Ediar Usman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

REKONSTRUKSI PROSES SEDIMENTASI PERAIRAN "LAGOON SAGARA ANAKAN" Ediar Usman; Lili Sarmili
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 3, No 3 (2005)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.932 KB) | DOI: 10.32693/jgk.3.3.2005.128

Abstract

Proses sedimentasi di Laguna Sagara Anakan tidak terlepas dari proses transportasi oleh S. Citanduy. Tetapi jauh sebelum tahun 1944, sebelum sungai-sungai yang lebih muda terbentuk, proses transportasi dan sedimentasi oleh S. Citanduy dengan Daerah Aliran Sungai mencapai bagian utara hingga ke Kabupaten Kuningan - Jawa Barat. DAS Citanduy mencapai 1.675.000 ha (167,5 km2). Perkembangan garis pantai Laguna Sagara Anakan sejak tahun 1944 hingga 2002 menunjukkan pertumbuhan seluas 64,73 ha per-tahun. Berdasarkan perkembangan tersebut dapat dilakukan prediksi dan rekonstruksi tahapan kedudukan garis pantai hingga stadia terakhir. Jika pada tahun 2002, luas kolam air Laguna Sagara Anakan sebesar 1.596,11 ha dan pada saat stadia akhir proses sedimentasi tinggal 1.065,05 ha maka pertumbuhan daratan mencapai luas 531,06 ha. Bila laju sedimentasi per-tahunnya 64,73 ha, maka stadia akhir sedimentasi Sagara Anakan akan terjadi 8,20 tahun kemudian atau 8 tahun 2,4 bulan sejak tahun 2002. Dengan demikian dapat diprediksi stadia akhir sedimentasi di Sagara Anakan akan terjadi pada tahun 2010. Sedimentation process in Lagoon Sagara Anakan is not quit of transportation process by S. Citanduy. But far before year 1944, before more formed young rivers, transportation process and sedimentation by S. Citanduy with Catchment Area till to Kuningan District - West Java. Catchments Area of S. Citanduy is 1.675.000 ha (167,5 km2). Coastline Lagoon Sagara Anakan growth since year 1944 till 2002 showing growth for the width of 64,73 ha per-year. Pursuant to the growth can be predicted and reconstructed step domicile coastline till last stadia. If on 2002, wide of Lagoon Sagara Anakan basin equal to 1.596,11 ha and at the time of final stadia of sedimentation process remain 1.065,05 ha hence growth of coastline 531,06 ha. If accelerateing its sedimentation per-year 64,73 ha, the final stadia of Lagoon Sagara Anakan sedimentation will happened 8,20 year later (8 years 2,4 months) since year 2002. The final stadia of sedimentation can be predicted in Sagara Anakan will happened in the year 2010.
KANDUNGAN MINERAL PADA SEDIMEN PANTAI DAN LAUT, HUBUNGANNYA DENGAN BATUAN SUMBER DI PESISIR KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Deny Setiady; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 9, No 3 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.154 KB) | DOI: 10.32693/jgk.9.3.2011.206

Abstract

Sedimen di sepanjang pantai Kabupaten Rembang terdiri atas sedimen muda (aluvial) dan sedimen tua (breksi dan batugamping). Sedimen muda merupakan sedimen lepas dan terdapat di daerah sedimentasi. Sedimen tua berupa sedimen kompak yang secara fisik mempunyai resisitensi tinggi terhadap abrasi Batuan yang terdapat di kawasan pesisir adalah: pasir kuarsa, andesit, tras kaolin, batugamping, batubara dan lempung. Peta sebaran sedimen dasar laut perairan Kabupaten Rembang, menunjukkan dominasi endapan pasir, lanau (pasir halus) dan lanau pasiran (pasir halus - kasar). Kandungan mineral yang terdapat di perairan Kabupaten Rembang terdiri dari: magnetit, pirit, hematit, zirkon, ilmenit diopsid, augit, hornblende, kuarsa, biotit, muskovit dan dolomit Kata Kunci: sedimen, mineral, Rembang The coastal sediment along the coastal of Rembang District consists of young sediment (alluvium) and old sediment (breccias and limestones). Young sediment is placer sediment that occupies the sedimentation area. Old sediment is massive sediment that has a high resistance to abrasion Rocks content in the coastal zone area consist of quarzt sand, andesite, caoline, limestone, trass, coal and clay. Seafloor surficial sediments map of the Rembang water area shows the domination of sand deposits, silt (fine sand) and sandy silt (fine to medium sand). Mineral content in Rembang waters area consists of magnetites, pyrites, hematites, zircons, ilmenite diopsides, augitse, hornblendas, quartzs, biotitse, muskovites and dolomites. Keywords: sediment, mineral, Rembang
KARAKTERISTIK DAN PROSES PENGENDAPAN SEDIMEN DASAR LAUT DI PERAIRAN GOSONG BUNGA, KUALANAMU KAB. SERDANG BEDAGEI, PROV. SUMATERA UTARA Ediar Usman; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 2 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.263 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.2.2009.174

Abstract

Daerah penelitian terletak di perairan Gosong Bunga, lepas pantai Kualanamu dengan kedalaman antara 10 – 20 meter dan di bagian tengah hanya 2 - 3 meter pada saat air laut surut. Hasil analisis besar butir di daerah penelitian diperoleh beberapa jenis satuan tekstur sedimen dasar laut, yaitu: pasir lanauan, pasir, pasir lumpuran sedikit krikilan, lumpur pasiran, lanau pasiran, krikil pasiran, lumpur pasiran sedikit krikilan dan pasir sedikit krikilan. Berdasarkan hubungan antara besar butir dan persentase jumlah/frekuensi butiran; pengendapan sedimen dipengaruhi oleh arus sungai dan arus pantai dengan pola pergerakan butiran adalah saltasi, rolling (gulungan) dan sliding (dorongan) serta suspensi, dan secara umum membentuk pola saltasi. Sedangkan hasil analisis kimia pada beberapa contoh sedimen terpilih menunjukkan kandungan kuarsa (SiO2) berkisar antara 66,33 - 74,21% dan kandungan rata-rata sebesar 69,88%. Analisis fotomikro memperlihatkan komposisi utama adalah butiran kuarsa hampir 85%, mineral berat (magnetit, ilmenit, hematit dan limonit) 10% dan cangkang foram dalam keadaan utuh 5%. Hasil interpretasi rekaman seismik menujukkan ketebalan sedimen Kuarter di daerah penelitian antara 7 – 15 meter, di bagian tengah mencapai 20 meter. Kata kunci: sedimen dasar laut, proses pengendapan, pola pergerakan, lepas pantai Kualanamu The survey area is located on the Gosong Bunga waters, offshore of Kualanamu coast with waters depth between 10 – 20 meters, and part of central area only 2 – 3 meters depth on low sea level. Grain size analysis result from the survey area is several types of seafloor sediment textures silty sand, sand, slightly gravelly muddy sand, sandy mud, sandy silt, sandy gravel, slightly gravelly sandy mud and slightly gravelly sand. Based on relation between size, and cumulative and frequency percent of grains; depositional process of sediment influenced by river and coastal current with movement pattern are saltation, rolling, sliding and suspension, and generally to form a saltation pattern. While, result of chemical analysis on some the samples indicates that the quartz content (SiO2) content are between 66,73 – 74,21%, and the average content is 69,88%. Microphoto analysis indicates that the main content are quartz approximately 85%, 10% heavy minerals (magnetite, ilmenite, hematite and limonite) and good condition foram shell 5%. Seismic interpretation shows that the thickness of Quaternary sediments are about 7 to 15 meters except in the centre of the study area which is 20 meters. Keywords: seafloor sediment, depositional process, movement pattern, offshore of Kualanamu
LINGKUNGAN DAN EVOLUSI TEKTONIK BATUAN DAN SEDIMEN BERDASARKAN UNSUR KIMIA UTAMA DI PERAIRAN BAYAH DAN SEKITARNYA, PROVINSI BANTEN Ediar Usman; Udaya Kamiludin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 12, No 3 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1585.17 KB) | DOI: 10.32693/jgk.12.3.2014.252

Abstract

Pengeplotan data unsur kimia pada diagram SiO2 vs K2O untuk sampel sedimen dasar laut cenderung terjadi kenaikan SiO2 dan penurunan K2O, sehingga arah evolusi berkembang dari kalk-alkalin sedang ke kalk-alkalin rendah (toleitik). Pada sampel batuan beku dan sedimen hasil pemboran memperlihatkan pola evolusi magma sebaliknya, terjadi kenaikan SiO2 dan K2O dalam seri magma yang sama (toleitik). Kondisi ini diperkuat oleh diagram segitiga AFM (A = Na2O+K2O; F = FeOtotal ; M = MgO) yang menunjukkan sebagian besar sampel yang diplot berada antara toleitik dan kalk-alkalin sedang. Hasil ini memberi kesimpulan bahwa batuan ini bersifat transisi antara toleitik dan kalk-alkalin sedang, dan condong ke arah seri toleitik sebagai indikasi batuan berasal dari daerah samudera. Berdasarlan pengeplotan pada diagram segitiga TiO2 – 10MnO – P2O5, lingkungan tektonik batuan beku di pantai Cibobos, sedimen dasar laut dan sedimen pemboran pada umumnya berada pada lingkungan tektonik andesit kepulauan samudera dan sebagian busur benua. Hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sedimen di daerah Bayah berhubungan dengan seri magma dengan afinitas rendah mulai toleitik hingga kalk-alkalin sedang dan batuan samudera yang menyusup ke busur kepulauan atau busur benua. Hasil ini dapat mengetahui lingkungan dan evolusi batuan sumber sehingga diharapkan bermanfaat dalam kegiatan ekplorasi sumber daya mineral dan energi di masa mendatang. Kata kunci: unsur kimia utama, lingkungan tektonik, evolusi, kerak samudera dan kontinen, perairan Bayah Plotting of major elements data of the seafloor sediment samples on diagram of SiO2 vs K2O tends to increase the SiO2 and decrease the K2O, therefore the direction of evolution develop from medium to low calc-alkaline (tholeitic). From igneous rocks and drilling sediment samples shows that the evolution magma has the opposite pattern, increasing of SiO2 and K2O in the same magma series ( tholeitic). This condition is confirmed by the triangular diagram of AFM (A = Na2O+K2O; F = FeOtotal ; M = MgO) that shows the most of plotted samples are between medium calc-alkaline and tholeitic. This result give a conclusion that these rocks are at transitional area between tholeitic and medium calc-alkaline, and tend towards tholeitic series as an indication of rocks from oceanic zone. Based on plotting on the triangular diagram of TiO2 - 10MnO - P2O5, tectonic environment of igneous rocks in the coast of Cibobos, surface and drilling sediment samples, in general these samples are in the tectonic environment of oceanic islands andesite and partial of continental arc. From this study, it can be concluded that the sediment in the Bayah area is associated with affinity magma series from low kalk-alkaline (tholeitic) to medium calc-alkaline, and oceanic crust is being subducting to continental arc. This result could recognize the environment and the evolution of source rocks, therefore it may useful in the exploration activities of mineral and energy resources in the future. Keywords: major elements, tectonic environment, evolution, continental and oceanic crust, Bayah waters.
FORAMINIFERA DI PERAIRAN SEKITAR BAKAUHENI, LAMPUNG (SELAT SUNDA BAGIAN UTARA) Luli Gustiantini; Kresna Tri Dewi; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 3, No 1 (2005)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.032 KB) | DOI: 10.32693/jgk.3.1.2005.120

Abstract

Penelitian foraminifera bentik dari 15 percontoh sedimen dasar laut di bagian utara Selat Sunda, Perairan Bakauheni, Lampung telah dilakukan secara kuantitatif. Keterdapatan foraminifera bentik di daerah penelitian sangat melimpah dan bervariasi yaitu terdiri dari 142 spesies (65 genera) yang diidentifikasi dari 7.799 spesimen. Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa kelimpahan dan komposisi spesies foraminifera di bagian timur (sekitar Bakauheni) cenderung lebih tinggi (rata-rata 6,24%) dibandingkan dengan bagian barat (rata-rata 4,7%) daerah penelitian. Hal ini kemungkinan dapat dikaitkan dengan arah pergerakan arus dasar laut yang bekerja di daerah penelitian. Keanekaragaman foraminifera bentik tertinggi terdapat pada titik lokasi BHL-36 yang terletak di bagian barat daerah penelitian dan terdiri dari 104 spesies. Kelimpahan tertinggi (10,07%) terdapat pada titik lokasi BHL-25 yang terletak tidak jauh dari Pelabuhan Bakauheni dan didominasi oleh spesies tertentu yang dapat bertahan hidup. Subordo Rotaliina merupakan kelompok utama di daerah penelitian yang dicirikan oleh genera Asterorotalia, Operculina, dan Elphidium. Benthic foraminifera from fifteen surface sediment samples in the northern part of Sunda Strait, Bakauheni Waters, Lampung have been analysed quantitatively. The occurrences of benthic foraminifera in the study area are very abundance and varied, it comprises of 142 species (65 genera), which is identified from 7,799 specimens. Based on this research, it is resulted that the abundance and diversity of foraminifera in the east (around Bakauheni) are higher (average of 6.24%) than in the west (average of 4,7%) of the study area. It may relate to bottom current pattern that work in the study area. The highest diversity of benthic foraminifera occurs at site BHL-36, which lies in west part of the study area and it comprises of 104 species. The highest number of individu (10.07%) occurs at the site of BHL-25, which is close to Bakauheni Harbour and it is dominated by certain survived species. Subordo Rotaliina is the main group found in the study area that is characterized by genera of Asterorotalia, Operculina, and Elphidium.
PENDEKATAN SECARA EMPIRIK TERHADAP GEJALA PERUBAHAN GARIS PANTAI DAERAH INDRAMAYU DAN SEKITARNYA Delyuzar Ilahude; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 2 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.901 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.2.2009.175

Abstract

Lokasi daerah studi Indramayu secara geografis terletak di pesisir utara Pulau Jawa dan termasuk pantai terbuka terhadap pengaruh energi gelombang dari arah barat laut, utara dan timur laut. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis perubahan garis pantai dari analisis parameter oseanografi yang dibangkitkan oleh komponen angin permukaan. Pendekatan secara empirik terhadap perubahan garis pantai dari parameter oseanografi, menunjukkan telah terjadi proses erosi dan sedimentasi di pantai Indramayu dan sekitarnya. Daerah abrasi meliputi kawasan bagian tenggara dan barat laut pantai Indramayu. Pergerakan arus sepanjang pantainya disertai oleh pengendapan sedimen (Q) berarah barat laut. Nilai Q pada zona Z-3 lebih besar dari pada di zona Z-1 dan Z-2 dengan jumlah nisbi pasokan sedimen cenderung bergerak ke arah barat laut. Daerah pesisir kawasan Delta Cimanuk diperkirakan akan menjadi zona akumulasi sedimen sepanjang tahun. Sementara proses erosi di bagian tenggara Indramayu tetap berkembang dan berlangsung secara musiman. Kata kunci : Erosi , Indramayu, pasokan sedimen The study area Indramayu, is geographically located at the northern coast of Jawa, which is an open beach that influenced by wave action from the northwest, north and northeast directions. The purpose of this study is to analyze the shift of the shore line based on oceanographic parametric analysis made by surface wind component. An empiric approach to the coastal line change conduct oceanographic parameters shows that erosion and sedimentation have occured along the coastal area of Indramayu and its surounding. The eroded area encompasses the northeastern and northwestern coasts of Indramayu. Its longshore current is follow by sediment (Q) supplies that tend to be deposited in the northwest area. The value of Q in the Z-3 zone is larger than Z-1 and Z-2 zones, as relative amount of sediment supplies tend to move northwest. The coastal area of Delta Cimanuk is estimated to be zone of sediment accumulation along the year, while the erosion process in southeast part of Indramayu spreads and occurs seasonally. Keywords : Erosion, Indramayu, sediment supply
POTENSI MIGAS BERDASARKAN INTEGRASI DATA SUMUR DAN PENAMPANG SEISMIK DI WILAYAH OFFSHORE CEKUNGAN TARAKAN KALIMATAN TIMUR Priatin Hadi Widjaja; D. Noeradi; A.K. Permadi; Ediar Usman; Andrian Widjaja
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 3 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1860.283 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.3.2012.221

Abstract

Kajian geologi migas di Cekungan Tarakan relatif sangat kurang dibandingkan dengan Cekungan Kutai, diantaranya mengenai analisis stratigrafi sekuen yang lebih detil dan komprehensif, tingkat variasi lapisan sedimen di daerah transisi dengan laut dangkal sampai sedang dan keterkaitan dengan penentuan potensi migas. Padahal eksplorasi minyak dan gas bumi di Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur telah mengalami proses waktu yang sangat panjang bahkan termasuk salah satu eksplorasi tertua di Indonesia. Namun eksplorasi di wilayah lepas pantai termasuk di timur Pulau Tarakan masih belum ditemukan lapangan migas yang bernilai ekonomis. Ini sangat berbeda dengan hasil eksplorasi Cekungan Kutai di lepas pantai dan laut-dalam yang telah mengalami kemajuan signifikan dalam 10 tahun terakhir setelah ditemukan beberapa lapangan migas laut-dalam seperti West Seno dan Gendalo. Berdasarkan pada pemerolehan data yang terdiri dari penampang seismik 2D, log sumur, rangkuman data biostratigrafi dan data check-shot, kajian dilakukan secara bertahap mulai dari analisis sekuen dan korelasi log sumur, interpretasi dan analisis seismik stratigrafi, pemetaan bawah permukaan, dan penentuan lokasi yang berpotensi migas. Tahapan metodologi kajian ini menggunakan beberapa perangkat lunak yang diproses secara integratif. Hasil akhir kajian dari integrasi peta struktur kedalaman dan peta isopach serta dukungan data petrofisik dari aspek kualitas batuan reservoir diperoleh dua lokasi yang berpotensi migas: Potensi Migas-1 di bagian tenggara dekat Pulau Tarakan merupakan jebakan struktur antiklin yang dikontrol sesar-sesar inversi dan Potensi Migas-2 di lepas pantai bagian timur wilayah kajian berupa jebakan struktur hidrokarbon sebagai sebuah antiklin yang memanjang relatif arah SEE – NWW. Kata kunci: Tarakan, sekuen, seismik, potensi migas Study of Petroleum geology in the Tarakan Basin is relatively less than in the Kutai Basin such as detailed and comprehensively sequence stratigraphy, variation of sediment layering from transition to outer-neritic zone and its related to determination of oil and gas potential locations. Oil and gas exploration in Tarakan Basin, East Kalimantan, has been carried out for the last a hundred years ago and its include as the oldest basin in Indonesia. Unfortunately, oil and gas field in eastern part of offshore Tarakan Island has not yet been discovered significantly. In contrast, offshore and deep-water oil and gas fields of Kutai Basin has been discovered significantly i.e. West Seno and Gendalo Fields. Based on data of 2D seismic in SEGY-files, well log in LAS-file, biostratigraphy and check-shot data, then steps of research followed by a sequence analysis, wells correlation, interpretation and analysis of seismic stratigraphy, subsurface mapping and determination of oil and gas potential locations. The results of this study are oil and gas potency 1 and potency 2. Potency 1 is located in south-eastern part of Tarakan Island where anticlinal traps are controlled by inversion faults. In contrast, potency 2 is an anticlinal trap located in offshore at the eastern part of the study area. Key words: Tarakan, sequence, seismic, oil and gas potential
INDIKASI GAS BIOGENIK DI DELTA MUSI, KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN Purnomo Raharjo; Hananto Kurnio; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.909 KB) | DOI: 10.32693/jgk.12.1.2014.244

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indikasi keterdapatan gas biogenik di Delta Musi, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Analisis contoh sedimen menunjukkan jumlah bakteri metanogenik dari jenis Methanobacterium bryantii, Methanoplanus endosimbiosus dan Methanobacterium ivanovii berkisar antara 3,2 x 104 - 1,0 x 105 (CFU/gram). Bakteri ini melimpah pada kedalaman pemboran 15-17 meter dalam sedimen yang terdiri dari lanau hingga lempung pasiran, pasir halus-sedang, fragmen kuarsa, mineral hitam, gambut dan material organik. Hasil analisis laboratorium dari dua titik bor memperlihatkan kandungan karbon organik berkisar 2,2-13,4 % berupa submaceral Detrovitrinite (Humodetrinite) yang menunjukkan bahwa sedimen di daerah penelitian berpotensi terbentuk gas biogenik pada kedalaman sedimen 6-17,5 meter. Kata Kunci : bakteri metanogenik, energi baru terbarukan, Delta Musi, Banyuasin Sumatera Selatan The aim of the study is to identify the indication of biogenic gas occurence in the Musi Delta, District of Banyuasin, South Sumatera. Sediment samples analysis indicate methanogenic bacteria Methanobacterium bryantii, Methanoplanus endosimbiosus and Methanobacterium ivanovii as much as 3.2 x 104 to 1.0 x 105 (CFU / g). These bacteria are abundant at the core depth of 15-17 meters which sediments consist of silt to sandy clay sediment, fine-medium sand, quartz fragments, dark minerals, peat and organic material. From the laboratory analysis of two cores indicates the organic carbon content of 2.2-13.4 % as Detrovitrinite (Humodetrinite) which indicate that the sediments in study area are potential to form biogenic gas at the depth between 6 to 17.5 meters. Keywords : metanogenic bacteria, renewable, Musi Delta, Banyuasin South Sumatera.
POTENSI ARUS LAUT DAN KONVERSI DAYA LISTRIK SEBAGAI ENERGI BARU TERBARUKAN DI PERAIRAN PALALAWAN DAN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU Beben Rachmat; Ediar Usman; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 2 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.085 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.2.2012.217

Abstract

Kecepatan arus pada saat kondisi air surut di bagian utara daerah penelitian berkisar antara 1 – 1,5 m/s dan di selatan berkisar antara 0,1 – 0,5 m/s dengan arah menuju tenggara - selatan. Pada saat kondisi air pasang pada kedua daerah tersebut (bagian utara dan selatan) kecepatan arus berkisar antara 0,5 – 1,2 m/s dengan arah menuju barat daya - utara. Secara umum kecepatan arus dari utara ke selatan semakin berkurang kecepatannya, hal ini bisa dilihat dari perbedaan kecepatan arus di bagian utara dan selatan daerah penelitian pada kondisi air laut surut. Kondisi tersebut disebabkan oleh perbedaan morfologi bawah laut pada ke dua daerah tersebut. Di bagian utara, lebar lembah relatif lebih sempit (daerah selat) dengan morfologi membentuk alur bawah laut. Di bagian selatan merupakan daerah perairan terbuka, menyebabkan aliran air laut dan arus terdistribusi pada daerah yang lebih luas dan kecepatan arusnya makin berkurang. Potensi daya listrik untuk Turbin Kobold saat surut mencapai 60 – 65 kW, dan 20 kW saat pasang selama 13 jam, sedangkan saat neap tide maksimum mencapai 8 kW saat surut dan 4 kW saat pasang dengan waktu efektif selama 11 jam. Potensi daya listrik untuk Turbin Marine Current saat surut mencapai 3 – 3,2 kW dan 1 kW saat pasang dengan masa kerja selama 13 jam dalam sehari semalam, sedangkan saat neap tide maksimum mencapai 0,4 kW saat surut dan 0.2 kW saat pasang dengan waktu efektif selama 10 jam. Jenis turbin ini cukup optimal dan dapat bekerja dengan baik untuk menghasilkan listrik dengan potensi arus yang ada di perairan Pelalawan – Indragiri Hilir. Kata kunci: kecepatan arus, energi, potensi daya listrik, turbin Current speed during the low waters level in the northern part of survey area range between 1 to 1.5 m/s with southeast and south direction. During the high waters level (HWL) in the both areas range from 0.1 – 0.5 m/s with southwest and north direction. Generally, the current speed from the north to the south in the survey area is decrease, it can be seen from difference value of current speed at the northern and the southern of the survey area during the low waters level (LWS) condition. These condition caused by the difference of under sea morphology at bothside of areas. At the northern part of survey area, the wide of valley morphology is smaller (straits region) forming the submarine channel. At the southern part in an opening waters region, causing the sea current distributed in regions and the speed more decreasing. Electrical potency for Kobold Turbine during ebb tide reach 60 - 65 kW, and 20 kW during the flood as long as 13 hours, while during maximum neap tide reach 8 kW during the ebb and 4 kW during the flood with effective time as long as 11 hours. Electrical Potential for Marine Current Turbine during ebb reach 3 – 3.2 kW, and 1 kW during the flood as long as 13 hours, while during maximum neap tide reach 0.4 kW during the ebb and 0.2 kW during the flood with effective time as long as 10 hours. This kind of the turbine is optimum enough and can work well to produce the electricity with existing current potential in waters of Pelalawan – Indragiri Hilir. Keywords: current speed, energy, electrical potency, turbine
MAJUNYA GARIS PANTAI YANG DIAKIBATKAN OLEH PROSES SEDIMENTASI DI SEPANJANG PANTAI PERAIRAN KABUPATEN REMBANG Deny Setiady; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 3 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.606 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.3.2008.158

Abstract

Majunya garis pantai yang terjadi di sekitar pantai perairan Rembang melingkupi daerah yang luas. Kondisi ini disebabkan morfologi pantai yang sangat landai dan pasokan sedimen yang tinggi terutama di sekitar muara sungai Pasokan sedimen dari sungai yang mengalir ke pantai utara Rembang membentuk endapan sedimen permukaan dasar laut. Sedimen tersebut juga menimbulkan akrasi sepanjang pantai Berdasarkan pemetaan karakteristik pantai perairan Rembang terdiri dari pantai berpasir, pantai berlumpur, pantai berbatu dan terumbu. Akrasi terjadi pada pantai berpasir dan terumbu. Kata Kunci: Majunya garis pantai, Sedimen, Rembang The emerging land in Rembang coastal area is very widely distributed. This is due to a very flat coastal morphology and very high sedimentary supply especially found around river mouth area. Sediment supply from rivers mouthed to north Rembang coast form sea bottom surficial sediment. The sediment is also causing emerging land or accretion along the coastal area of Rembang. Based on coastal characteristics mapping Rembang coastal area consisted of sandy coast, muddy coast, rocky beach and reefy coast. Accretion occurred at sandy beach and reefy coast Keyword: Emerged Land, Sediment, Rembang