Imelda R. Silalahi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS SAMPEL PASIR BESI UNTUK STUDI REKONAIS REGIONAL DI KECAMATAN NANGAPANDA DAN ENDE - FLORES Dida Kusnida; Wayan Lugra; Imelda R. Silalahi
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 2, No 2 (2004)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.143 KB) | DOI: 10.32693/jgk.2.2.2004.110

Abstract

Dengan semakin terbatasnya potensi sumberdaya alam di darat, kawasan pesisir dan laut Kabupaten Ende-Flores saat ini sedang menjadi alternatif bagi kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan investasi, terutama dari sektor pertambangan pasir besi. Dua buah contoh pasir besi yang dianalisis dalam penelitian ini sifatnya sangat regional yang diambil dari wilayah pantai Kecamatan Nangapanda dan Kecamatan Ende untuk tujuan rekonais. Kandungan bahan dalam contoh sedimen berdasarkan hasil analisis volumetrik kualitatif menunjukan bahwa kadar Fe-Total adalah 62,6 % dan 50,3 %, serta FeO adalah 30,5 % dan 27,0 %, masing-masing untuk Kecamatan Nangapanda dan Kecamatan Ende. Sedangkan untuk mengetahui jumlah kandungan Fe2O3 , hasil analisis volumetrik kuantitatif masing-masing menunjukan nilai 55,6 % dan 41,9 % untuk kedua daerah tersebut di atas. Kandungan TiO2 yang diketahui dari hasil analisis Spektofotometri masing-masing adalah 9,57 % dan 7.45 %, sedangkan kandungan Ni dengan menggunakan metoda AAS tidak terdeteksi untuk kedua daerah tersebut. The limited of on-land recourses impacting the coastal areas of Ende Regency-Flores as the alternative of human activities to get more treasures and investment, especially iron sands mining. The analyzed iron sand samples in this study were regionally taken from Nangapanda and Ende Districts for recognizance purposes. The compound of substances within samples based on a qualitative volumetric analysis indicates that the Total-Fe are 62.6 % and 50.3 %, and FeO are 30.5 % and 27.0 % each are for Nangapanda and Ende Districts. In contrast, to indicate the Fe2O3 compound, a quantitative volumetric shows the qualities are 55.6 % and 41.9 % for these two locations. TiO2 compound indicated from Spectrofotometric analysis are 9.57 % and 7.45 % for each location, and Ni compound was not indicated from AAS method for these two locations.
GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUTPERAIRAN LEMBAR PETA 0421, DAERAH ISTIMEWA ACEH Nyoman Astawa; Imelda R. Silalahi; Riza Rahardiawan
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 2 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1598.529 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.2.2012.220

Abstract

Hasil kegiatan penelitian geologi kelautan Lembar Peta 0421menghasilkan data seismik dan pemeruman sepanjang lebih kurang 963,73 kilometer. Dari peta batimetri ditemukan beberapa kelurusan dengan arah hampir baratlaut-tenggara dan diduga merupakan sesar. Hasil penafsiran data menunjukkan bahwa stratigrafi rekaman seismik, daerah penelitian secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 (empat) unit yaitu unit 1; unit 2; unit 3, dan unit 4. Jika dikaitkan dengan geologi regional daerah penelitian, unit 1 diduga dapat disebandingkan dengan Formasi Peunasu berumur Miosen, unit 2 diduga dapat disebandingkan dengan Formasi Seurula & Formasi Julurayeu berumur Pliosen, unit 3 diduga dapat disebandingkan dengan endapan volkanik Toba berumur Plistosen, dan unit 4 diduga dapat disebandingkan dengan aluvial berumur Holosen. Pembagian unit tersebut berdasarkan pada adanya bidang tidakselarasan (onlap), dan pepat erosi (erosional truncation). Kata kunci : lembar peta 0421, unit seismik, ketidakselarasan. The results of marine geological investigation of map of sheet 0421 gave a data of seismic and sounding approximately 963.73 kilometers long. Bathymetric map indicates some alignment with the direction of nearly northwest-southeast and presumed to be faults. Seismic data interpretation indicate that the stratigraphy of the study area can broadly be divided into 4 (four) units those are unit 1; unit 2; unit 3, and unit 4. Correlation balance with regional geology, show that seismic, unit 1 correlates with Peunasu Formation of Miocene, unit 2 correlates with Seurula Formation and Julurayeu Formation of Pliocene, unit 3 correlates with Old Toba volcanic deposites of Pleistocene, and unit 4 correlates with Alluvium of Holocene. The division of seismic units was based on unconformity (onlap) and (erosional truncation). Keywords: map of sheet 0421, seismic units, unconformity.
DISTRIBUSI FORAMINIFERA BENTIK DI PERAIRAN ACEH Nazar Nurdin; Imelda R. Silalahi
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.845 KB) | DOI: 10.32693/jgk.12.1.2014.243

Abstract

Perairan Aceh termasuk Pulau Weh, Pulau Breuh dan Pulau Penasi merupakan area terluar di sisi barat Kepulauan Indonesia yang menghadap ke Samudera Hindia. Wilayah ini sangat menarik bagi para peneliti terutama setelah kejadian tsunami pada tahun 2004. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui distribusi foraminifera sebagai organisme yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Sebanyak 32 contoh sedimen diambil pada kedalaman 7- 170 meter dan terpilih 11 contoh untuk studi foraminifera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 45 spesies foraminifera bentik yang sangat berlimpah, terdiri atas 28 spesies anggota Subordo Rotaliina, Miliolina (7 spesies) dan Textulariina (10 spesies). Amphistegina papilosa dijumpai dalam jumlah sangat berlimpah dan tersebar merata yang memberi indikasi kondisi lingkungan terumbu karang baik. Ammonia tepida sangat dominan (47%) di sebelah utara Pulau Weh (S30) dibandingkan dengan spesies lain. Di bagian Timur Pulau Penasi, ditemukan cangkang foraminifera dalam kondisi rusak dalam jumlah berlimpah yang dapat dikaitkan dengan arus kuat di lokasi ini. Kata kunci : foraminifera bentik, distribusi, perairan Aceh The Aceh waters including Weh, Breuh and Penasi islands are the outer parts of northwestern Indonesia that facing the Indian Ocean. This area is interested for many scientists especially after tsunami in 2004. The purpose of this study is to establish the distribution of benthic foraminifera as a sensitive indicator of environmental changes. Thirty two (32) surface sediment samples were collected at the water depth of 7-170 m and eleven samples were selected for foraminiferal study. The results show 45 species of benthic foraminifera very abundantly and consists of 28 species belong to Suborder Rotaliina, Miliolina (7 species) and Textularia (10 species). Amphistegina papilosa is found abundantly and widely distribution that provide an indication of good reef environments. Ammonia tepida is very dominant(47%) in the northern part of Weh island compared with other species. Abnormal shells of foraminifera were found abundantly in the eastern part of Penasi Island that related to strong current in this area. Keywords: benthic foraminifera, distribution, Aceh waters
TINJAUAN GEOLOGI LANDAS KONTINEN INDONESIA DI LUAR 200 MIL LAUT SEBELAH SELATAN PERAIRAN PULAU SUMBA Prijantono Astjario; Imelda R. Silalahi
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 11, No 2 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1558.523 KB) | DOI: 10.32693/jgk.11.2.2013.232

Abstract

Indonesia berkehendak untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi sumber daya alam di Zona Landas Kontinen di luar 200 mil laut dengan mengajukan batas Landas Kontinennya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS III, 1982) hingga jarak 350 mil laut. Hasil studi data geologi dan geofisika menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prospek untuk melaksanakan submisi landas kontinen di luar 200 mil di tiga lokasi, dalam hal ini salah satunya adalah di sebelah selatan perairan Pulau Sumba. Tinjauan geologi ini dilaksanakan dalam upaya menggali dan menghimpun data serta informasi yang berkaitan dengan hak kedaulatan Indonesia atas potensi sumberdaya alam dari Landas Kontinen Indonesia di luar 200 mil sebelah selatan perairan Pulau Sumba. Adapun tujuan dari tinjauan ini adalah untuk pengembangan data dan informasi kelautan untuk pemanfaatkan potensi sumberdaya alam dari Landas Kontinen Indonesia di luar perairan 200 mil sebelah selatan Pulau Sumba. Data geologi dan geofisika di daerah tinjauan menunjukkan ketebalan sedimen yang tipis yaitu antara 1– 1,8 %. Tinjauan geologi ini memberikan pula dugaan adanya cekungan yang memiliki ketebalan sedimen yang cukup tebal yang dapat ditelusuri lebih lanjut sesuai dengan pola batimetri perairan selatan Sumba. Kata kunci: Landas kontinen, 200 mil laut, submisi, UNCLOS, sedimen. Indonesia willing to explore and exploit the natural resources in Continental Shelf Zone beyond 200 nautical miles to the limit of its continental shelf in accordance with the provisions stipulated in the United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS III, 1982) up to a distance of 350 nautical miles. The result of geological and geophysical data study shows that Indonesia has the prospect to implement submission of the continental shelf beyond 200 miles in three locations, where one of which is in the southern waters of Sumba Island. Geological review was conducted in order to explore and collect data and information relating to the rights of Indonesian sovereignty over natural resources of the Indonesian Continental Shelf beyond 200 miles south of Sumba Island waters. The purpose of this review is for the development of marine data and information for the exploitation of natural resources of the Continental Shelf beyond Indonesian waters 200 miles south of the island of Sumba. Geological and geophysical data from the study area shows that the sediment thickness is between 1 to 1.8%. This study also provides the present of a basin with the sediment thickness that can be traced further in accordance with the pattern of bathymetric pattern of south Sumba waters. Keywords: Continental shelf, 200 nautical miles, submissions, UNCLOS, sediments.