Marcella Erwina Rumawas
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengetahuan orang tua anak usia 0-5 tahun mengenai stunting di wilayah Kelurahan Tomang Jakarta Barat Pratama, Kevin Heryawan; Rumawas, Marcella Erwina
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 2 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i2.24667

Abstract

Stunting, suatu kondisi gagal tumbuh yang ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari anak lain seusianya, dapat merupakan akibat dari kekurangan gizi kronis. Berbagai faktor dapat menyebabkan stunting, antara lain pengetahuan orang tua khususnya ibu tentang stunting. Studi deskriptif potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan orang tua anak usia 0-5 tahun tentang stunting di Kelurahan Tomang Jakarta Barat. Sampel studi adalah orang tua dari anak usia 0-5 tahun yang dipilih dengan metode purposive non random sampling, dan bersedia untuk berpartisipasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tentang pengetahuan orang tua meliputi definisi dan karakteristik, faktor risiko, dan dampak stunting. Dari 50 responden dalam penelitian ini, 21 (42%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang stunting, dengan rerata (SD) skor yang tertinggi hingga terendah adalah 68,4 (29,4) untuk pengetahuan tentang dampak stunting, 66,5 (29,0) untuk definisi dan karakteristik stunting, dan 61,2 (15,2) untuk faktor risiko stunting. Pengetahuan masyarakat tentang definisi dan karakteristik, faktor risiko dan dampak stunting merupakan aspek penting dalam upaya pencegahan stunting.
Distribusi asupan makanan padat energi pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara Jonathan; Rumawas, Marcella Erwina
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 2 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i2.24668

Abstract

Makanan yang memiliki densitas energi tinggi disebut sebagai makanan padat energi, biasanya merupakan makanan dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi.  Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi makanan padat energi dalam jumlah besar. Tujuan studi ini ialah untuk mengetahui distribusi asupan makanan padat energi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi bersifat deskriptif potong lintang ini meliputi sampel mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara yang dipilih secara non-random konsekutif dan bersedia ikut serta dalam studi ini. Data pola konsumsi makanan selama 1 bulan terakhir dikumpulkan dengan mengisi kuisioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire, selanjutnya diolah dengan Nutrisurvey untuk menghitung densitas energi makanan. Hasil studi pada total 92 responden didapatkan rerata (SD) densitas energi makanan sebesar 143,8 (20,75) kcal/100g.   Densitas energi makanan lebih besar didapatkan pada responden dengan kebiasaan merokok dan berolahraga maupun responden tanpa riwayat diabetes atau hipertensi dibandingkan responden dengan keadaan sebaliknya. Distribusi densitas energi makanan pada kelompok makanan pokok dan olahannya tertinggi pada tertil 2, kelompok sayur, buah, dan produk susu tertinggi pada tertil 1, kelompok protein hewani, kacang, jajanan, dan minuman manis tertinggi pada tertil 3. Berdasarkan hasil studi, disarankan mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara dapat membatasi jumlah konsumsi makanan padat energi.
Kadar Kolesterol Total dan Tekanan Darah Orang Dewasa Indonesia Margarita, Yohana; Princen, Princen; Andi, Andi; Rumawas, Marcella Erwina; Kidarsa, Valentinus Budi; Sutrisna, Bambang
Kesmas Vol. 8, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kadar kolesterol total dengan tekanan darah. Data dikumpulkan pada 14 -21 Juni 2011, terhadap 51 subjek penelitian berusia > 30 tahun yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi ataupun antikolesterol, dipilih secara consecutive antara pengunjung Puskesmas Kelurahan Joglo-II, Jakarta. Tekanan darah diukur dengan sfigmomanometer sesuai pedoman baku. Kadar kolesterol total darah sewaktu diukur dari sampel darah tepi dengan alat tes kolesterol. Analisis data menggunakan regresi linier, korelasi Pearson dan General Linear Model dengan koreksi Bonferroni. Pada 51 responden (nilai tengah usia 50 tahun, 70,6% perempuan), rerata kadar kolesterol total adalah 200 mg/dL dan rerata tekanan darah adalah 135/84 mmHg. Pada faktor perancu yang disetarakan, kadar kolesterol total yang tinggi berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik (r = 0,39; nilai p = 0,005) ataupun diastolik (r = 0,43; nilai p = 0,002). Responden pada kelompok kuartil ketiga total kolesterol memiliki tekanan darah 26/11 mmHg lebih tinggi secara bermakna dibandingkan mereka pada kelompok kuartil kedua (nilai p = 0,001 dan nilai p = 0,002 berturut-turut untuk tekanan darah sistolik dan diastolik). Menjaga kadar kolesterol total dalam batas normal merupakan salah satu upaya untuk mencegah hipertensi. This cross-sectional study was aimed to examine the association between total cholesterol levels and blood pressures. Data was collected on June 14-21, 2011, among 51 subjects, aged > 30 years, who were taking neither antihypertensive nor anticholesterol drug, consecutively selected among peoples attending Joglo-II Sub-district Primary Health Center, Jakarta. Blood pressures were measured using a manual sphygmomanometer according to the standard protocols. Peripheral blood samples were collected and non-fasting total cholesterol were assessed using a cholesterol-test kit. Analyses were perfomed using linear regression, Pearson correlation, and General Linear Model (with Bonferroni correction). In 51 respondents (median age 50 years, 70.6% female), mean total cholesterol level was 200 mg/dL and blood pressure were 135/84 mmHg. After adjustment for confounding factors, higher total cholesterol levels were associated with higher systolic (r = 0.39; p value = 0.005) or diastolic (r = 0.43; p value = 0.002) blood pressures. Participant in the third quartile category had blood pressures 26/11 mmHg significantly higher than that of those in the second quartile category (p value = 0,001 and p value = 0,002 for sistolic and diastolic blood pressures, respectively). Maintaining total cholesterol levels within the normal limits may be one way to prevent hypertension.
Hipertensi dan Risiko Mild Cognitive Impairment pada Pasien Usia Lanjut Abadi, Kasmianto; Wijayanti, Dian; Gunawan, Ellen A.; Rumawas, Marcella Erwina; Sutrisna, Bambang
Kesmas Vol. 8, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mild Cognitive Impairment (MCI) meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Tekanan darah tinggi sering didapatkan pada beberapa pasien usia lanjut yang menderita MCI. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hipertensi dan MCI pada lanjut usia (usia ≥ 60 tahun) yang dipilih secara konsekutif dari pengunjung Puskesmas Joglo-I pada 12-18 November 2012. Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) digunakan untuk skrining gangguan fungsi kognitif dan tekanan darah diukur dengan manual sfigmomanometer menurut prosedur standar. Analisis statistik menggunakan Generalized Linear Model. Dari 32 responden, rata-rata usia adalah 61 tahun dan sebanyak 53,1% responden adalah perempuan. Hipertensi ditemukan pada 21 orang (65,6%) dan MCI pada 21 orang (65,6%). MCI didapatkan pada 17 orang (81%) di antara 21 responden hipertensi, dan 4 orang (36%) di antara 11 responden nor- motensi. Terdapat hubungan statistik yang bermakna antara hipertensi dan MCI. Risiko mild cognitive impairment pada usia lanjut hipertensi adalah 2,2 kali lebih besar daripada mereka yang normotensi (PR = 2,2; nilai p = 0,01). Hubungan ini tetap bermakna setelah faktor usia, diabetes, dan stroke disetarakan (nilai p = 0,04). Menurunkan kasus hipertensi dapat menjadi suatu upaya mengurangi risiko MCI pada usia lanjut. Mild cognitive impairment (MCI) may increase the risk of Alzheimer’s disease. Some geriatric patients with MCI were often identified to have high blood pressures. This cross-sectional study aimed to know association between hypertension and MCI in geriatric patients (age ≥ 60 years), con- secutively selected among people attending Joglo-I Primary Health Center between November 12-18, 2012. The Mini Mental State Examination (MMSE) questionnaires were administered to screen for cognitive impairment, blood pressures were measured using a manual sphygmomanometer according to the standard protocols. Analyzes were done using the Generalized Linear Model procedure of 32 participants (median age: 61 years; 53.1% women), 21 respondents (65.6%) had hypertension, and 21 others (65.6%) had MCI. MCI were identified in 17 persons (81%) out of 21 respondents with hypertension, and in 4 persons (36%) out of 11 respondents with normal blood pressure. Hypertension was significantly associated with MCI. The risk that older individuals diagnosed with hyper- tension had MCI was 2.2 over that of their counterpart with normal blood pressure (PR = 2.2; p value = 0.01). This association remained significant after adjustment for age, diabetes, and stroke (p value = 0.04). Reduced hypertension may be one strategy to lower the risk of cognitive impairment among older adults.
Kepribadian Tipe A dan Risiko Hipertensi pada Orang Dewasa Chitrayana, Nancy; Feby, Benedicta; Lauren, Yunita; Rumawas, Marcella Erwina; Kidarsa, Valentinus Budi
Kesmas Vol. 8, No. 8
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi di Jakarta. Ciri kepribadian tipe A, yaitu tampak selalu sibuk, terburu-buru, tidak sabar atau mudah marah, tampak pada beberapa pasien hipertensi. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian tipe A dengan hipertensi. Sebanyak 64 responden, yang usia > 30 tahun dan tidak sedang dalam pengobatan dengan antihipertensi, dipilih secara konsekutif di antara pengunjung Puskesmas Kelurahan Joglo-II antara 30 April – 5 Mei 2012. Tekanan darah diukur sesuai dengan protokol standar. Informasi tentang kepribadian dan faktor-faktor risiko yang lain dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan prosedur generalized linear model. Ditetapkan batas kemaknaan 0,05. Dari 64 responden, 36 orang (56,3%) mempunyai kepribadian tipe A dan 22 orang (34,4%) menderita hipertensi. Hipertensi didapatkan pada 13 dari 36 responden (36,1%) dengan kepribadian tipe A dan 9 dari 28 responden (32,1%) tanpa kepribadian tersebut. Pada usia dan jenis kelamin yang disetarakan, risiko hipertensi lebih besar secara bermakna 1,3 kali pada responden dengan kepribadian tipe A dibandingkan dengan mereka dengan kepribadian tipe non-A (PR = 1,3; nilai p = 0,003). Penambahan faktor-faktor risiko hipertensi yang lain melemahkan asosiasi, tetapi tidak mengubah kemaknaan statistik (PR = 1,2; nilai p = 0,04). Identifikasi tipe kepribadian disarankan sebagai bagian dari pencegahan hipertensi. Hypertension is one of the major diseases in Jakarta. The typical characteristics of type A personality include being busy, in hurry, impatient and irritable, were shown in some hypertensive patients. This cross-sectional study examined the relationhip between type A personality and hypertension. Sixty-four respondents (age > 30 years and were not on antihypertensive medication), were consecutively selected among patients attending Joglo-II Primary Health Center, between April 30 – May 5, 2012. Blood pressures were measured according to the standard protocol. Information on personality and other risk factors of hypertension were colected using interview- based questionnaires. Analyses were done using the general linear model at the significant level of 5%. Of 64 respondents, 36 respondents (56.3%) had type A personality and 22 respondents (34.4%) had hypertension. Hypertension were diagnosed in 13 (36.1%) out of 36 respondents with type-A personality and 9 (32.1%) out of 28 respondents with non-A type personality. Adjusted for age and sex, the risk of hypertension was 1.3 significantly higher in respondents who were type A personality than in those who were not (PR = 1,3; p value = 0.003). Further adjustment for other risk factors for hypertension attenuated the association, but remained significant (PR = 1,2; p vallue = 0,04). Identification of personality type is advisable as part of the efforts for preventing hypertension.