouper.v14i1.125

Abstract

Dalam pembuatan rengginang tidak ada penambahan zat gizi sehingga kandungan nutrisi di rengginang itu rendah, salah satunya kandungan protein. Maka dari itu dengan adanya potensi rumput laut ulva lactuca dapat dimanfaatkan sebagai upaya meningkatkan kandungan gizi protein rengginang singkong. Tujuan pada penelitian ini yaitu:Mengetahui cara pembuatan rengginang singkong dengan penambahan tepungrumput laut ulva lactuca; Mengetahui pengaruh penambahan tepung rumput laut ulva lactuca terhadap mutu hedonik rengginang singkong; dan Mengetahui pengaruh kandungan proksimat pada rengginang singkong dengan penambahan tepung rumput laut ulva lactuca.F1 dengan penambahan tepung rumput laut 10%, F2 dengan penambahan tepung rumput laut 12,5%, dan F3 dengan penambahan tepung rumput laut 15% pada parameter kenampakan, aroma, rasa dan tekstur. Pada mutu kimia perlakuan F1 dengan perlakuan F0 yang tidak ada penamabahan tepung rumput laut ulva lactuca menunujukkan adanya penurunan kadar air sebesar 4,55% berarti pada perlakuan F1 telah memenuhi Standar mutu BSN 1999 yaitu dengan kadar air maksimal 11 g dan 1,47% kenaikan kadar protein pada perlakuan F1. Dengan kadar air 10,14% dan kadar protein 1,47% pada perlakuan F1 yang berarti perlakuan F1 telah memenuhi standar BSN 1999 yaitu dengan kadar protein maksimal 6 g.
PERTUMBUHAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) PADA FILTER AIR YANG BERBEDA TAUFIK HADI RAML; ARIPUDIN ARIPUDIN; CATUR PRAMONO ADI; PUSPA AMELIA PUTRI SANTIKA
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 3 No. 2 (2023)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v3i2.2411

Abstract

Water quality problems in the rearing medium can decrease due to activities carried out by fish such as leftover feed and fish feces that settle to the bottom of the water. to overcome the problem, it may be necessary to use technology that can support fish productivity. According to Suandi (2009), the aquaculture recirculation system in fish farming with filtration technology in fish farming is one effort that can be used to overcome the decline in water quality. The use of this system has the advantages of using little water, relatively small land or space requirements, ease of controlling, maintaining and maintaining water temperature and quality. Apart from using a recirculation system, the use of filters to improve water quality is also mandatory. The filters used are zeolite, ginger coral and pumice. This research was conducted to determine the growth rate of carp (Cyprinus carpio) using different water filters, and to find out the problems in goldfish (Cyprinus carpio) cultivation with different water filters. The results obtained from the observation that the use of different water filters provide different growth rates and fish survival. In this observation, the best growth rate for carp was obtained in the P3 treatment using pumice water filter media. Whereas good goldfish survival was obtained in the P2 treatment using ginger coral filter media. The problem in observing during rearing is the high mortality rate in the first week of rearing. ABSTRAKPermasalahan kualitas air pada media pemeliharaan dapat terjadinya penurunan disebabkan karena aktifitas yang dilakukan oleh ikan seperti sisa pakan dan juga sisa feses ikan  yang mengendap di dasar air. untuk mengatasi permasalahan dapat diperlukan penggunaan teknologi yang dapat menunjang produktifitas ikan. Menurut Suandi (2009), Sistem reskulasi budidaya pada budidaya ikan dengan teknologi filtrasi dalam budidaya ikan merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi penurunan kualitas air. penggunaan sistem ini memiliki kelebihan yaitu penggunaan air yang sedikit,kebutuhan lahan atau ruang relatif kecil, kemudahan dalam mengendalikan,memelihara dan mempertahankan suhu serta kualitas air. Selain menggunakan system resirkulasi, penggunaan filter untuk perbaikan kualitas air juga wajib dilakukan. Filter yang digunakan adalah zeolite, karang jahe dan batu apung.  Penelitian ini dilakukan untuk Mengetahui Laju pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio) dengan menggunakan filter air yang berbeda, dan Mengetahui permasalahan pada budidaya ikan mas (Cyprinus carpio) dengan filter air yang berbeda. Hasil yang diperoleh dari pengamatan yaitu, dengan penggunaan filter air yang berbeda memberikan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang berbeda. Pada pengamatan ini, laju pertumbuhan yang terbaik untuk ikan mas di peroleh pada perlakuan P3 yang menggunakan media filter air batu apung. Sedangkan untuk kelangsungan hidup ikan mas yang bagus diperoleh pada perlakuan P2 yang menggunakan media filter karang jahe. Permasalahan dalam pengamatan selama pemeliharaan yaitu besarnya mortalitas pada minggu pertama pemeliharaan.
PEMBUATAN RENGGINANG SINGKONG DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG RUMPUT LAUT (Ulva Lactuca) Pola S.T Panjaitan; Catur Pramono Adi; Aripudin Aripudin; Suratna Suratna; Ida Romawati
Grouper: Jurnal Ilmiah Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Vol. 14 No. 1 (2023): Grouper : Jurnal Ilmiah Perikanan
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/grouper.v14i1.125

Abstract

Dalam pembuatan rengginang tidak ada penambahan zat gizi sehingga kandungan nutrisi di rengginang itu rendah, salah satunya kandungan protein. Maka dari itu dengan adanya potensi rumput laut ulva lactuca dapat dimanfaatkan sebagai upaya meningkatkan kandungan gizi protein rengginang singkong. Tujuan pada penelitian ini yaitu:Mengetahui cara pembuatan rengginang singkong dengan penambahan tepungrumput laut ulva lactuca; Mengetahui pengaruh penambahan tepung rumput laut ulva lactuca terhadap mutu hedonik rengginang singkong; dan Mengetahui pengaruh kandungan proksimat pada rengginang singkong dengan penambahan tepung rumput laut ulva lactuca.F1 dengan penambahan tepung rumput laut 10%, F2 dengan penambahan tepung rumput laut 12,5%, dan F3 dengan penambahan tepung rumput laut 15% pada parameter kenampakan, aroma, rasa dan tekstur. Pada mutu kimia perlakuan F1 dengan perlakuan F0 yang tidak ada penamabahan tepung rumput laut ulva lactuca menunujukkan adanya penurunan kadar air sebesar 4,55% berarti pada perlakuan F1 telah memenuhi Standar mutu BSN 1999 yaitu dengan kadar air maksimal 11 g dan 1,47% kenaikan kadar protein pada perlakuan F1. Dengan kadar air 10,14% dan kadar protein 1,47% pada perlakuan F1 yang berarti perlakuan F1 telah memenuhi standar BSN 1999 yaitu dengan kadar protein maksimal 6 g.
TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU TIKUS (CROMILEPTES ALTIVELIS) DI UD. SUMBER KERAPU SEJATI KABUPATEN SITUBONDO CATUR PRAMONO ADI; RIZA TRIANZAH; ARIPUDIN ARIPUDIN
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 3 No. 4 (2023)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v3i4.2637

Abstract

Several other factors that influence the growth of grouper are the amount of feed, feeding time, type of feed and protein content in the feed. The grouper's digestive system has not been able to absorb more nutrients in feed to support its growth, so it is suspected that the cause of supporting the grouper's growth is quite slow. The objectives of this research activity are: 1). To find out about management of rat grouper rearing. 2). To determine the appropriate stocking density to produce optimum grouper fish in the UD.Sumber Kerapu Sejati KJA. The research results show that: 1). Management of grouper rearing management at UD. Sumber Grouper by feeding with a frequency of 2 times a day are given pellets and rubbish starting from the beginning when they enter the net with a size of 10 cm. 2). The optimum stocking density in a net measuring 3 m x 6 m is 11 fish/m², so 11 fish can be filled in 1 m net, while in a 3 m x 3 m net, it is the same as 11 fish/m², so 1 meter net can be filled with 11 fish. ABSTRAKBeberapa faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu tikus yaitu jumlah pakan, waktu pemberian pakan, jenis pakan dan kandungan protein pada pakan. System pencernaan ikan kerapu belum mampu menyerap nutrisi pada pakan yang lebih banyak untuk menunjang pertumbuhannya, sehingga diduga penyebab menunjang pertumbuhan ikan kerapu menjadi cukup lambat.Tujuan dilakukannya kegiatan penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui Manajemen pengelolaan pembesaran ikan kerapu tikus. 2). Untuk mengetahui jumlah padat tebar yang sesuai untuk menghasilkan optimum ikan kerapu tikus di KJA UD.Sumber Kerapu Sejati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). manajemen pengelolaaan pembesaran ikan kerapu tikus di UD. Sumber Kerapu dengan melakukan pemberian pakan dengan frekuensi 2 kali dalam sehari di beri pakan pelet dan rucah mulai dari awal mula masuk kedalam jaring dengan ukuran 10 cm. 2). Padat tebar optimum pada jaring yang berukuran 3 m x 6 m yaitu 11ekor/m² jadi dalam 1 m jaring bisa di isi 11ekor sedangkan jaring yang berukuran 3 m x 3 m yaitu sama 11ekor/m² jadi dalam 1 meter jaring bisa di isi 11 ekor.