Nyoman Astawa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

STRATIGRAFI SEISMIK PERAIRAN KELUNGKUNG-KARANGASEM DAN SEKITARNYA, PROPINSI BALI Nyoman Astawa; Agus Setyanto; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 2, No 1 (2004)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.527 KB) | DOI: 10.32693/jgk.2.1.2004.105

Abstract

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bali, daerah telitian didominasi oleh endapan volkanik. Dari rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal,runtunan seismik daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 ( dua) runtunan yaitu runtunan A (di bawah) dan runtunan B (di bagian atas). Runtunan A diduga sebagai basemen. Berdasarkan sifat reflektornya di duga runtunan ini berupa batuan yang kompak dan keras, dan dapat disebandingkan dengan Formasi Ulakan . Runtunan B dicirikan oleh pola refleksi paralel. Pola refleksi ini biasanya berupa sedimen yang diendapkan pada lingkungan tenang. Kontak antar runtunan A dan B adalah kontak ketidakselarasan kontak "onlap". Based on geological map of Bali Sheet, the study area is dominated by volcanic products. The shallow, single channel, seismic reflection records show that the seismic sequence can be divided into two sequences those are, sequence A (underneath) and sequence B (above). Sequence A is interpreted as a seismic basement. Based on its reflecting characteristics, this sequence is suggested of the hard and dense rocks, and can be correlated with the Ulakan Formation. Parallel reflectors characterize sequence B. These types of reflectors indicate that the sediments were deposited in a calm environment. The contact between sequence A and B is an unconformity, as shown by onlap contact.
POLA SEBARAN GAS CHARGED SEDIMENT DASAR LAUT DI PERAIRAN SIDOARJO JAWA TIMUR Nyoman Astawa; Priatin Hadi Widjaja; Wayan Lugra
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 9, No 2 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1697.98 KB) | DOI: 10.32693/jgk.9.2.2011.201

Abstract

Gas charged sediment dalam rekaman seismik dicirikan oleh tidak adanya gambar pantul dalam (free reflector), karena gas charged sediment merupakan media penyerap energi. Dari hasil penafsiran rekaman seismik dapat dibuat Peta Pola Sebaran Gas Charged sediment di daerah penelitian. Pola sebaran gas charged sediment di daerah penelitian cukup luas yaitu mulai dari Perairan Sukolilo hingga ke muara Kali Porong. Di bagian selatan daerah penelitian (L-12), sebaran gas charged sediment relatif lebih luas jika dibandingkan dengan di bagian utara (L-19). Kata kunci : seismik, penafsiran, peta pola sebaran gas charged In the seismic record gas charged is characterized by free reflectors, because the gas charged is an energy absorber media. From the interpretation of the seismic record, the maps of gas charged distribution pattern in the study area can be created. Gas charged distribution pattern in the study area is extend from Sukolilo Waters to the estuary of Porong River. In the soothern part of the study area (L-12), the distribution of gas charged is relatively broader than in the northern part (L-19). Keywords: seismic, interpretation, map distribution pattern of biogenic gas
STUDI POTENSI MIGAS DENGAN METODE GAYABERAT DI LEPAS PANTAI UTARA JAKARTA Saultan Panjaitan; Nyoman Astawa
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 8, No 1 (2010)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1362.637 KB) | DOI: 10.32693/jgk.8.1.2010.183

Abstract

Anomali Bouguer dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu: Anomali gayaberat rendah terbentuk pada kisaran nilai 15 mGal hingga -40 mGal sebagai rendahan sinklin. Anomali gayaberat tinggi terbentuk pada kisaran nilai 40 mGal hingga 60 mGal sebagai tinggian antiklin. Formasi batuan dari atas hingga bawah sebagai berikut: Formasi Cisubuh rapat massa batuan 2.5 gr/cm³ ketebalan pada penampang ±1400 meter. Formasi Parigi rapat massa batuan 2.7 gr/cm³ ketebalan ± 400 meter. Formasi Cibulakan rapat massa batuan 2.6 gr/cm³ ketebalan ± 1600 meter. Formasi Jatibarang rapat massa 2.8 gr/cm³ ketebalan ± 1000 meter. Batuan reservoir didominasi lensa-lensa batupasir Formasi Cibulakan Atas, Cibulakan Bawah serta batugamping Formasi Parigi dan batupasir Formasi Talangakar. Batuan induk migas adalah serpih lakustrin halus Anggota Cibulakan Bawah (Formasi Talang Akar). Tinggian batuan reservoir pada anomali sisa antara 0 mGal hingga 16 mGal dan kedalaman pada penampang ± 1500 meter dengan rapat massa batuan 2.7 gr/cm³ Sesar normal terbentuk arah Utara-Selatan dan sesar naik arah Timur-Barat dikontrol oleh pematahan bongkah pada batuan alas metamorf dengan rapat massa 3.0 gr/cm³. Kata kunci: gayaberat, antiklin, anomali sisa, lepas pantai. Bouguer anomaly can be grouped into two parts: Low Gravity anomaly formed at 15 mGal to 40 mGal as syncline lower. High gravity anomaly formed at 40 mGal to 60 mGal as anticline high. Rock formation from the top to the bottom as follows: Cisubuh Formation rock of density with 2.5 gr / cm³ thickness at section of ± 1400 metre. Parigi Formation rock density of 2.7 gr / cm³ thicknees ± 400 metre. Cibulakan Formation density with 2.6 gr / cm³ thickness ± 1600 metre. Jatibarang Formation with density 2.8 gr / cm³ of thickness ± 1000 metre. Reservoir rock is dominated by lens of sandstone upper Cibulakan Formation, Lower Cibulakan and also Parigi Formation limestone and Talangakar Formation sandstone. Sourced rock of oil and gas from shales lacustrine of Cibulakan Lower or Talang Akar Formation. High Rocks reservoir at recidual anomaly range from 0 mGal to 16 mGal at section deepness ± 1500 metre with density of 2.7 gr / cm³, formed by normal fault of Northern-Southern direction and reverse fault Eastern-Western direction controlled by block faulting metamorphics bedrock with density of 3.0 gr / cm³. Keywords: gravity, anticline, recidual anomaly, offshore.
GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUTPERAIRAN LEMBAR PETA 0421, DAERAH ISTIMEWA ACEH Nyoman Astawa; Imelda R. Silalahi; Riza Rahardiawan
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 2 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1598.529 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.2.2012.220

Abstract

Hasil kegiatan penelitian geologi kelautan Lembar Peta 0421menghasilkan data seismik dan pemeruman sepanjang lebih kurang 963,73 kilometer. Dari peta batimetri ditemukan beberapa kelurusan dengan arah hampir baratlaut-tenggara dan diduga merupakan sesar. Hasil penafsiran data menunjukkan bahwa stratigrafi rekaman seismik, daerah penelitian secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 (empat) unit yaitu unit 1; unit 2; unit 3, dan unit 4. Jika dikaitkan dengan geologi regional daerah penelitian, unit 1 diduga dapat disebandingkan dengan Formasi Peunasu berumur Miosen, unit 2 diduga dapat disebandingkan dengan Formasi Seurula & Formasi Julurayeu berumur Pliosen, unit 3 diduga dapat disebandingkan dengan endapan volkanik Toba berumur Plistosen, dan unit 4 diduga dapat disebandingkan dengan aluvial berumur Holosen. Pembagian unit tersebut berdasarkan pada adanya bidang tidakselarasan (onlap), dan pepat erosi (erosional truncation). Kata kunci : lembar peta 0421, unit seismik, ketidakselarasan. The results of marine geological investigation of map of sheet 0421 gave a data of seismic and sounding approximately 963.73 kilometers long. Bathymetric map indicates some alignment with the direction of nearly northwest-southeast and presumed to be faults. Seismic data interpretation indicate that the stratigraphy of the study area can broadly be divided into 4 (four) units those are unit 1; unit 2; unit 3, and unit 4. Correlation balance with regional geology, show that seismic, unit 1 correlates with Peunasu Formation of Miocene, unit 2 correlates with Seurula Formation and Julurayeu Formation of Pliocene, unit 3 correlates with Old Toba volcanic deposites of Pleistocene, and unit 4 correlates with Alluvium of Holocene. The division of seismic units was based on unconformity (onlap) and (erosional truncation). Keywords: map of sheet 0421, seismic units, unconformity.
STRATIGRAFI SEISMIK LAUT DANGKAL PERAIRAN CELUKANBWANG, BALI UTARA Nyoman Astawa; Wayan Lugra
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 1, No 2 (2003)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.337 KB) | DOI: 10.32693/jgk.1.2.2003.97

Abstract

Suvai seismik laut sepanjang pantai dan lepas pantai Celukanbawang Bali Utara dimaksudkan untuk mendapatkan data rekaman seismik guna menerangkan kondisi geologi daerah telitian. Berdasarkan pendekatan stratigrafi seismik, rekaman data seismik menunjukkan bahwa di daerah telitian terdapat 2 (dua) runtunan seismik, yaitu runtunan A dan B. Runtunan A diduga merupakan batuan volkanik sedangkan runtunan B diduga merupakan batuan sedimen yang diendapkan dalam lingkungan energi cukup kuat. Pada daerah slope break banyak dijumpai diapir, dan struktur geologi yang berkembang di daerah telitian adalah sesar normal. The marine seismic survey along the coast and offshore of Celukanbawang, North Bali, was directed to obtained seismic records to explain the geological condition of the study area. On the basis of seismic stratigraphy approach, the seismic records indicate that in the study area presence 2 (two) seismic sequences, those are sequence A and B. Sequence A is suggested as a volcanic rocks while sequence B is suggested as sedimentary rocks deposited within strong energy environment. At the slope break area the diapers were found, and the geological structures develope in the study area are normal faults.
SEBARAN DUGAAN GAS BIOGENIK BERDASARKAN HASIL PENAFSIRAN REKAMAN STRATA BOX DI PERAIRAN TANJUNG PONTANG-BANTEN Nyoman Astawa; Hananto Kurnio
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 9, No 3 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2266.9 KB) | DOI: 10.32693/jgk.9.3.2011.207

Abstract

Penelitian gas biogenik di perairan Tanjung Pontang dan sekitarnya menerapkan metode geofisika menggunakan alat akustik (strata box). Keberadaan gas biogenik dalam rekaman akustik, dicirikan oleh tidak adanya gambaran pantul dalam (free reflector), dan menampakan warna hitam. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya energi alternatif, berupa gas biogenik untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar daerah penelitian. Hasil penafsiran rekaman strata box, kemudian runtunan yang diperkirakan mengandung gas biogenik diplot dalam peta lintasan. Hasil penafsiran menunjukkan bahwa akumulasi gas biogenik terdapat di kedalaman 2.5 meter pada lintasan 3 (L-3), di kedalaman 10.0 meter pada lintasan 7 (L-7), dan di kedalaman 5.0 meter pada lintasan 3 (L-3). Kata kunci : rekaman strata box, penafsiran, peta pola sebaran gas biogenik. Biogenic gas research in Tanjung Pontang and its surrounding waters applied geophysic method of acoustic equipment (strata box). Occurrences of biogenic gas in the acoustic records were characterized by no internal reflection patterns (free reflector), and black colour appearance. The research was meant to utilize alternative energy resources, biogenic gas for local community surround the gas deposits. Results on strata box interpretation, then plotted on ship track map of its possible biogenic gas bearing sequences. It indicates that biogenic gas is accumulated in 2.5 meter depth on the 3 (L-3) track, in 10.0 meter depth on the 7 (L-7) track, and in 5.0 meter depth on the 3 (L-3) track. Key words : strata box records, interpretation, biogenic gas distribution pattern map.
PROSES PERTUMBUHAN DELTA BARU SUNGAI CIMANUK HINGGA TAHUN 2002, DI PANTAI TIMUR KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT Prijantono Astjario; Nyoman Astawa
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 5, No 3 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1605.996 KB) | DOI: 10.32693/jgk.5.3.2007.139

Abstract

Kawasan garis pantai timur kabupaten Indramayu ditutupi oleh endapan aluvium yang cukup luas. Proses sedimentasi pada garis pantai saat ini masih berlangsung, disebabkan oleh sungai Cimanuk yang bermuara di daerah ini. Sungai tersebut membawa material sedimen dalam jumlah besar. Sedimen ini tersebar di L. Jawa dan diendapkan kembali di garis pantai, yang mengakibatkan pantai timur Indramayu mengalami akrasi dan membentuk delta. Tahun 1947 aliran sungai Cimanuk mengalami perubahan, salah satu bagian aliran sungai mengalir ke arah utara-timur, jalan terdekat menuju garis pantai membentuk delta baru dengan tipe telapak kaki burung (birdfoot-type delta). Kandungan lumpur sungai Cimanuk dapat mencapai rata-rata 53,6 juta ton/tahun, akibatnya kawasan muara sungai Cimanuk mengalami pendangkalan (akresi) yang sangat cepat dan luas. Proses pendangkalan ini dapat dipantau dari perubahan garis pantai sejak tahun 1947 hingga 2002 melalui penginderaan jauh citra satelit. Kata kunci : sedimentasi, garis pantai, akresi, delta dan lumpur. The east coast of the Indramayu District is covered by a widely spread alluvial deposit. The sedimentation process is still continuing caused by the drainage of the Cimanuk River flowing to the east coast. This river carries away a huge number of the sediment materials. This material, being widely distributed in Jawa sea water and are redeposited on the coastal zone, causing the east coast of Indramayu accreting and forming delta. In 1947 the drainage of the Cimanuk River has changed, one of the tributary is running away to the north-east direction, which is the shortest way to the coastline, and forming a new birdfoot type delta. The mud material of the Cimanuk River can reach approximately 53.6 million ton/year, consequently, the mouth of the Cimanuk River has rapidly and widely shallowed. The accretion processes can be monitored by the changed of the coastline from 1947 to 2002 by using satellite imagery. Key words : sedimentation, coastline, acresion, delta and mud.
POLA SEBARAN SEDIMEN MENGANDUNG GAS BERDASARKAN INTERPRETASI SEISMIK PANTUL DANGKAL DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR Wayan Lugra; Abdul Wahib; Nyoman Astawa
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 2, No 2 (2004)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.35 KB) | DOI: 10.32693/jgk.2.2.2004.108

Abstract

Dari hasil interpretasi seismik di daerah penelitian dapat dikenali 4 runtunan yaitu runtunan A, B C dan Runtunan D serta sedimen mengandung gas (gas charged sediment) dengan konfigurasi rekaman adalah bebas pantul (free reflection). Pola sebaran sedimen mengandung gas menempati 2 zona yaitu zona I di sebelah selatan Tanjung Wedora dan zona II sebelah utara Tanjung Wedora sampai Ujung Pangkah. Sebaran sedimen mengandung gas hanya dapat dikenali secara lateral, sedangkan secara vertikal sangat sulit untuk dikenali. Keterdapatan sedimen mengandung gas diperkirakan menempati runtunan C yang tersebar secara merata di daerah telitian. Shallow seismic interpretation indicate that the stratigraphy of , the study area can be divided into 4 sequences namely sequence A, B, C and D, In the study area, the gas charged sediments also were indicated. The spreading of gas charged sediment occupied at two zones those are zone one in the south off Tanjung Wedora and zone two in the north off Tanjung Wedora extend to Ujung Pangkah. Spreading trends of the gas charged sediment can be recognized laterally, while vertically is quit dificult. While the existing of gas charged sediment is suggested in sequence C which is spreading on the whole of study area.
PROSES TERBENTUKNYA PULAU-PULAU WISATA, GILI TRAWANGAN, MENO DAN AIR, AKIBAT AKTIFITAS GUNUNGAPI BAWAH LAUT DI PAMENANG, KABUPATEN LOMBOK BARAT Prijantono Astjario; Nyoman Astawa
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 3, No 1 (2005)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.324 KB) | DOI: 10.32693/jgk.3.1.2005.122

Abstract

Kegiatan gunungapi dasar laut di masa lalu, di wilayah pesisir baralaut Pulau Lombok menghasilkan struktur aliran lava bantal yang membeku di laut dangkal. Kondisi lingkungan air laut yang jernih, kadar salinitas yang cukup serta penetrasi sinar matahari yang baik memungkinkan tumbuhnya beragam jenis terumbu karang hingga mencapai permukaan laut dan membentuk pulau-pulau atol. Gili Trawangan, Meno dan Air merupakan pulau-pulau atol yang menyingkapkan batuan dasar gunungapi dasar laut berupa lava bantal, ditutupi oleh material gunungapi produk gunungapi Rinjani dan material rombakan terumbu karang. Dengan kondisi tersebut menjadikan ke tiga pulau-pulau tersebut memiliki nilai wisata bahari yang tinggi. Saat ini, ketiga pulau tersebut selain memiliki pasir pantai yang putih bersih dan singkapan struktur lava bantal, telah memiliki nilai wisata yang tinggi baik geowisata, wisata pantai dan wisata bahari. Pengelolaan kawasan wisata yang baik dapat meningkatkan kehadiran parawisatawan asing maupun domestik, hal ini penting guna meningkatkan penghasilan asli daerah. Paleo-underwater volcanoes activities in the northwest coast of Lombok Island have formed pillow lava flow structure that harden in shallow sea. Clear environment, good salinity, and penetrasion sunlight make many various coral reefs to grow well to reach the sea-surface and formed some atol islands. Gili Trawangan, Meno, and Air are some of atol islands which have outcroped the base rocks of underwater volcanoes in the form of pillow lava, covered by volcano materials Rinjani Mountain and rework materials of coral reefs. As a result, those three islands have been high rated marine tourism. Nowaday, those three islands with cleane sandbeach and outcroped pillow lava structured have became a high values of tourism, which include geotourism, and aquatic- tourism. Good tourism management could increase the number of foreign tourists and domestic tourists, which is very important to increase local area income.
GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN PENAFSIRAN REKAMAN SEISMIK PANTUL DANGKAL SALURAN TUNGGAL DI PERAIRAN SELAT SUNDA Nyoman Astawa; Wayan Lugra
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1205.157 KB) | DOI: 10.32693/jgk.12.2.2014.250

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan dasar laut dengan metode seismik pantul dangkal saluran tunggal, dan pemeruman. Seismik stratigrafi daerah penelitian dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) unit, yaitu Unit 1 diinterpretasikan sebagai batuan intrusi, Unit 2 yang dekat dengan Pulau Jawa sebagai batuan volkanik dan yang dekat dengan Pulau Sumatera diduga sebagai Formasi Lampung, dan batuan lava andesit, serta Unit 3 diinterpretasikan sebagai sedimen Kuarter. Kedalaman permukaan dasar yang dapat direkam berkisar antara -5 hingga -125 meter dengan perubahan yang terjadi secara bergradasi dari arah pantai ke laut. Kata kunci : Morfologi permukaan dasar laut, seismik stratigrafi, geologi bawah permukaan, Selat Sunda The aims of study is to determine the subsurface geology condition of Sunda Strait by using single channel shallow seismic reflection, and the sounding method. Seismic stratigraphy of the study area can be divided into three (3) units, those are Unit 1, interpreted as intrusive rocks, Unit 2, which is close to Java be expected at volcanic rocks and the adjacent of Sumatera island interpreted Lampung Formation and andesitic lava rock, while Unit 3 as suspected Quaternary sediments. The sea floor depth that can be recorded ranging from -5 to -125 metres with the changes depth gradually from the shore to the sea. Keywords : Seafloor morphology, seismic stratigraphy, subsurface geology, Sunda Strait