Prijantono Astjario
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

AKUMULASI TAILING DASAR LAUT DI PERAIRAN TELUK SENUNU DAN SEKITARNYA, SUMBAWA BARAT Yogi Noviadi; Prijantono Astjario
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 9, No 3 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2096.598 KB) | DOI: 10.32693/jgk.9.3.2011.210

Abstract

Teluk Senunu terletak di pantai selatan Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Daerah ini merupakan kawasan pembuangan tailing dari PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Hasil pemeruman di lokasi penyelidikan di sekitar alur pipa tailing memperlihatkan kedalaman dasar laut di sekitar Teluk Senunu bervariasi, pada kedalaman 0 sampai dengan 100 meter dijumpai pada jarak sekitar 3 - 3,25 km dari garis pantai. Keberadaan pipa tailing terluar berada pada kedalaman sekitar 120 meter dari permukaan dasar laut, dan posisi penempatan tailing ini terletak di kawasan Ngarai dengan kedalaman lebih dari 125 meter. Berdasarkan hasil penafsiran data Side Scan Sonar dijumpai adanya 3 jalur pipa tailing yang berada di permukaan dasar laut dengan penyebaran tailing secara lateral melebar sepanjang 1,5 km sejajar dengan tebing Ngarai Senunu. Kata kunci : tailing, Teluk Senunu, Rekaman Seismik, Side scan sonar Senunu bay is located on the southern coast of West Sumbawa Regency, West Nusa Tenggara. This area is a tailings disposal area of the ??PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Results of sounding around the tailing pipe shows the depth of the seafloor around the Senunu bay vary, at a depth of 0 to 100 meters was found at a distance of about 3 to 3.25 km from the coastline. The outer pipe of tailings located at a depth of 120 meters from the sealevel, and tailings placement position is located in the gap with a depth of more than 125 meters. Based on the results of Side Scan Sonar data interpretation, the 3 pipelines of tailings on the sea floor with spread laterally along the 1.5 km wide parallel to the canyon cliffs of Senunu. Key words : tailing, Teluk Senunu, Seismic Record, Side scan sonar
KECEPATAN PENGANGKATAN PULAU BUTON DAN JEJAK PERUBAHANMUKA AIR LAUT DI ZAMAN KUARTER Prijantono Astjario; D.A. Siregar
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 1, No 2 (2003)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.502 KB) | DOI: 10.32693/jgk.1.2.2003.96

Abstract

Beberapa indikasi menunjukan adanya jejak muka laut cukup tinggi di zaman Kuarter, ketinggiannya mencapai ±250 meter diatas muka laut masa kini, ditemukan pada kawasan pantai Tira hingga Tanjung Labokeh, Buton bagian selatan. Jejak tersebut terrekam pada permukaan terumbu karang yang membentuk undak laut di kawasan pantai Buton Selatan. Tujuh buah hasil pentarikhkan Radiokarbon memberikan tiga contoh berumur 1500 hingga 3000 tahun dan contoh terumbu karang lainnya berumur lebih tua dari 40.000 tahun sebelum saat ini. Runtunan data Radiokarbon secara garis besar menunjukan kesesuaian dengan perubahan muka laut pada zaman Kuarter yang telah di prakirakan oleh teori astronomi perubahan cuaca masa lalu. Jika dibandingkan data Radiokarvbon dengan data urutan undak laut menunjukan bahwa rata-rata aktivitas tektonik pengangkatan dikawasan pantai Tira hingga Tanjung Labokeh adalah 0,7 = 0,8 mm/tahun. Pengangkatan rata-rata Pulau Buton tampak lebih cepat dari Pulau Muna akibat adanya sesar aktiv diantara kedua pulau tersebut. Several indicators of a slightly higher Quaternary sea-level, reaching about ± 250 meters above the present situation have been found along the coastas of Tira to Cape Labokeh. South Buton. They are corrals in growth position on the surface of reef platform of South Buton. Seven Radiocarbbon datings have provided ages of three samplewsa are 1500 to 3000 and the other four samples are more older than 40.000 years BP. The Radiochronological data are thus broadly consistent with the timing of sea-level fluctuations predicted by the astronomical theory of paleoclimates. Comparision with the data from terraces sequences and from Radiocarbon dating records indicates that the average tectonic uplift rate at Tira and Cape Labokeh, South Buton is on the order of 0,7 – 0.8 mm / years. The uplift rate of Buton is more faster than Muna because of the active fault in between.
PENELITIAN DINAMIKA PESISIR MUARA SUNGAI COMAL DAN SEKITARNYA, JAWA TENGAH, DITUNJANG OLEH PENAFSIRAN DATA FOTO UDARA DAN CITRA SATELIT Prijantono Astjario; Yudi Darlan
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 1 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.577 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.1.2009.165

Abstract

Perubahan garis pantai di kawasan pesisir Kabupaten Tegal, Pemalang dan Pekalongan disebabkan oleh aktifitas sungai-sungai yang bermuara di pantai utara Pulau Jawa. Sungai-sungai tersebut mengangkut material sedimen yang disebarkan di Laut Jawa dan diendapkan kembali di sepanjang garis pantai oleh aktivitas gelombang laut mengakibatkan kawasan pesisir utara Pulau Jawa mengalami akresi. Iklim turut berperan dalam mempengaruhi perubahan garis pantai tersebut, khususnya pada musim hujan dimana air sungai akan meluap dan membanjiri kawasan pesisir dan mengendapkan material sedimen yang berlebihan. Citra Landsat 7 ETM+ hasil rekaman tahun 2002 menunjukan bentukan delta muara sungai Comal yang mengalami perubahan membentuk “cuspate”. Perubahan garis pantai di mulut muara diperkirakan karena arah muara sungai Comal selalu berpindah-pindah seirama dengan jumlah pasokan air sungai dan material sedimen terangkut, iklim serta aktivitas gelombang dan arus yang bergerak saat itu. Kata kunci : garis pantai, iklim, banjir, akresi dan cuspate. Coastline changes in Kabupaten Tegal, Pemalang and Pekalongan are caused by the rivers activity which spread out to the Java Sea. The sediment materials have been transported and distributed to the Java-sea and redeposited along the coastline by wave activities. Consequently, the coastline has been rapidly accreted by sedimentary processes. Closely climatic supported coastline changes during the rainy season, flooding covered river mouth area and deposited all sediment materials. Landsat 7ETM+ Satellite imageries recorded in 2002; delta form in river mouth of Comal River has been changed into cuspate delta form. The changes of delta configuration especially in the river mouth area have been interpreted by river water supply, sediment materials, climatic, wave and current activities. Keywords: coastline, climatic, flood, cuspate and accression.
KARAKTERISTIK PANTAI KAWASAN PESISIR LARANTUKA DAN SEKITARNYA, P. FLORES TIMUR DAN KAWASAN PESISIR P. ADONARA BARAT Prijantono Astjario; Ai Yuningsih
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 8, No 2 (2010)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1048.271 KB) | DOI: 10.32693/jgk.8.2.2010.188

Abstract

Kawasan pantai Larantuka berada di pantai timur Pulau Flores dan kaki Gunungapi Ile Mandiri membentuk bentang alam pesisir bertebing curam dan landai. Kawasan pesisir dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe pantai, yaitu tipe pantai bertebing berbatu, pantai berpasir dan pantai berbakau. Tipe pantai bertebing berbatu berada pada kaki gunungapi dibatasi oleh lava. Tipe pantai berpasir merupakan kawasan pantai dengan bentang alam landai sedangkan kawasan pantai berbakau tersebar cukup luas khususnya pada teluk dangkal. Pulau Adonara didominasi oleh produk gunungapi tua yang terdiri dari lava, breksi gungungapi dan pasir-tufa gampingan. Kawasan pantai tipe bertebing berbatu ditempati oleh batugamping terumbu serta lava. Sedangkan tipe pantai berpasir yang membentuk bentang alam landai ditempati pasir serta kerikil volkanik dengan terkadang ditemui tumbuhan bakau. Kata kunci : kawasan pesisir, bakau, bongkah, dan lava Lanrantuka area lies on the eastern coast of Flores island and in the foot of the Ile Mandiri mountain. The Larantuka area has steep and slightly slopes. Coastal morphology can be classified into three beach types, steep and stony, sandy and mangrove beaches. The steep and stony beach lie on foot of a mountain with lava boulder. The sandy beach has slightly slope coast line and mangrove beach develops widely in area specially in the shallow bay. Adonara island is dominated by old volcanic products, which are composed of lava, volcanic breccia and calcareous-sandy tuff. The coastal type with steep and stony beach is covered by coral limestone and lava. The sandy beach has slightly slope coast line covered by sand and gravel volcanics with occasionally mangrove trees. Key words : coastal, mangrove, boulder and lava.
KONTRIBUSI PENTARIKHAN RADIOKARBON PERCONTOH TERUMBU KARANG PADA BATUGAMPING DI PANTAI SELATAN KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH, TERHADAP NEOTEKTONIK KUARTER Prijantono Astjario; D.A. Siregar
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 2 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.63 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.2.2008.156

Abstract

Wilayah pantai Ngungap, kawasan pesisir selatan Wonogiri, Jawa Tengah merupakan daerah jalur anjak dimana terumbu karang Kuarter tersingkap dari garis pantai hingga pebukitan tinggi. Enam undak laut terbentuk sejajar dengan garis pantai hingga mencapai ketinggian lebih dari 300 meter di atas muka laut. Hasil pentarikhan Radiokarbon tiga fosil terumbu karang dari undak laut termuda yang dapat berkontribusi terhadap perhitungan proses pengangkatan kawasan pantai Ngungap. Undak laut termuda menunjukan bahwa rata-rata aktivitas tektonik pengangkatan diwilayah pantai Ngungap, kawasan pesisir selatan Wonogiri adalah 5 mm/tahun. Pengangkatan rata-rata pesisir selatan Wonogiri jauh berbeda dengan kecepatan kawasan pantai-pantai tektonik aktif lainnya di Indonesia. Kata kunci : anjak, terumbu karang, undak laut, pentarikhan, pantai Ngungap Jawa Tengah The Ngungap coast of the southern coastal zone of Wonogiri, Central Jawa, situated in the central portion of the arcuate thrustbelt where Quaternary reefs show maximal elevation from coastline up to high hinterland. Six terraces have been formed parallel to the coast line and extensively exposed up to more than 300 meters above mean sea level. Three Radiocarbon dating of coral reef derived from the lowest terraces can be contributed to the uplift calculation in the Ngungap area. The lowest terrace alows uplifting tectonic activity in the coast of Ngungap in the order of 5 mm/years. The uplift rate of southern coast of Wonogiri is different to the rate of active tectonic coastal areas in the eastern Indonesian region. Keywords: thrustbelt, reef, terrace, dating, Ngungap coast of Central Java
PERENCANAAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR PULAU JAWA DITINJAU DARI ASPEK KERENTANAN KAWASAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEMUNGKINAN BENCANA KENAIKAN MUKA LAUT Harkinz Prabowo; Prijantono Astjario
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 3 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.96 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.3.2012.225

Abstract

Dampak pemanasan global, yaitu berupa kenaikan muka laut dengan kecepatan 2-8 mm/tahun yang tampaknya lambat dan tidak berarti, akan tetapi dalam 100 tahun mendatang kenaikan muka laut tersebut mampu untuk menggenangi kawasan pesisir P. Jawa yang memiliki morfologi pantai yang landai dan bersudut lereng kecil. Kenaikan muka laut merupakan bencana alam yang lambat dan bisa diprediksi, namun dengan sifat yang demikian justru manusia cenderung lupa segera menanganinya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana, serta mengurangi bahkan memperkecil dampak negatif risiko bencana tersebut, perlu memasukan komponen manajemen risiko bencana alam (risk management of natural disaster) di dalam penyusunan tata ruang wilayah (RTRW). Kata kunci: kenaikan muka laut, manajemen risiko bencana alam, Pulau Jawa, pesisir The impact of global warming, in the form of sea level rise by the rate 2-8 mm/year which seems slow and insignificant, but in the next 100 years sea level rise are can inundate coastal areas of Java which has a low slope beach morphology and small slope angles. Sea-level rise is a natural disaster that slow and predictable, but the nature of such people tend to forget it immediately. Therefore, to anticipate disasters and reduce or even minimize the negative impact of disaster risks, it is need to include components of risk management of natural disaster in the preparation of the spatial planning. Keywords: sealevel rise, risk management of natural disaster, Java, coastal
KONDISI ARUS PASANG SURUT DAN EROSI-SEDIMENTASI DI SEKITAR GARIS PANTAI DEPAN PLTU TARAHAN LAMPUNG MENGGUNAKAN DELFT 3D VERSI 3.28 Franto Novico; Prijantono Astjario; Huda Bachtiar
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6574.949 KB) | DOI: 10.32693/jgk.11.1.2013.230

Abstract

Model numerik dilakukan dengan menggunakan software Delft 3D versi 3.28, dimana seluruh input data pada simulasi didapatkan dari pengukuran lapangan pada April 2011. Flow model diaplikasikan untuk mensimulasikan arus dan sedimen transport. Garis pantai di depan PLTU dibagi menjadi tujuh bagian yang berlokasi dari bagian selatan hingga utara PLTU sebagai area pantau. Berdasarkan hasil simulasi, maka dapat diketahui bahwa erosi banyak terjadi pada bagian selatan dari pada bagian utara PLTU. Simulasi model 15 hari menunjukkan bahwa bagian ke 6 dimana posisi inlet dan outlet berada menghasilkan sedimentasi yang lebih besar dari bagian yang lain. Mengingat saluran inlet dan outlet berada pada bagian ke 6 maka perhatian besar perlu diberikan pada bagian tersebut mengingat simulasi ini hanya 15 hari. Seperti diketahui bahwa saluran inlet dan outlet digunakan sebagai pendingin, sementara lokasi saluran tersebut berada pada garis pantai di depan PLTU. Untuk itu, gaya arus akibat sirkulasi pasang-surut dan transport sedimen di sepanjang garis pantai tersebut menjadi perhatian penting untuk diselidiki mengingat pentingnya kelangsungan kondisi garis pantai terhadap fenomena erosi dan sedimentasi. Kata kunci : Arus pasang surut, erosi-sedimentasi, garis pantai, PLTU Tarahan, Delft 3D Versi 2.8 A numerical model is conducted by using a Delft 3D version 3.28, that the entire input data used in simulation was resulted by field activities in April 2011. A flow model is applied to simulate current flow and transport sediment. A coastline in front of the plant is divided into seven sections which are located from the south to the north as the monitoring area. Based on the simulation result, it could be identified that the erosion much more occurred in the southern part than in the northern part. The 15 day model simulation indicates that in the section 6, where the inlet and outlet is located, the sedimentations are bigger than that in other sections. Since the inlet-outlet channels are positioned in section 6 therefore the high awareness must be considering as the time simulation is only apllied in 15 days. Inlet and outlet of the water channels are used as cooler, which are located in front of the plant. Therefore, the current flow due to the tidal circulation along the coastline should be paid attention to investigate in managing the sustainability of the coastline against erosion and sedimentation phenomena. Keywords: Tidal currents, erosion-sedimentation, coastline, PLTU Tarahan, Delft 3D Version 2.8
PENELITIAN LINGKUNGAN PANTAI WILAYAH PESISIR KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT Prijantono Astjario; Harkinz Prabowo
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 3, No 2 (2005)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (860.451 KB) | DOI: 10.32693/jgk.3.2.2005.125

Abstract

Sumber daya alam yang tersedia saat ini mengalami penurunan mengingat adanya peningkatan pembangunan yang pesat serta populasi manusia yang terus meningkat. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa sumber daya laut akan menjadi primadona sebagai penunjang perekonomian ke depan. Wilayah pesisir dan laut tampaknya akan dijadikan kawasan yang diprioritaskan untuk pengembangan industri, agrobisnis, agroindustri, pemukiman, pariwisata, transportasi dan pelabuhan. Akan tetapi wilayah ini masih menyimpan beragam permasalahan yang menyebabkan pengembangan dan pengelolaannya menjadi tidak maksimal. Menurunnya baku mutu air laut karena tingkat kekeruhan yang tinggi, tercemar limbah padat maupun cair, intrusi air laut, abrasi, akerasi, pendangkalan, banjir, dan kekeringan merupakan beberapa butir permasalahan yang kita jumpai di wilayah pesisir dan laut. Tidak kalah pentingnya adalah perilaku manusia yang telah merambah tumbuhan bakau dan merubah fungsi hutan rawa menjadi tambak. Dalam penelitian pantai wilayah pesisir yang dilaksanakan, penulis mencoba menggambarkan metode pendekatan penelitian karakteristik pantai dan penginderaan jauh untuk melakukan inventarisasi wilayah pesisir yang memiliki permasalahan tersebut, khususnya di pantai timur Kabupaten Cirebon. Kata kunci : Sumberdaya laut kawasan pesisir. Nowadays, the natural resources in Indonesia have been decreased because of the rapid increase in development and human population. It is most likely that marine resources will become a primary source in supporting our national economics in the future. Marine and coastal zones seem to become areas of our main priority for industrial, agrobusiness, agroindustrial, settlement, tourism, transportation and harbour developments. However, these areas are still having many various problems or cases which could cause their unoptimum development and managements. The decrease of seawater quality standard caused by high suspended sediments, polluted by solid and liquid waste, sea water intrusions, abrations and accretions, shoalings, floods, and dryness are some of the various cases which can be found in the marine and coastal zones. Another case which is not less important is human behaviour who have destructed mangroves and changed the function of swampy forest to become fishpond areas. The survey in the marine and coastal areas, especially in the eastern coast of the Cirebon regency, is aimed to obtain data in which these cases are potentially found by applying the coastal characteristic observation and remote sensing methods. Keywords : Coastal marine resources.
PROSES PERTUMBUHAN DELTA BARU SUNGAI CIMANUK HINGGA TAHUN 2002, DI PANTAI TIMUR KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT Prijantono Astjario; Nyoman Astawa
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 5, No 3 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1605.996 KB) | DOI: 10.32693/jgk.5.3.2007.139

Abstract

Kawasan garis pantai timur kabupaten Indramayu ditutupi oleh endapan aluvium yang cukup luas. Proses sedimentasi pada garis pantai saat ini masih berlangsung, disebabkan oleh sungai Cimanuk yang bermuara di daerah ini. Sungai tersebut membawa material sedimen dalam jumlah besar. Sedimen ini tersebar di L. Jawa dan diendapkan kembali di garis pantai, yang mengakibatkan pantai timur Indramayu mengalami akrasi dan membentuk delta. Tahun 1947 aliran sungai Cimanuk mengalami perubahan, salah satu bagian aliran sungai mengalir ke arah utara-timur, jalan terdekat menuju garis pantai membentuk delta baru dengan tipe telapak kaki burung (birdfoot-type delta). Kandungan lumpur sungai Cimanuk dapat mencapai rata-rata 53,6 juta ton/tahun, akibatnya kawasan muara sungai Cimanuk mengalami pendangkalan (akresi) yang sangat cepat dan luas. Proses pendangkalan ini dapat dipantau dari perubahan garis pantai sejak tahun 1947 hingga 2002 melalui penginderaan jauh citra satelit. Kata kunci : sedimentasi, garis pantai, akresi, delta dan lumpur. The east coast of the Indramayu District is covered by a widely spread alluvial deposit. The sedimentation process is still continuing caused by the drainage of the Cimanuk River flowing to the east coast. This river carries away a huge number of the sediment materials. This material, being widely distributed in Jawa sea water and are redeposited on the coastal zone, causing the east coast of Indramayu accreting and forming delta. In 1947 the drainage of the Cimanuk River has changed, one of the tributary is running away to the north-east direction, which is the shortest way to the coastline, and forming a new birdfoot type delta. The mud material of the Cimanuk River can reach approximately 53.6 million ton/year, consequently, the mouth of the Cimanuk River has rapidly and widely shallowed. The accretion processes can be monitored by the changed of the coastline from 1947 to 2002 by using satellite imagery. Key words : sedimentation, coastline, acresion, delta and mud.
KARAKTERISTIK PANTAI DI KAWASAN PESISIR TIMUR PULAU NATUNA BESAR, KABUPATEN NATUNA, PROPINSI RIAU Prijantono Astjario; Deny Setiady
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 8, No 1 (2010)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.395 KB) | DOI: 10.32693/jgk.8.1.2010.185

Abstract

Kawasan pesisir timur pulau Natuna Basar memiliki garis pantai yang bervariasi, dari pantai berpasir, pantai berbatu hingga pantai berbakau. Tipe pantai barbakau hanya menempati pada kawasan muara-muara sungai yang sangat dangkal dan berlumpur. Sedangkan pantai berpasir adalah tipe pantai yang mendominasi kawasan pesisir timur pulau Natuna Besar, memanjang dari utara hingga selatan. Pantai berbatu adalah pesisir pantai dengan bongkah granit yang tersebar di kaki Gunung Ranai. Sebaran bongkah granit secara tidak beraturan dan tumpang tindih di kawasan pesisir menyebabkan garis pantai ini menjadi garis pantai yang bernilai wisata tinggi. Bongkah granit ini adalah bagian dari batholit granit Ranai yang merupakan batuan dasar dari kawasan kepulauan Natuna. Kata kunci : pantai, bakau, wisata, bongkah. East coast of Natuna Besar island has variation beach lines, sandy beach, stony beach and mangrove beach. Apparently type of mangrove beach develops in the river mouths, which are muddy and shallow. Sandy beach dominated eastern coast of Natuna Besar island, distributs form the north to the south coast. Stony beach is a coast with boulders of granite in the foot mountain of Ranai. Distribution of Granite boulders are disorientation and unorganized along the east coast, because of these, the coast line has highly tourism value. Granite boulders are part of batholite Ranai granite which is base rock of Natuna islands. Keywords : coast, mangrove, tourism, boulder.