Rina Zuraida
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PELUANG PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR PANTAI SUMBAWA BARAT, NUSA TENGGARA BARAT DITINJAU DARI ASPEK KARAKTERISTIK DAN GEJALA PERUBAHAN GARIS PANTAI Wayan Lugra; Abdul Wahib; Yudi Darlan; Rina Zuraida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 1, No 2 (2003)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.218 KB) | DOI: 10.32693/jgk.1.2.2003.94

Abstract

Perkembangan pemanfaatan daerah pesisir pantai Sumbawa Barat sejak 7 tahun terakhir menjadi sangat pesat baik sebagai daerah hunian, pertambakan, budidaya laut maupun sebagai daerah tujuan wisata. Bagian utara daerah telitian yaitu daerah Labuan Tano sampai Labuan Sepakek, Kecamatan Seteluk, berkembang pesat sebagai lahan pertambakan, sedangkan di bagian tengah yaitu di Teluk Taliwang Kecamatan Taliwang, pesisir dan laut dimanfaatkan untuk budidaya laut (kerang mutiara) yang diusahakan secara modern. Di bagian selatan yang berkembang sebagai kota wisata adalah Desa Maluk, Kecamatan Jereweh. Perkembangan Desa Maluk ini tidak disertai oleh daya dukung lingkungan dan perencanaan yang terpadu sehingga cepat atau lambat akan membawa dampak lingkungan yang negatif,baik di pesisir maupun di laut. Beberapa daerah yang direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata pantai dan laut adalah bagian selatan Labuan Sepakek, Lb. Balat, Teluk Kertasari, Teluk Benette, Teluk Jelenga dan Maluk, sedangkan Labuan Tentong, dan bagian utara Tg. Kertasari cocok untuk dikembangkan sebagai tempat budidaya tambak dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Since the last 7 years, the developing use of the coastal area of West Sumbawa very rapidly increase as the fishponds, sea estates and tourism objects. The northern part of the study area, from Labuan Tano to Labuan Sepakek Kecamatan Seteluk rapidly develope as the fishpond areas, while in Taliwang Bay Kecamatan Taliwang, the coastal and sea are used for sea estate by using modern technology. The southern part of the study area, developes as a tourism city at Desa Maluk, Kecamatan Jereweh. The developing of Desa Maluk is not supported by the environmental carrying capacity and the integrated programme, therefor soon or latter it will bring the bed environmental impacts on the coastal or sea areas. Some areas that recommended to be developed as the tourism objects, are the southern part of Labuan Sepakek, Labuan Balad, Kertasari Bay, Bennette Bay, Jelenga Bay and Maluk, while Labuan Tetong in the northern part of Kertasari Bay is suitable to be developed for fishponds estate with a sustainable environmental consideration.
DISTRIBUSI FORAMINIFERA DI LAUT HALMAHERA DARI GLASIAL AKHIR SAMPAI RESEN Luli Gustiantini; Maryunani Maryunani; Rina Zuraida; C. Kissel; F. Bassinot
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4657.928 KB) | DOI: 10.32693/jgk.13.1.2015.259

Abstract

Mikrofauna foraminifera telah banyak digunakan sebagai proksi dalam penelitian paleoseanografi dan perubahan iklim purba. Kelimpahan dan komposisi kimia cangkang foraminifera merekam berbagai informasi yang dapat diinterpretasi berkaitan dengan perubahan lingkungan berdasarkan parameter-parameter paleoseanografi. Paleoseanografi Laut Halmahera sangat penting untuk dikaji karena berpengaruh terhadap dinamika iklim Indonesia dan iklim global. Perubahan-perubahan parameter oseanografi tersebut mempengaruhi sirkulasi arus global dan interaksi antara air-udara yang berperan terhadap penyebaran uap air ke lintang tinggi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mempelajari distribusi foraminifera untuk rekonstruksi perubahan paleoseanografi di Laut Halmahera dan sekitarnya. Data foraminifera ini didukung dengan pemodelan umur dan rekonstruksi isotop stratigrafi berdasarkan analisis d18O G. ruber dan C14 radiokarbon dating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan foraminifera di Laut Halmahera sangat dipengaruhi oleh iklim global. Kelimpahan foraminifera terutama didominasi oleh G. ruber, G. bulloides, P. obliqueloculata, N. dutertrei, dan G. menardii dari jenis planktonic. Sedangkan jenis bentik didominasi oleh Bulimina spp., Bolivinita quadrilatera, Bolivina spp., dan Uvigerina spp. Biozonasi foraminifera menunjukkan korelasi yang sangat baik dengan data ?18O dan mencerminkan perubahan – perubahan iklim di masa lalu yang terjadi sejak 50.000 tahun yang lalu antara lain glasial akhir yang berlangsung sejak zona 1 - 4b, LGM (subzone 4b), deglasiasi (subzona 4c), kondisi seperti YD dari bumi bagian utara atau ACR dari bumi bagian selatan pada awal zona 5, interglasial (pertengahan zona 5), dan Mid Holosen Maksimum pada pertengahan subzona 5a. Kata kunci: Distribusi foraminifera, paleoseanografi, isotop oksigen, perubahan iklim global, Laut Halmahera. Microfauna foraminifera has been widely used as a potential proxy for paleoceanography and paleoclimatological changes. Its assemblages and its test geochemical composition preserve important data that could interprete various oceanographic parameters related to the paleoenvironmental changes. The paleoceanography dynamic of Halmahera sea is very important to be studied due to its great impact to Indonesian and global climate. The changes of its oceanographic parameters influence the thermohaline circulation and the air-sea interaction that contribute to the water favour distribution to the high latitudes. Therefore this research purpose is to analyze the foraminiferal distribution in order to reconstruct the paleoceanography changes of Halmahera sea and surrounded. This foraminiferal study is supported by the age model reconstruction and isotope stratigraphy analysis based on d18O G. ruber and 14C dating. The result suggests that foraminiferal assemblage was influenced by global climate changes. Planktonic foraminifera is dominated by G. ruber, G. bulloides, P. obliqueloculata, N. dutertrei, and G. menardii. Benthic foraminifera is dominated by Bulimina spp., Bolivinita quadrilatera, Bolivina spp., and Uvigerina spp. Foraminiferal biozonation indicates coherent correlation with ?18O record, and reflects global paleoclimatic changes that occurred since the 50 ka BP. Those paleoclimatic changes are last glacial (zone 1 - subzone 4b), LGM (zone 4b), deglaciation that was started from subzone 4c, condition of YD like of Northern Hemisphere climate or ACR like of the Southern Hemisphere climate (the beginning of zone 5), interglacial (middle of zone 5), and Mid Holocene Maximum at the middle of subzone 5a.Keywords: Foraminiferal distribution, paleoceanograhy, oxygen isotope, global climate changes, Halmahera sea,
KANDUNGAN LOGAM BERAT (Cu, Pb, Zn, Cd, dan Cr) DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Yani Permanawati; Rina Zuraida; Andrian Ibrahim
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (890.345 KB) | DOI: 10.32693/jgk.11.1.2013.227

Abstract

Penelitian Lingkungan dan Kebencanaan Geologi Kelautan Perairan Teluk Jakarta (Tanjung Kait – Muara Gembong) dilakukan pada bulan Oktober - November 2010. Uji logam berat (Cu, Pb, Zn, Cd, dan Cr) dilakukan terhadap 28 contoh air laut dan 28 contoh sedimen dasar laut menggunakan metoda Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi kondisi lingkungan terkini dari kandungan logam berat dalam air laut dan sedimen dasar laut. Kandungan logam berat (air laut dalam mg/l : sedimen dasar laut dalam ppm) terukur sebagai berikut : Cu ( <0.005 : 15.000-169.500 ); Pb (0.005-0.011 : 14.000-58.100); Zn (0.005-0.007 : 95.800-333.000); Cd (0.006-0.015 : 0.012-0.750); Cr (<0.001 : 45.320-139.180). Berdasarkan Metode Storet dapat dilihat nilai status mutu air laut perairan ini adalah -12, berarti bahwa kualitas air laut di perairan termasuk kelas C (tercemar sedang). Sedangkan status mutu sedimen di perairan menunjukkan skor nilai status mutu sedimen adalah 0, yang berarti bahwa kualitas sedimen termasuk kelas A (tidak tercemar/memenuhi baku mutu). Jelas terlihat bahwa nilai ambang batas (NAB) logam berat dalam sedimen jauh lebih tinggi dari NAB logam berat dalam air. Kata kunci: logam berat, sedimen dasar laut, air laut, nilai status mutu Marine Environmental and Geological Hazard Survey In Jakarta Bay Waters (Tanjung Kait - Muara Gembong) conducted in October-November 2010. Testing of heavy metals (Cu, Pb, Zn, Cd, and Cr) performed on 28 samples of sea water and 28 subsurface sediment samples using the method of Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The purpose of this study was to obtain data and information on current environmental conditions of heavy metal content in seawater and subsurface sediment. Heavy metal content (sea water in mg/l: subsurface sediment in ppm) measured as follows: Cu ( <0.005 : 15.000-169.500 ); Pb (0.005-0.011 : 14.000-58.100); Zn (0.005-0.007 : 95.800-333.000); Cd (0.006-0.015 : 0.012-0.750); Cr (<0.001 : 45.320-139.180). Based on the Storet method shows the value of water quality status of sea waters is -12, which means that the seawater quality in these waters belong to a class C (medium contaminated). While the status of sediment quality in these waters indicate subsurface sediment quality score status value is 0, which means that subsurface sediment quality belongs to the class A (not polluted/correspond to the quality standards). It is clearly seen that the threshold value (NAV) of heavy metals in sediments is much higher than the NAV of heavy metals in water. Keywords: heavy metal, subsurface sediment, seawater, quality score status