Dida Kusnida
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ATRIBUT ANOMALI MAGNETIK PERAIRAN WETAR, NUSA TENGGARA TIMUR Subarsyah Subarsyah; Lukman Arifin; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1532.35 KB) | DOI: 10.32693/jgk.12.1.2014.242

Abstract

Struktur geologi yang berkembang di Perairan Wetar berupa Proto-Thrust-Zone, Frontal-Thrust dan Sesar Mendatar. Kelurusan anomali magnetik dikontrol oleh kontras suseptibilitas magnetik dari fenomena geologi. Interpretasi fenomena geologi berdasarkan anomali magnetik memperlihatkan Sesar Naik Wetar yang cukup jelas di bagian selatan, dan berpindah tidak menerus ke bagian timur daerah penelitian akibat Sesar Mendatar. Fenomena geologi lainnya berdasarkan metode horisontal derivatif orde 1 dan analisis sinyal terlihat jelas batas keberadaan tubuh batuan vulkanik. yang teridentifikasi dalam penampang seismik lintasan 5 dan 9. Metode ini cukup baik dalam memetakan struktur bawah permukaan. Di perairan Wetar sebagian anomali magnet tidak bisa diinterpretasikan jika dikorelasikan dengan penampang seismik. Hal ini terkait dengan hipotesis keberadaan paleomagnetik dan kerak Banda bagian selatan yang merupakan lempeng samudera yang terperangkap. Kata Kunci : magnet, horisontal derivatif, anomali, perairan Wetar Geological structures that develop in the Wetar waters are Proto Thrus Zone, Frontal Thrust Zone and Strike Slip Fault. Magnetic lineament controlled by sussceptibility contrast of geological phenomena. Interpretation of geological phenomena based on magnetic anomaly clearly show the strike-slip fault trending in the south, and move discontinuously eastward of the study area due to Strike-Slip Fault. Other geological phenomena clearly identified by horizontal derivative and signal analysis method such as the boundary of volcanic body as seen on seismic section line 5 and 9. These method quite usefull to map subsurface structure. Some part of the magnetic anomaly in the Wetar Waters cannot be interpreted since they are correlated with seismic section. It may be due to the hypothesis of the present of paleomagnetic southern Banda basin assumed as the trapped oceanic crust. Keywords: magnetic, derivative horizontal, anomaly, Wetar waters
MUD DIAPIR DI PERAIRAN SELATAN PULAU MADURA Lukman Arifin; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 3 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1796.364 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.3.2009.178

Abstract

Shallow seismic reflection study along the southern water of Madura Island indicates the occurrence of diapir and sediment bearing gas. Normally, the occurrence of diapirism is associated with sediment bearing gas. These phenomena can be observed along the southern waters of Madura, from Sampang until Kalianget. Diapir, fault, and gas charged sediment are indicated as the geological hazard. Offshore infrastructures and drillings have to consider the present phenomena because they can destroy those infrastructures. Key word: diapir, fault, gas, geological hazard, Sampang Penelitian seismik pantul dangkal di perairan selatan P. Madura menunjukkan adanya diapir di dalam lapisan sedimen yang mengandung gas. Biasanya keberadaan diapir diikuti oleh adanya lapisan sedimen yang mengandung gas. Gejala ini dapat diamati di sekitar perairan pantai selatan Madura,mulai dari perairan Sampang hingga ke Kalianget. Diapir,sesar, dan gas dalam sedimen diindikasikan sebagai bahaya geologi. Pembangunan atau pemboran di pantai dan lepas pantai harus mewaspadai keberadaan diapir dan gas dalam lapisan sedimen. Di tempat ini struktur tanahnya labil dan dapat menimbulkan kerusakan bangunan di atasnya. Kata kunci: diapir, sesar,gas, bahaya geologi, Sampang
STRATIGRAFI SEISMIK PERAIRAN KELUNGKUNG-KARANGASEM DAN SEKITARNYA, PROPINSI BALI Nyoman Astawa; Agus Setyanto; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 2, No 1 (2004)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.527 KB) | DOI: 10.32693/jgk.2.1.2004.105

Abstract

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bali, daerah telitian didominasi oleh endapan volkanik. Dari rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal,runtunan seismik daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 ( dua) runtunan yaitu runtunan A (di bawah) dan runtunan B (di bagian atas). Runtunan A diduga sebagai basemen. Berdasarkan sifat reflektornya di duga runtunan ini berupa batuan yang kompak dan keras, dan dapat disebandingkan dengan Formasi Ulakan . Runtunan B dicirikan oleh pola refleksi paralel. Pola refleksi ini biasanya berupa sedimen yang diendapkan pada lingkungan tenang. Kontak antar runtunan A dan B adalah kontak ketidakselarasan kontak "onlap". Based on geological map of Bali Sheet, the study area is dominated by volcanic products. The shallow, single channel, seismic reflection records show that the seismic sequence can be divided into two sequences those are, sequence A (underneath) and sequence B (above). Sequence A is interpreted as a seismic basement. Based on its reflecting characteristics, this sequence is suggested of the hard and dense rocks, and can be correlated with the Ulakan Formation. Parallel reflectors characterize sequence B. These types of reflectors indicate that the sediments were deposited in a calm environment. The contact between sequence A and B is an unconformity, as shown by onlap contact.
KARAKTERISTIK AKUSTIK DAN FENOMENA GEOLOGI ENDAPAN SEDIMEN KUARTER DELTA MAHAKAM - KALIMANTAN TIMUR Dida Kusnida; Lukman Arifin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 3 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.644 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.3.2008.160

Abstract

Teknik stratigrafi sekuen resolusi tinggi yang dikembangkan dari konsep stratigrafi seismik, digunakan untuk mengidentifikasi sekuen pengendapan dalam runtunan sedimen Kuarter di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Dalam studi ini dilakukan usaha untuk menghubungkan pola umum refleksi endapan delta terhadap sifat-sifat akustik. Lapisan sedimen mengandung gas secara akustik biasanya dicirikan oleh zona yang bersifat keruh, diperkirakan berupa diapir lumpur dan/atau akumulasi gas biogenik menghasilkan kontras akustik relatif terhadap batuan sekitarnya. Data penampang seismik di lepas pantai menunjukan sedikitnya empat interval akustik (sekuen pengendapan) yang dipisahkan oleh bidang ketidakselarasan serta menunjukan fenomena akustik yang menyertainya. Kata kunci : Delta Mahakam, akustik, erosi, stratigrafi seismik, sedimen, diapir. High-resolution sequence stratigraphic technique, which is originally derived from the concepts of seismic stratigraphy, is applied to identify depositional sequences within Quaternary strata in Mahakam Delta, East Kalimantan. In this study an effort is made to relate the general pattern of reflection obtained over the submerged delta to the acoustical characteristics. Sediment bearing gas in particular acoustically is indicated by their turbid zones, suspected as mud diapirs and/or accumulation of biogenic gas produce acoustical contrasts with respect to country rock. Offshore seismic profile data indicate at least four acoustic intervals (depositional sequences) separated by unconformities and its associated acoustical phenomena. Keywords : Mahakam Delta, acoustic, erosion, seismic stratigraphy, sediments, diapir.
ANALISIS SAMPEL PASIR BESI UNTUK STUDI REKONAIS REGIONAL DI KECAMATAN NANGAPANDA DAN ENDE - FLORES Dida Kusnida; Wayan Lugra; Imelda R. Silalahi
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 2, No 2 (2004)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.143 KB) | DOI: 10.32693/jgk.2.2.2004.110

Abstract

Dengan semakin terbatasnya potensi sumberdaya alam di darat, kawasan pesisir dan laut Kabupaten Ende-Flores saat ini sedang menjadi alternatif bagi kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan investasi, terutama dari sektor pertambangan pasir besi. Dua buah contoh pasir besi yang dianalisis dalam penelitian ini sifatnya sangat regional yang diambil dari wilayah pantai Kecamatan Nangapanda dan Kecamatan Ende untuk tujuan rekonais. Kandungan bahan dalam contoh sedimen berdasarkan hasil analisis volumetrik kualitatif menunjukan bahwa kadar Fe-Total adalah 62,6 % dan 50,3 %, serta FeO adalah 30,5 % dan 27,0 %, masing-masing untuk Kecamatan Nangapanda dan Kecamatan Ende. Sedangkan untuk mengetahui jumlah kandungan Fe2O3 , hasil analisis volumetrik kuantitatif masing-masing menunjukan nilai 55,6 % dan 41,9 % untuk kedua daerah tersebut di atas. Kandungan TiO2 yang diketahui dari hasil analisis Spektofotometri masing-masing adalah 9,57 % dan 7.45 %, sedangkan kandungan Ni dengan menggunakan metoda AAS tidak terdeteksi untuk kedua daerah tersebut. The limited of on-land recourses impacting the coastal areas of Ende Regency-Flores as the alternative of human activities to get more treasures and investment, especially iron sands mining. The analyzed iron sand samples in this study were regionally taken from Nangapanda and Ende Districts for recognizance purposes. The compound of substances within samples based on a qualitative volumetric analysis indicates that the Total-Fe are 62.6 % and 50.3 %, and FeO are 30.5 % and 27.0 % each are for Nangapanda and Ende Districts. In contrast, to indicate the Fe2O3 compound, a quantitative volumetric shows the qualities are 55.6 % and 41.9 % for these two locations. TiO2 compound indicated from Spectrofotometric analysis are 9.57 % and 7.45 % for each location, and Ni compound was not indicated from AAS method for these two locations.
KARAKTERISTIK DAN PROSES PENGENDAPAN SEDIMEN DASAR LAUT DI PERAIRAN GOSONG BUNGA, KUALANAMU KAB. SERDANG BEDAGEI, PROV. SUMATERA UTARA Ediar Usman; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 2 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.263 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.2.2009.174

Abstract

Daerah penelitian terletak di perairan Gosong Bunga, lepas pantai Kualanamu dengan kedalaman antara 10 – 20 meter dan di bagian tengah hanya 2 - 3 meter pada saat air laut surut. Hasil analisis besar butir di daerah penelitian diperoleh beberapa jenis satuan tekstur sedimen dasar laut, yaitu: pasir lanauan, pasir, pasir lumpuran sedikit krikilan, lumpur pasiran, lanau pasiran, krikil pasiran, lumpur pasiran sedikit krikilan dan pasir sedikit krikilan. Berdasarkan hubungan antara besar butir dan persentase jumlah/frekuensi butiran; pengendapan sedimen dipengaruhi oleh arus sungai dan arus pantai dengan pola pergerakan butiran adalah saltasi, rolling (gulungan) dan sliding (dorongan) serta suspensi, dan secara umum membentuk pola saltasi. Sedangkan hasil analisis kimia pada beberapa contoh sedimen terpilih menunjukkan kandungan kuarsa (SiO2) berkisar antara 66,33 - 74,21% dan kandungan rata-rata sebesar 69,88%. Analisis fotomikro memperlihatkan komposisi utama adalah butiran kuarsa hampir 85%, mineral berat (magnetit, ilmenit, hematit dan limonit) 10% dan cangkang foram dalam keadaan utuh 5%. Hasil interpretasi rekaman seismik menujukkan ketebalan sedimen Kuarter di daerah penelitian antara 7 – 15 meter, di bagian tengah mencapai 20 meter. Kata kunci: sedimen dasar laut, proses pengendapan, pola pergerakan, lepas pantai Kualanamu The survey area is located on the Gosong Bunga waters, offshore of Kualanamu coast with waters depth between 10 – 20 meters, and part of central area only 2 – 3 meters depth on low sea level. Grain size analysis result from the survey area is several types of seafloor sediment textures silty sand, sand, slightly gravelly muddy sand, sandy mud, sandy silt, sandy gravel, slightly gravelly sandy mud and slightly gravelly sand. Based on relation between size, and cumulative and frequency percent of grains; depositional process of sediment influenced by river and coastal current with movement pattern are saltation, rolling, sliding and suspension, and generally to form a saltation pattern. While, result of chemical analysis on some the samples indicates that the quartz content (SiO2) content are between 66,73 – 74,21%, and the average content is 69,88%. Microphoto analysis indicates that the main content are quartz approximately 85%, 10% heavy minerals (magnetite, ilmenite, hematite and limonite) and good condition foram shell 5%. Seismic interpretation shows that the thickness of Quaternary sediments are about 7 to 15 meters except in the centre of the study area which is 20 meters. Keywords: seafloor sediment, depositional process, movement pattern, offshore of Kualanamu
TINJAUAN GEOLOGI TERHADAP MODEL ELEVASI DIGITAL SISTEM PARIT-PRISMA AKRESI, SELATAN JAWA Dida Kusnida; Tommy Naibaho
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 2 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.945 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.2.2009.171

Abstract

Model elevasi digital sistem parit-prisma akresi selatan Pulau Jawa menggambarkan keterwakilan topografi dasar laut seperti elevasi, lereng dan lain sebagainya secara tepat dan dengan mudah dapat dikuantifikasikan serta digambarkan sebagai output images. Sistem parit-prisma akresi selatan Pulau Jawa terletak di sebelah tenggara tepian Paparan Sunda dan diperkirakan dialasi oleh kerak samudera terakresi dan berada pada tahap awal evolusi. Analisis topografi rinci data model elevasi digital (DEM) dari daerah ini menunjukan hubungan yang erat antara struktur geologi dan batas satuan batuan. Kata kunci : parit, prisma akresi, DEM, topografi, lereng. Digital elevation model of the trench-accretionary prism system off south Java Island displays an accurate representation of seafloor topographic such as elevation, slope, etc and can easily be quantified and is displayed as output images. The trench-accretionary prism system off south Java Island lies on the southeast Sunda Shelf continental margin and it is suggested to be underlain by the basement of accreted oceanic crust, which is still in an early stage of evolution. Detailed topographic analysis of the digital elevation model (DEM) data from the area reveals a strong correlation between geological structures and rock unit boundaries. Keywords : trench, accretionary prism, DEM, topography, slope.
POTENSI ARUS LAUT DAN KONVERSI DAYA LISTRIK SEBAGAI ENERGI BARU TERBARUKAN DI PERAIRAN PALALAWAN DAN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Beben Rachmat; Ediar Usman; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 2 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.085 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.2.2012.217

Abstract

Kecepatan arus pada saat kondisi air surut di bagian utara daerah penelitian berkisar antara 1 – 1,5 m/s dan di selatan berkisar antara 0,1 – 0,5 m/s dengan arah menuju tenggara - selatan. Pada saat kondisi air pasang pada kedua daerah tersebut (bagian utara dan selatan) kecepatan arus berkisar antara 0,5 – 1,2 m/s dengan arah menuju barat daya - utara. Secara umum kecepatan arus dari utara ke selatan semakin berkurang kecepatannya, hal ini bisa dilihat dari perbedaan kecepatan arus di bagian utara dan selatan daerah penelitian pada kondisi air laut surut. Kondisi tersebut disebabkan oleh perbedaan morfologi bawah laut pada ke dua daerah tersebut. Di bagian utara, lebar lembah relatif lebih sempit (daerah selat) dengan morfologi membentuk alur bawah laut. Di bagian selatan merupakan daerah perairan terbuka, menyebabkan aliran air laut dan arus terdistribusi pada daerah yang lebih luas dan kecepatan arusnya makin berkurang. Potensi daya listrik untuk Turbin Kobold saat surut mencapai 60 – 65 kW, dan 20 kW saat pasang selama 13 jam, sedangkan saat neap tide maksimum mencapai 8 kW saat surut dan 4 kW saat pasang dengan waktu efektif selama 11 jam. Potensi daya listrik untuk Turbin Marine Current saat surut mencapai 3 – 3,2 kW dan 1 kW saat pasang dengan masa kerja selama 13 jam dalam sehari semalam, sedangkan saat neap tide maksimum mencapai 0,4 kW saat surut dan 0.2 kW saat pasang dengan waktu efektif selama 10 jam. Jenis turbin ini cukup optimal dan dapat bekerja dengan baik untuk menghasilkan listrik dengan potensi arus yang ada di perairan Pelalawan – Indragiri Hilir. Kata kunci: kecepatan arus, energi, potensi daya listrik, turbin Current speed during the low waters level in the northern part of survey area range between 1 to 1.5 m/s with southeast and south direction. During the high waters level (HWL) in the both areas range from 0.1 – 0.5 m/s with southwest and north direction. Generally, the current speed from the north to the south in the survey area is decrease, it can be seen from difference value of current speed at the northern and the southern of the survey area during the low waters level (LWS) condition. These condition caused by the difference of under sea morphology at bothside of areas. At the northern part of survey area, the wide of valley morphology is smaller (straits region) forming the submarine channel. At the southern part in an opening waters region, causing the sea current distributed in regions and the speed more decreasing. Electrical potency for Kobold Turbine during ebb tide reach 60 - 65 kW, and 20 kW during the flood as long as 13 hours, while during maximum neap tide reach 8 kW during the ebb and 4 kW during the flood with effective time as long as 11 hours. Electrical Potential for Marine Current Turbine during ebb reach 3 – 3.2 kW, and 1 kW during the flood as long as 13 hours, while during maximum neap tide reach 0.4 kW during the ebb and 0.2 kW during the flood with effective time as long as 10 hours. This kind of the turbine is optimum enough and can work well to produce the electricity with existing current potential in waters of Pelalawan – Indragiri Hilir. Keywords: current speed, energy, electrical potency, turbine
INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT Lukman Arifin; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 2, No 2 (2004)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.458 KB) | DOI: 10.32693/jgk.2.2.2004.112

Abstract

Rekaman seismik pantul dangkal menunjukkan adanya terobosan batuan ke permukaan dasar laut. Terobosan batuan tersebut berupa intrusi vulkanik seperti yang terdapat di darat, yaitu di bagian barat dan timur daerah telitian. Disekitar intrusi batuan vulkanik ini dapat diamati adanya sesar sesar yang berkembang. Adanya intrusi vulkanik dan sesar sesar di daerah telitian ini, perlu diwaspadai sebagai bahaya geologi yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan dan pembangunan di sekitar pantai. Shallow seismic reflection record indicate an intrusion body to sea floor surface. This intrusion suggested to be a vulcanic rock that occur in the western and eastern part of study area. Around in this intrusion vulcanic rock, the development of faults can be observed. The occurrence of this vulcanic intrusion should be paid attention as geological hazard that have to be consider for coastal development.
TINJAUAN GEOTEKTONIK SELAT MAKASSAR UTARA, IMPLIKASINYA TERHADAPPOTENSI HIDROKARBON LAUT DALAM CEKUNGAN KUTAI KALIMANTAN TIMUR Priatin Hadi Widjaja; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 3 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5234.474 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.3.2009.176

Abstract

Selat Makassar Utara yang terletak di bagian tenggara tepi paparan Sunda antara pulau Kalimantan dan Sulawesi merupakan wilayah eksplorasi laut-dalam. Wilayah ini berdekatan dengan Cekungan Kutai yang umumnya endapan delta dan paparan. Cekungan Kutai Laut-dalam yang termasuk daerah Kalimatan Timur bagian offshore telah dieksplorasi dengan penemuan beberapa lapangan migas yang signifikan pada sedimen umur Pliosen dan Miosen Akhir. Penemuan lapangan migas tersebut yang tersebar di tiga blok yaitu Makassar Strait PSC, Rapak PSC dan Ganal PSC yang dikontrol oleh tektonik kompresi berarah barat barat-laut dan timur tenggara. Setting geotektonik Selat Makassar dimulai dari Eosen yang diakibatkan tarikan pada kerak yang berkembang ke arah baratdaya dari pusat pemekaran di Laut Sulawesi. Setelah awal tarikan pada Selat Makassar, permukaan horst dan graben pada fase awal Eosen tertutupi di atasnya oleh sedimen dari hasil proses penurunan cekungan selama Oligosen sampai Miosen. Pada Plio-Pleistosen di Selat Makassar terjadi perubahan dari tektonik tarikan menjadi kompresi. Perkembangan antiklin toe-thrust terbentuk pada tingkat perkembangan yang bervariasi selama Miosen – Pliosen menjadikan hydrokarbon play pada laut-dalam purba. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap pengendapan batuan reservoir dan batuan induk, sejarah penurunan cekungan dan tentunya tipe pematangan batuan induk, jalur migrasi dan pada puncaknya adalah dihasilkannya banyak perangkap lapangan migas dari struktur toe-thrust. Kata kunci: geotektonik, Selat Makassar Utara, Cekungan Kutai, laut-dalam, reservoir The North Makassar Straits, located on the south-eastern margin of the Sundaland, between the islands of Kalimatan and Sulawesi, is an under-explored deepwater domain, adjacent to Kutai Basin which primarily coastal deltaic and shelfal deposits. Deepwater Kutei Basin, offshore East Kalimantan, has been explored with several significant hydrocarbon discoveries in Pliocene and Late Miocene sediments. The discoveries scattered in three blocks i.e., North Makassar Strait PSC, Rapak PSC and Ganal PSC controlled by compressional tectonics in W-NW and E-SE directions. Geotectonical setting of the Makassar Straits commenced during the Eocene in response to a crustal extension that propagated south-westwards from the Celebes Sea spreading centre. After initial opening of the Makassar Straits, early-phase Eocene horst and graben terrains were overlain by basinal sag sediments during the subsequent Oligocene to Miocene era. During the Plio-Pleistocene, prior extensional settings in the Makassar Straits that became compressional. The development of these toe-thrust anticlines has influenced the development of this Miocene-Pliocene palaeo-deep-water play in varying degree. This influence ranges from the deposition of reservoir, source, to subsidence history and thereby source rock maturity, migration routes and, ultimately, many of the field traps are generated by these toe-thrust structures. Key words: geotectonic, North Makassar Strait, Kutai basin, deepwater, reservoir