Luli Gustiantini
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

FORAMINIFERA DI PERAIRAN SEKITAR BAKAUHENI, LAMPUNG (SELAT SUNDA BAGIAN UTARA) Luli Gustiantini; Kresna Tri Dewi; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 3, No 1 (2005)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.032 KB) | DOI: 10.32693/jgk.3.1.2005.120

Abstract

Penelitian foraminifera bentik dari 15 percontoh sedimen dasar laut di bagian utara Selat Sunda, Perairan Bakauheni, Lampung telah dilakukan secara kuantitatif. Keterdapatan foraminifera bentik di daerah penelitian sangat melimpah dan bervariasi yaitu terdiri dari 142 spesies (65 genera) yang diidentifikasi dari 7.799 spesimen. Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa kelimpahan dan komposisi spesies foraminifera di bagian timur (sekitar Bakauheni) cenderung lebih tinggi (rata-rata 6,24%) dibandingkan dengan bagian barat (rata-rata 4,7%) daerah penelitian. Hal ini kemungkinan dapat dikaitkan dengan arah pergerakan arus dasar laut yang bekerja di daerah penelitian. Keanekaragaman foraminifera bentik tertinggi terdapat pada titik lokasi BHL-36 yang terletak di bagian barat daerah penelitian dan terdiri dari 104 spesies. Kelimpahan tertinggi (10,07%) terdapat pada titik lokasi BHL-25 yang terletak tidak jauh dari Pelabuhan Bakauheni dan didominasi oleh spesies tertentu yang dapat bertahan hidup. Subordo Rotaliina merupakan kelompok utama di daerah penelitian yang dicirikan oleh genera Asterorotalia, Operculina, dan Elphidium. Benthic foraminifera from fifteen surface sediment samples in the northern part of Sunda Strait, Bakauheni Waters, Lampung have been analysed quantitatively. The occurrences of benthic foraminifera in the study area are very abundance and varied, it comprises of 142 species (65 genera), which is identified from 7,799 specimens. Based on this research, it is resulted that the abundance and diversity of foraminifera in the east (around Bakauheni) are higher (average of 6.24%) than in the west (average of 4,7%) of the study area. It may relate to bottom current pattern that work in the study area. The highest diversity of benthic foraminifera occurs at site BHL-36, which lies in west part of the study area and it comprises of 104 species. The highest number of individu (10.07%) occurs at the site of BHL-25, which is close to Bakauheni Harbour and it is dominated by certain survived species. Subordo Rotaliina is the main group found in the study area that is characterized by genera of Asterorotalia, Operculina, and Elphidium.
DISTRIBUSI FORAMINIFERA BENTIK SEBAGAI INDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN DI PERAIRAN SEKITAR PULAU BATAM-RIAU KEPULAUAN Luli Gustiantini; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 1 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1291.012 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.1.2008.149

Abstract

Hasil analisis foraminifera bentik dari 42 percontoh sedimen dasar laut yang diambil dari Perairan Batam menunjukkan kelimpahan yang sangat tinggi, terdiri dari 123 spesies, yang terbagi menjadi 72 spesies dari Grup Rotaliina, 28 spesies Miliolina, dan 23 spesies Textulariina. Berdasarkan analisis cluster, lokasi penelitian terbagi menjadi 5 cluster, yang masing-masing didominasi oleh Asterorotalia trispinosa, Pseudorotalia annectens, Amphistegina radiata, Quinqueloculina cf. Q. philippinensis, dan Operculina ammonoides. Kelima spesies tersebut merupakan penciri lingkungan laut dangkal, sedimen kasar, dan berasosiasi dengan lingkungan berenergi tinggi dan terumbu karang. Penyebaran foraminifera bentik di lokasi penelitian dipengaruhi oleh pola arus, distribusi sedimen, dan terumbu karang. Ada perbedaan distribusi foraminifera bentik yang cukup signifikan antara wilayah sebelah barat dengan di sebelah utara dan timur penelitian. Ketiga area tersebut memiliki pola arus, tingkat energi dan distribusi sedimen yang cukup berbeda. Wilayah Perairan Batam dinilai masih memiliki kondisi lingkungan yang bagus, dilihat dari kelimpahan foraminifera bentik, serta dari nilai tingginya index diversitas yaitu >3. Kata kunci : foraminifera bentik; analisis cluster; indikator lingkungan; Perairan Batam - Riau Analysis of benthic foraminifera from 42 seafloor sediment samples from Batam Waters, shows very high abundance, consists of 123 species, which are 72 species belong to Rotaliina, 28 species of Miliolina, and 23 species of Textulariina. Based on cluster analysis, the study area is divided into 5 groups, each cluster is dominated by Asterorotalia trispinosa, Pseudorotalia annectens, Amphistegina radiata, Quinqueloculina cf. Q. philippinensis, and Operculina ammonoides. These five species of benthic foraminifera are indicators for shallow marine water environment, with coarse sediment fraction and associated with high energy environment and coral reef. The benthic foraminiferal distribution is influenced by current pattern, sediment distribution, and coral reef. There is a significant difference between benthic foraminiferal distribution in the western part with the northern and the eastern parts. These three parts of the study area have different current pattern, energy, and sediment distribution. Batam Waters is assumed still in good environment, derived from both high abundance of benthic foraminifera and the high value of diversity index (>3). Key words : benthic foraminifera; cluster analysis; environmental indicator; Batam Waters
FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU CEMARA BESAR DAN CEMARA KECIL KEPULAUAN KARIMUNJAWA JAWA TENGAH Luli Gustiantini; Delyuzar Ilahude
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (885.257 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.1.2012.213

Abstract

Kepulauan Karimunjawa memiliki nilai konservasi yang tinggi karena kelimpahan, keragaman jenis dan ekosistemnya. Degradasi terumbu karang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Penelitian foraminfera ini dilakukan di sekitar Pulau Cemara Besar dan Cemara Kecil dengan mengambil contoh sedimen dasar laut di dua puluh enam titik lokasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kelayakan lingkungan terhadap pertumbuhan terumbu karang berdasarkan komposisi foraminifera bentik yang terdapat di Pulau Cemara Besar dan Pulau Cemara Kecil. Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan kelimpahan foraminifera bentik dengan menghitung FORAM (Foraminifera inReef Assessment and Monitoring) Index. Pengambilan contoh sedimen untuk memperoleh sampel foraminifera yang dilakukan dengan penyelaman dan sebagian dengan menggunakan pemercontoh comot. Secara umum, perairan di sekitar Pulau Cemara Besar sangat kondusif untuk pertumbuhan terumbu karang dengan nilai FORAM Index FI > 5. Foraminifera bentik yang mendominasi adalah Amphistegina, Calcarina, Streblus dan Reusella. Di bagian barat dan baratlaut Pulau Cemara Kecil, kelimpahan foraminifera bentik sangat rendah, dan juga memperlihatkan ornamentasi cangkang yang tidak jelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kedua daerah ini kondisi lingkungan terumbu sudah mulai terganggu. Kondisi terganggu ini didukung oleh dominannya jenis Streblus yang biasanya merupakan indikator lingkungan yang berenergi tinggi, serta hadirnya jenis-jenis opportunistic lainnya seperti Pseudorotalia dan Elphidium. Kata kunci : Foraminifera, FORAM Index, Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, Kepulauan Karimunjawa. Karimun Islands has high conservation value due to the abundance, diversity of types and only recently. Degradation of coral reefs would indirectly affect the balance of the ecosystem around it. The research was carried out in the vicinity of foraminfera Cemara Besar Island and Cemara Kecil Island by taking samples of the seabed sediments in twenty-six point location. The purpose of the research to determine the level of environmental worthiness against the growth of coral reefs based on composition of benthic foraminifera in the Cemara Besar and Cemara Kecil Island. The method used is through the abundance of benthic foraminifera with the approach to calculating FORAM (Foraminifera inReef Assessment and Monitoring) Index. Sediment sampling to obtain samples of foraminifera are done with dives and partly by using the grabsamples. In General, the waters around the island of Cemara Besar is conducive to the growth of coral reefs with Index FI FORAM > 5. Benthic Foraminifera are dominating, Calcarina, Amphistegina, Streblus and Reusella. In the West and Northwest of Cemara Kecil, benthic foraminifera abundance is very low, and it also exposes additional shells was unclear. It shows that on both these areas has already begun to environmental conditions of coral is disturbed. Disturbed conditions is supported by his dominions of Streblus which usually is an indicator of high energy environments, as well as the presence of other opportunistic types such as Pseudorotalia and Elphidium. Keywords: Foraminifera, FORAM Index, Cemara Besar Island, Cemara Kecil Island, Karimun Islands.
DISTRIBUSI FORAMINIFERA DI LAUT HALMAHERA DARI GLASIAL AKHIR SAMPAI RESEN Luli Gustiantini; Maryunani Maryunani; Rina Zuraida; C. Kissel; F. Bassinot
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4657.928 KB) | DOI: 10.32693/jgk.13.1.2015.259

Abstract

Mikrofauna foraminifera telah banyak digunakan sebagai proksi dalam penelitian paleoseanografi dan perubahan iklim purba. Kelimpahan dan komposisi kimia cangkang foraminifera merekam berbagai informasi yang dapat diinterpretasi berkaitan dengan perubahan lingkungan berdasarkan parameter-parameter paleoseanografi. Paleoseanografi Laut Halmahera sangat penting untuk dikaji karena berpengaruh terhadap dinamika iklim Indonesia dan iklim global. Perubahan-perubahan parameter oseanografi tersebut mempengaruhi sirkulasi arus global dan interaksi antara air-udara yang berperan terhadap penyebaran uap air ke lintang tinggi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mempelajari distribusi foraminifera untuk rekonstruksi perubahan paleoseanografi di Laut Halmahera dan sekitarnya. Data foraminifera ini didukung dengan pemodelan umur dan rekonstruksi isotop stratigrafi berdasarkan analisis d18O G. ruber dan C14 radiokarbon dating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan foraminifera di Laut Halmahera sangat dipengaruhi oleh iklim global. Kelimpahan foraminifera terutama didominasi oleh G. ruber, G. bulloides, P. obliqueloculata, N. dutertrei, dan G. menardii dari jenis planktonic. Sedangkan jenis bentik didominasi oleh Bulimina spp., Bolivinita quadrilatera, Bolivina spp., dan Uvigerina spp. Biozonasi foraminifera menunjukkan korelasi yang sangat baik dengan data ?18O dan mencerminkan perubahan – perubahan iklim di masa lalu yang terjadi sejak 50.000 tahun yang lalu antara lain glasial akhir yang berlangsung sejak zona 1 - 4b, LGM (subzone 4b), deglasiasi (subzona 4c), kondisi seperti YD dari bumi bagian utara atau ACR dari bumi bagian selatan pada awal zona 5, interglasial (pertengahan zona 5), dan Mid Holosen Maksimum pada pertengahan subzona 5a. Kata kunci: Distribusi foraminifera, paleoseanografi, isotop oksigen, perubahan iklim global, Laut Halmahera. Microfauna foraminifera has been widely used as a potential proxy for paleoceanography and paleoclimatological changes. Its assemblages and its test geochemical composition preserve important data that could interprete various oceanographic parameters related to the paleoenvironmental changes. The paleoceanography dynamic of Halmahera sea is very important to be studied due to its great impact to Indonesian and global climate. The changes of its oceanographic parameters influence the thermohaline circulation and the air-sea interaction that contribute to the water favour distribution to the high latitudes. Therefore this research purpose is to analyze the foraminiferal distribution in order to reconstruct the paleoceanography changes of Halmahera sea and surrounded. This foraminiferal study is supported by the age model reconstruction and isotope stratigraphy analysis based on d18O G. ruber and 14C dating. The result suggests that foraminiferal assemblage was influenced by global climate changes. Planktonic foraminifera is dominated by G. ruber, G. bulloides, P. obliqueloculata, N. dutertrei, and G. menardii. Benthic foraminifera is dominated by Bulimina spp., Bolivinita quadrilatera, Bolivina spp., and Uvigerina spp. Foraminiferal biozonation indicates coherent correlation with ?18O record, and reflects global paleoclimatic changes that occurred since the 50 ka BP. Those paleoclimatic changes are last glacial (zone 1 - subzone 4b), LGM (zone 4b), deglaciation that was started from subzone 4c, condition of YD like of Northern Hemisphere climate or ACR like of the Southern Hemisphere climate (the beginning of zone 5), interglacial (middle of zone 5), and Mid Holocene Maximum at the middle of subzone 5a.Keywords: Foraminiferal distribution, paleoceanograhy, oxygen isotope, global climate changes, Halmahera sea,