Asep Mulyana
Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDROME DI SLB YAYASAN BAHAGIA KOTA TASIKMALAYA Septiandi Eka Darusman; Asep Mulyana; Ani Anjali
JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN Vol 4, No 2 (2020): JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : LPPM Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54440/jmk.v4i2.107

Abstract

Down Syndrome merupakan suatu kondisi dimana adanya kelainan genetik yang dibawa sejak lahir, orang dengan down syndrome akan menghasilkan 3 kromosom 21 akibatnya orang yang harusnya memiliki 46 kromosom menjadi memiliki 47 kromosom tidak seperti lazimnya sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan keterbelakangan perkembangan mental dan fisik. Orang yang mengalami down syndrome cenderung selalu membutuhkan bantuan dari orang lain tetapi tidak menutup kemungkinan orang dengan down syndrome dapat hidup mandiri dan memiliki bakat juga kelebihan. Salah satu foktor yang dapat mempengaruhi kemandirian tersebut yaitu pola asuh otoritatif orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh otoritatif orang tua dengan tingkat kemandirian anak down syndrome di SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya tahun 2020. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 37 orang tua murid down syndrome dengan teknik sampel yang digunakan adalah total sampling. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Analisa data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan tingkat kemandirian anak down syndrome dengan p Value lebih kecil dari pada nilai ? (0,000 < 0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,782. Berdasarkan hasil penelitian, perlu dilakukan penyuluhan terhadap SLB mengenai contoh pengaplikasian kemandirian anak dan melibatkan orang tua dalam rangka pemberian pola asuh yang baik guna meningkatkan kemandirian anak.Kata Kunci : pola asuh otoritatif, kemandirian, down syndrome
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKTERATURAN MINUM OBAT TB PARU PADA PASIEN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPEDES KOTA TASIKMALAYA Asep Mulyana
JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Mitra Kencana
Publisher : LPPM Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54440/jmk.v4i1.98

Abstract

ABSTRAKTuberkulosis Paru (Tb paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Puskesmas Cipedes merupakan peringkat ke-2 terbanyak yang banyak mengalami kasus Tb paru pada tahun 2015 kasus Tb paru sebanyak 85 orang merupakan kasus baru, peringkat ke-1 terbanyak terjadi di Puskesmas Cihideung yaitu sebanyak 111 orang. Pada bulan Januari-Mei tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes kasus Tb paru sebanyak 34 orang, dari jumlah tersebut sekitar 50% disebabkan karena penularan dari anggota keluarga yang pernah menderita Tb paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ketidakteraturan minum obat Tb Paru pada pasien Tb Paru. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan crossectional, populasi dari penelitian ini adalah pasien Tb paru yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes Kota Tasikmalaya yang berjumlah pada bulan Mei-Juni tahun 2017 sebanyak 34 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 34 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat Tb paru, dan dukungan keluarga terhadap ketidakteraturan minum obat Tb paru di Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes Kota Tasikmalaya.Kata Kunci : Dukungan keluarga, jenis kelamin, ketidakaturan minum obat, Tingkat Pendidikan, tuberkulosis, umur
PERBEDAAN POLA ASUH DEMOKRATIS DAN OTORITER TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA DI SLB YAYASAN “B” KOTA TASIKMALAYA Asep Mulyana; Iis Sopiah Suryani; Heni Nurakillah; Septiandi Eka Darusman; Faisal Kurnia
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 13, No 2 (2022): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/jikk.v13i2.1532

Abstract

Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami kelemahan psikis dan fisik, kelemahan tersebut dapat menyebabkan gangguan dan hambatan dalam perawatan diri sehingga mengakibatkan anak menjadi kurang mandiri. Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kemandirian anak adalah dengan memberikan pola asuh yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola asuh demokratis dan otoriter terhadap kemandirian anak tunagrahita di SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitaif dengan metode komparatif dan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak tunagrahita ringan sebanyak 63 orang. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan pola asuh demokratis pada anak tunagrahita sebagian besar demokratis (60.3%), dan sebagian besar bukan otoriter (60.3%). Kemandirian anak tunagrahita di SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya sebagian besar kurang mandiri (54.0%). Terdapat perbedaan pola asuh demokratis dan otoriter terhadap kemandirian anak tunagrahita di SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya dengan p value 0,002. Simpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan pola asuh demokratis dan otoriter terhadap kemandirian anak tunagrahita sehingga disarankan orang tua dapat mengoptimalkan kemandirian anak tunagrahita melalui penerapan pola asuh demokratis, orang tua hendaknya tidak memaksakan kendak kepada anak tunagrahita, sehingga proses kemandirian berkembang secara optimal.