MISBAHUL HUDA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Jumlah Mikroba Pada Kecap Manis Isi Ulang Yang Digunakan Penjual Bakso Di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung MISBAHUL HUDA; MARIA TUNTUN SIREGAR
Jurnal Analis Kesehatan Vol 4, No 1 (2015): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.718 KB) | DOI: 10.26630/jak.v4i1.420

Abstract

Salah satu bahan penyedap makanan yang diperdagangkan adalah kecap. Selain nilai gizi, makanan harus terhindar dari pencemaran mikroorganisme terutama bakteri yang merupakan sumber penyakit yang berbahaya bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroba dan faktor-faktor yang berhubungan dengan jumlah mikroba pada kecap manis isi ulang dan berapa persentase kecap manis isi ulang  yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung yang tidak memenuhi syarat SNI No. 01-3543-1999 yaitu maksimal 105 koloni bakteri/gram dan angka kapang 50 koloni/gram. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan variabel jumlah bakteri dan angka kapang. Penelitian ini dilakukandengan metode ALT (Angka Lempeng Total). Setelah dilakukan perhitungan jumlah ALT pada kecap manis isi ulang yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung didapatkan ALT bakteri antara 1,8 x 103 koloni/gram sampel sampai 27,2 x 106 koloni/gram sampel dan angka kapang berjumlah antara4 koloni/gram sampai 346 koloni/gram. Sebanyak 20 (80%) sampel tidak memenuhi syarat jumlah bakteri sesuai SNI No. 01-3543-1999 yaitu maksimal 105 koloni/gram, dan sebanyak 17 (68%) sampel tidak memenuhi syarat angka kapang sesuai SNI No 01-3543-1999 yaitu maksimal 50 koloni/gram sampel, dan tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor dengan jumlah mikroba pada kecap manis isi ulang yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung.
Uji Daya Hambat Air Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus Rubelles) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhosa Siti Aminah; Misbahul Huda; Yela Cristia Ningsih
Jurnal Analis Kesehatan Vol 6, No 1 (2017): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v6i1.796

Abstract

Cacing tanah Lumbricus rubellus dapat mengobati penyakit tifoid karena mengandung zat aktif yang Lumbricin 1 yang dapat digunakan sebagai obat untuk demam  typhoid.  Mekanisme  yang  dilakukan  oleh  Lumbricin  1  yang  dimiliki cacing tanah Lumbricus rubellus yaitu dengan membuat pori pada dinding sel bakteri yang menyebabkan sitoplasma sel bakteri terpapar dan mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi air rebusan cacing tanah Lumbricus yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa dan besar daya hambat pada masing-masing konsentrasi air rebusan cacing tanah Lumbricus terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa. Penelitian ini di bidang Bakteriologi dan bersifat eksperimental, dengan variabel bebasnya adalah air rebusan cacing tanah Lumbricus rubellus konsentrasi 20%, 40%, dan 60%, 80%dan 100% dan variabel terikatnya adalah pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa dengan jumlah pengulangan 5 kali menggunakan metode Difusi Agar Kirby Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air rebusan cacing  tanah Lumbricus rubellus   dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa.
PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achantina fulica) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI GRAM POSITIF DAN BAKTERI GRAM NEGATIF MISBAHUL HUDA; Marhamah Marhamah
Jurnal Analis Kesehatan Vol 5, No 2 (2016): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v5i2.461

Abstract

Bekicot (Achantina fulica) merupakan hewan yang dianggap menjijikkan karena memiliki lendir. Ternyata lendir tersebut memiliki kandungan protein Achasin yang  tinggi berfungsi sebagai anti bakteri. Lendir bekicot dapat dimanfaatkan sebagai pengganti obat, karena kandungan Achasin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Pemanfaatan lendir bekicot dimaksudkan juga sebagai pengganti obat-obatan kimia yang harganya relatif mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh  lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap  pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram Negatif (Salmonella typhosa). Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan analisis sidik ragam  multivariat dengan dua species bakteri dan dilanjutkan dengan uji Duncans pada taraf kepercayaan 95%. Kemudian dilanjutkan dengan uji t untuk melihat perbedaan daya hambat terhadap kedua bakteri tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lendir bekicot(Achantina fulica) terhadap pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram Negatif (Salmonella typhosa). Konsentrasi efektif lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap Staphylococcus aureus adalah 90% sampai 100% dan terhadap Salmonella typhosa adalah 60% sampai 100%.
Resistensi Bakteri Gram Negatif Terhadap Antibiotik Di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Lampung Tahun 2012-2014 MISBAHUL HUDA
Jurnal Analis Kesehatan Vol 5, No 1 (2016): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v5i1.452

Abstract

Resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik mempunyai arti klinis yang amat penting. Suatu bakteri yang awalnya peka terhadap antibiotik, setelah beberapa tahun kemudian dapat menjadi resisten, dan berakibat pada sulitnya proses pengobatan karena sulitnya memperoleh antibiotik yang dapat membunuh bakteri tersebut (Jawetz, 2005). Jenis Penelitian ini adalah deskriftif, yaitu pengumpulan data di laboratorium Mikrobiologi UPTD Balai Laboratorium  Kesehatan Provinsi Lampung, dengan variabel penelitian  bakteri Gram Negatif dan antibiotik. Populasi dan sampel adalah data hasil uji sensitivitas bakteri Gram Negatif terhadap antibiotik yang terdapat di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung. Analisa data univariat yaitu untuk memperoleh persentase resistensi dan sensitivitas bakteri Gram Negatif terhadap antibiotik di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Lampung tahun 2012 sampai dengan 2014, yang dilalkukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Setelah dilakukan penelitian resistensi bakteri Gram Negatif terhadap antibiotik di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012-2014, maka didapatkan hasil bahwa bakteri Gram Negatif yang resisten terhadap antibiotik adalah bakteri Enterobacter, Klebsiella sp, Pseudomonas sp, Escherichia coli, Proteus sp, Alcomonas aligenes, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella, dan Aeromonas sp. Ada beberapa antibiotik yang merupakan  antibiotik  yang  cendrung tinggi yaitu : Ampicilin,  Trimetrofin, Amoxiciline, Cefradoxil, Erytromycine, Amocyclave, Ofloxacine, Cefadroxil, Sulphamethoxazole, Zeprozoine,  Tetracycline, Cefuroxime, Sulfonamides, Ceftriaxone, Cefuroxime, Ciprofloxacine, Co-trimoxazol, Norflaxacine, Zoltrimetropin dan Netilmiein.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian IMS di Pantai Harapan Panjang Bandar Lampung MARIA TUNTUN SIREGAR; RIRIN HANDAYANI; MISBAHUL HUDA
Jurnal Analis Kesehatan Vol 2, No 1 (2013): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.15 KB) | DOI: 10.26630/jak.v2i1.430

Abstract

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit menular yang menyerang alat kelamin, yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kejadian IMS pada pekerja seks komersil dan  faktor-faktor  yang  berhubungan dengan  kejadian  IMS  di    lokalisasi  Pantai  Harapan  Panjang  Bandar Lampung. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan desain studi cross sectional. Penelitian dilakukan   di Puskesmas Perawatan Panjang pada bulan April-Juni 2012. Sampel diambil dari wanita pekerja seks komersil yang bekerja di  Lokalisasi Pantai Harapan Panjang Bandar Lampung berjumlah 61 orang. Data diambil dengan melakukan pemeriksaan gonoroe, sifilis dan bacterial vaginosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita pekerja seks komersil yang menderita IMS sebanyak 53 orang (86,9%), dan yang tidak menderita IMS sebanyak 8 orang (13,1%). Dari 53 orang yang positif  terinfeksi IMS diantaranya 4 orang positif terinfeksi gonoroe, dan 49 orang positif terinfeksi bakterial vaginosis tetapi tidak ada yang terinfeksi sifilis. Faktor pendidikan, penggunaan kondom dan penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan   tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian IMS karena hasil uji statistik menunjukkan bahwa hasil p value lebih besar dari alpha ( 0,05).
Gambaran Penderita Tuberculosis Multi Drug Resisten (TB MDR) Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Januari-Desember 2015 Misbahul Huda; Nadia Azzahro Rona Safitri; Marhamah Marhamah
Jurnal Analis Kesehatan Vol 6, No 2 (2017): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v6i2.790

Abstract

Tuberculosis Multi Drug Resisten (TB MDR) adalah keadaan dimana kuman Mycobacterium tuberculosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan salah satu atau lebih Obat Anti Tuberculosis (OAT). TB MDR terjadi bila penderita putus berobat sebelum masa pengobatan selesai atau penderita sering putus-putus minum obat selama menjalani pengobatan TB. Menurut WHO, Indonesia berada diperingkat 8 dari 27 negara dengan beban TB MDR terbanyak di dunia. Menurut hasil Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 TB MDR di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penderita Tuberculosis Multi Drug Resisten (TB MDR) di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Januari-Desember 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita TB yang melakukan pemeriksaan resisten Obat Anti Tuberculosis (OAT) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada tahun 2015 sebanyak 246 penderita. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi. Hasil penelitian diperoleh data sebanyak 29 penderita yang mengalami resistensi rifampicin. Berdasarkan umur penderita TB MDR terbanyak kelompok 26-45 tahun sebanyak 15 penderita (51,72%), kelompok 12-25 tahun sebanyak 9 penderita (31,03%), kelompok 46-65 tahun sebanyak 5 penderita (17,24%), dan terendah >66 tahun 0 penderita (0%). Berdasarkan jenis kelamin  penderita TB MDR terbanyak adalah perempuan sebanyak 15 penderita (51,72%) dan laki-laki sebanyak 14 penderita (48,27%).
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Jumlah Bakteri Pada Jamu Beras Kencur Yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung Misbahul Huda
Jurnal Analis Kesehatan Vol 4, No 2 (2015): Jurnal Analis Kesehatan
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v4i2.282

Abstract

Salah satu jamu yang banyak disukai oleh masyarakat adalah jamu beras kencur karena rasanya yang tidak pahit, segar, mudah didapat, dan harga yang terjangkau. Banyak pedagang jamu yang menjual dagangannya di pasar tradisional, karena pasar tradisional merupakan tempat yang ramai dikunjungi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah  bakteri dan persentase jumlah jamu beras kencur yang dijual di pasar tradisonal di beberapa kecamatan Kota Bandar Lampung yang tidak memenuhi persyaratan Kepmenkes RI No. 661/Menkes/SK/VII/1994 yaitu tidak lebih dari 104 koloni/ml sampel, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan jumlah bakteri pada jamu beras kencur yang dijual di pasar tradisional Kota Bandar lampung. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan dengan menggunakan metode angka lempeng total. Sampel berjumlah 66 jamu beras kencur yang diambil dari pasar tradisional  Kota Bandar Lampung. Hasil perhitungan jumlah bakteri pada jamu beras kencur yang dijual di pasar tradisonal Kota Bandar Lampung dengan jumlah antara 3,0 × 101 koloni/ml sampel sampai 8,9 × 107 koloni/ml sampel. Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebanyak 10 sampel (15,2%) jamu beras kencur memenuhi syarat dan sebanyak 56 sampel (84,8%) jamu beras kencur tidak memenuhi persyaratan. Kepmenkes RI No. 661/Menkes/SK/VII/1994 yaitu tidak lebih dari 104 koloni/ml sampel.  Ada 9 faktor yang berhubungan antara perilaku dan kebiasaan pedagang jamu beras kencur baik pada proses pembuatan maupun proses penyajian dengan peningkatan jumlah bakteri pada jamu beras kencur yang dijual di pasar di pasar tradisional Kota Bandar Lampung.
Pengaruh Madu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Gram Positif (Staphylococcus Aureus) Dan Bakteri Gram Negatif (Escherichia Coli) MISBAHUL HUDA
Jurnal Analis Kesehatan Vol 2, No 2 (2013): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v2i2.437

Abstract

Madu bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya sebagai zat antibakteri. Kemampuan madu sebagai zat antibakteri tidak terlepas dari kandungan zat aktif yang ada didalamnya. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan aktifitas antibakteri pada madu dipengaruhi oleh hydrogen peroksida, senyawa flavonoid, minyak atsiri dan berbagai senyawa organik lainnya. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Madu Hutan Musi Rawas terhadap pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus) penyebab infeksi kulit dan Bakteri Gram Negatif (Escherichia coli) penyebab diare. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan metode randomized controlledtrial yaitu melakukan treatment, kemudian efeknya diukur pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh hambatan Madu   Hutan Musi Rawas terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Gram Positif) adalah mulai konsentrasi 10% sampai dengan 100% dengan zona hambat 10,6 mm sampai 31,6 mm dan menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (Gram Negatif) mulai konsentrasi 10% sampai dengan 100% dengan zona hambat 16,3 mm sampai 31,6 mm. Konsentrasi 10% madu hutan Musi Rawas pada Escherichia coli memiliki daya hambat lebih besar yaitu 16,3 mm dibandingkan dengan konsentrasi 10%  madu hutan Musi Rawas terhadap Staphylococcus aureus yaitu 10,6 mm. Tetapi, mengalami persamaan pada konsentrasi 70% dengan zona hambat sebesar 31,6 mm dan konsentrasi 100% sebesar 31 mm.
Kualitas Mikrobiologi Minuman Jajanan (Es Sirup) Pada Kantin SD Negeri Di Wilayah Kota Bandar Lampung MARHAMAH MARHAMAH; MISBAHUL HUDA
Jurnal Analis Kesehatan Vol 3, No 1 (2014): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.619 KB) | DOI: 10.26630/jak.v3i1.443

Abstract

Minuman jajanan es sirup   banyak digemari oleh anak-anak Sekolah Dasar, namun mereka tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh minuman jajanan es sirup yang tidak higenienis, yaitu dapat menyebabkan penyakit diare. Berdasarkan data dari koran Lampost pada November 2011; di RSUAM (Rumah Sakit Umum Dr. Abdoel Moeloek) Kota Bandar Lampung, setiap tahun terjadi kematian anak   karena diare sebesar 10%, dari 10 anak  yang terkena diare, ada 1  anak  meninggal setiap tahunnya.   Indikator kualitas minuman jajanan berdasarkan Mikrobiologi dapat dilihat dari adanya bakteri Coliform dan Colitinja pada minuman tersebut. Kehadiran bakteri Coliform dan Colitinja pada minuman merupakan indikator terdapatnya bakteri patogen yang menyebakan penyakit, tiphus, muntah dan diare. Tujuan dari penelitian nin adalah untuk mengetahui kualitas minuman jajanan (es sirup) pada kantin Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kota Bandar Lampung ditinjau dari Mikrobiologi. Hasil penelitian didapatkan bahwa Jumlah bakteri Coliform dan Colitinja pada minuman jajanan es sirup di kantin SD Negeri  Wilayah Kota Bandar Lampung adalah 0/100 ml sampel sampai dengan ≥979/100 ml sampel. Kualitas minuman jajanan es sirup di kantin SD Negeri Wilayah Kota Bandar Lampung 100% tidak memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 492/MENKES/ PER/IV/2010.
Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan MARIA TUNTUN SIREGAR; MISBAHUL HUDA
Jurnal Analis Kesehatan Vol 3, No 1 (2014): JURNAL ANALIS KESEHATAN
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.9 KB) | DOI: 10.26630/jak.v3i1.439

Abstract

Sumber air panas adalah mata air yang dihasilkan dari kerak bumi setelah mengalami pemanasan geotermal. Sumber air panas merupakan media pertumbuhan yang cocok bagi bakteri termofilik. Bakteri termofilik merupakan kelompok bakteri yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang bersuhu tinggi, yaitu dengan suhu berkisar 45°- 90°C. Habitat alami bakteri termofilik tersebar luas di seluruh permukaan bumi, diantaranya pada sumber-sumber air panas,  kawah gunung berapi atau daerah vulkanik (Labeda, 1990 dalam Martharina,2010). Tujuan penelitian yaitu mengetahui adanya bakteri termofilik serta melakukan isolasi dan identifikasi karakteristik bakteri termofilik yang berasal dari sumber air panas Way Panas Bumi Natar Lampung Selatan. Metode penelitian ini adalah eksploratif. Penelitian dilakukan dengan 3 tahap, tahap pertama menumbuhkan bakteri pada media yang sesuai, tahap kedua melakukan isolasi dan tahap ketiga melakukan identifikasi untuk mengetahui karakteristik bakteri termofilik meliputi morfologi secara mikroskopi, morfologi koloni dan sifat-sifat biokimia. Hasil penelitian diperoleh 7 isolat bakteri termofilik, masuk kedalam genus Bacillus berdasarkan karakteristik fenotipik.  Sehingga perlu dilakukan identifikasi secara taksonomi numerik atau taksonomi genetik untuk mengetahui kesamaan genus atau spesies bakteri.