Zafril Imran Azwar
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEMELIHARAAN IKAN BETUTU Oxyeleotris marmorata Blkr DENGAN PERIODE PENYINARAN YANG BERBEDA Imam Taufik; Zafril Imran Azwar; Sutrisno Sutrisno; Yosmaniar Yosmaniar
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.417 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.3.2006.431-436

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh periode penyinaran terhadap sintasan dan perkembangan larva ikan betutu
PENGARUH PERBEDAAN SUHU AIR PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr) DENGAN SISTEM RESIRKULASI Imam Taufik; Zafril Imran Azwar; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.629 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.3.2009.319-325

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menentukan suhu air yang optimal pada pemeliharaan benih ikan betutu dengan sistem resirkulasi air. Wadah penelitian: 16 unit bak kayu berlapis plastik (1,5 m x 0,7 m x 0,5 m) diisi air 300 L yang masing-masing menggunakan bak filter, ditempatkan dalam ruang terlindung dan dilengkapi dengan aerasi. Hewan uji: benih ikan betutu ukuran fingerling (0,65±0,118 g/ekor), padat tebar 1 ekor/5 liter air, diberi makanan alami berupa cacing dan ikan seribu secara berlebih, dengan waktu pemeliharaan 12 minggu. Perlakuan berupa perbedaan suhu air, yaitu: (a) 26oC; (b) 29oC; (c) 32oC; dan (d) 24oC–28oC. Parameter yang diukur: sintasan, pertumbuhan, dan produktivitas benih ikan betutu serta sifat fisika-kimia air pemeliharaan. Hasil pene-litian menunjukkan bahwa suhu air paling baik adalah 29oC dan 32oC dan secara nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap sintasan, pertumbuhan, dan produktivitas ikan betutu.The objective of the research was know the optimum water temperature in rearing of sand goby fingerlings. Sixteen containers of 1.5 m x 0.7 m x 0.5 m in size were used in this experiment. Each container was stocked with 1 fish/5 L. Average fish weight of 0.65±0.118 gram. Four different water temperatures were applied i.e: (a) 26oC; (b) 29oC; (c) 32oC; and (d) 24oC-28oC. The result showed that the water temperature of 29oC and 32oC gave the best result on survival rate, growth rate, and productifity of sand goby.
EVALUASI PEMANFAATAN PAKAN DENGAN SUMBER KARBOHIDRAT BERBEDA UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) Ningrum Suhenda; Zafril Imran Azwar; M. Sulhi; Y. Moreau
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.904 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.171-179

Abstract

Penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi pemanfaatan beberapa sumber karbohidrat sebagai upaya penghematan penggunaan protein pada benih ikan patin jambal.  Benih ikan patin jambal dengan bobot awal rata-rata 4,95 gram ditebar dalam akuarium volume 100 liter dengan padat penebaran 50 ekor/akuarium.  Akuarium dilengkapi dengan sistem resirkulasi dan water heater dengan debit air 4 liter/menit.  Ikan uji diberi pakan selama 4 minggu.  Sebagai pakan uji yaitu pakan tanpa penambahan sumber karbohidrat, dan dengan penambahan tepung jagung, tapioka, dedak padi, dan terigu sebagai sumber karbohidrat. Ransum harian diatur agar tiap pakan ikan uji dapat memasok 17 g protein/kg ikan/hari; 9,0 g lemak/kg ikan/hari dan 24 g pati/kg ikan /hari kecuali untuk pakan tanpa penambahan karbohidrat 15 g protein/kg ikan/hari, 7 g lemak/kg ikan/hari dan 8 g pati/kg ikan/hari.  Pakan diberikan dalam bentuk remah, 3 kali per hari.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan tanpa sumber karbohidrat dan dengan sumber karbohidrat berbeda memberikan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) untuk semua parameter yang diuji kecuali untuk nilai retensi protein.  Nilai retensi protein untuk semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).  Nilai konversi pakan terbaik (0,8) diperoleh pada pakan tanpa penambahan karbohidrat dan selanjutnya diikuti oleh tepung jagung (1,1), tapioka (1,2), terigu (1,2), dan dedak  padi (1,3).  Retensi lemak terendah (28,3%) diperoleh untuk tepung jagung dan nilainya tidak berbeda nyata dengan dedak padi (30,6%) serta tertinggi (42%) untuk terigu.  Bobot rata-rata pada akhir penelitian yang tertinggi diperoleh pada pakan dengan penambahan tepung jagung yaitu 15,7 g tetapi tidak berbeda dengan dedak padi (15,3 g). Demikian pula dengan nilai laju pertumbuhan spesifik tubuh diperoleh pada pakan dengan tepung jagung (4,1%).  Nilai laju pertumbuhan spesifik protein yang terendah (4,7%) diperoleh pada pakan tanpa penambahan sumber karbohidrat, untuk tepung jagung (4,9%), dedak padi (5,2%) sedangkan untuk tapioka dan terigu sama nilainya yaitu 5%.  Berdasarkan data yang diperoleh ternyata benih patin jambal dapat memanfaatkan karbohidrat dengan baik untuk mendukung pertumbuhan dan sintasannya. ABSTRACT:     Evaluation of feed utilization by different carbohydrate sources on the growth of Asian catfish (Pangasius djambal), By: Ningrum Suhenda, Zafril Imran Azwar, M. Sulhi, and Y.MoreauCarbohydrates are least expensive nutrient of dietary energy both for human and domestic animals but their utilization by fish varies by species.  The study was conducted to evaluate the utilization of some sources of carbohydrate in Pangasius djambal.  Fifty fingerling average 4.95 g individual body weight were stocked in each of 15 aquaria filled with 100 liters of water.  Water was recycled using a closed system and each aquaria was equipped with water heater.  The fish were fed daily for four weeks with diets containing different carbohydrate sources such as corn meal, cassava meal, rice bran, and wheat flour. The daily nutrients allowance were the same for all diets.  7 g protein kg-1. day-1, 9.0 g fat kg-1.day-1, and 24 g NFE kg-1.day-1 except for non carbohydrate source diet the NFE allowance was 8 g  kg-1.day-1. The feed was given in crumble form three times a day at 8.00; 12.00; and 16.00 hours. There were significant differences (P < 0.05) among treatments for all parameters except for protein retention. The protein retention were not significant different (P > 0.05) among treatments.  Pangasius djambal fed with non carbohydrate source diet reach the best feed conversion ratio (0.8) and are followed by corn meal  (1.1), cassava meal (1.2), wheat flour (1.2), and rice bran (1.3).  The average final body weight for corn meal diet (15.7 g) and rice bran (15.3 g) and  these values were higher than those for another diets. The lowest fat retention (28.3%) was found for corn meal diet and the highest (42%) was reach by wheat flour diet.  Body specific growth rate for corn meal diet (4.1%) and for rice bran diet (4.0%).  These values were higher than another diets.  Based on the observed data, carbohydrates were well utilized by P. djambal fingerlings for their growth and survival rates.
PENGARUH SUPLEMENTASI ASKORBIL FOSFAT MAGNESIUM SEBAGAI SUMBER VITAMIN C DALAM PAKAN TERHADAP REPRODUKSI INDUK IKAN GURAME, (Osphronemus gouramy Lac) Lies Setijaningsih; Zafril Imran Azwar; Estu Nugroho; Muhammad Sulhi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (754.131 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.3.2006.437-445

Abstract

Penelitan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi askorbil fosfat magnesium sebagai sumber vitamin c terhadap reproduksi induk ikan gurame
PENGARUH SISTEM PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr.) Imam Taufik; Zafril Imran Azwar; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.53-61

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sistem pergantian air yang paling baik pada pemeliharaan benih ikan betutu. Wadah penelitian: 12 unit bak kayu berlapis plastik (1,9m x 0,8m x 0,5m) diisi air 500 L, ditempatkan dalam ruang terlindung dan dilengkapi dengan aerasi. Hewan uji: benih ikan betutu ukuran bobot 0,96±0,08 g/ekor, padat tebar 1 ekor/5 liter air, diberi pakan alami secara berlebih dengan waktu pemeliharaan selama 12 minggu. Perlakuan berupa perbedaan sistem pergantian air: (a) resirkulasi, (b) semi-statis, dan (c) continous flow. Parameter yang diukur: sintasan, pertumbuhan, dan produktivitas benih ikan betutu serta sifat fisika-kimia air pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian air dengan sistem resirkulasi memberikan sintasan yang paling baik terhadap benih ikan betutu (33,0%) dibanding continous flow (28,3%) dan berbeda nyata (P<0,05) dengan sistem semi-statis (21,3%). Laju pertumbuhan spesifik benih ikan betutu antara perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan nilai secara berturut-turut sebesar: 1,41%; 1,31%; dan 1,50%.The aim of this experiment is to obtain the information on survival rate and growth of sand goby fries. The experiment was conducted at research station CibalagungBogor. Twelve container of 1.9m x 0.8m x 0.5m were used in this experiment, each container was stocked with 1 fish/5L of sand goby fry with 0.96±0.08 gram weight. Three different water exchange were aplied i.e (a) recirculation, (b) semi static, and (c) continous flow. Each treatment was done in three replicates. The result showed that the recirculation gave the best result on survival rate (33.0%) compared with continous flow (28.3%) and significantly different from semi static (21.3%).
PEMANFAATAN MAGGOT SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN DALAM PAKAN BUATAN UNTUK BENIH IKAN BALASHARK (Balanthiocheilus melanopterus Bleeker) Agus Priyadi; Zafril Imran Azwar; I Wayan Subamia; Saurin Hem
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.347 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.3.2009.367-375

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi sumber protein tepung ikan dengan tepung maggot telah diteliti terhadap ikan hias balashark. Sebanyak 1.500 ekor benih ikan balashark dengan bobot awal rata-rata 2,26 ± 0,08 g dan panjang 5,18 ± 0,06 cm ditebar dalam 15 unit bak tembok berukuran 1,2 m x 0,7 m x 0,5 m, sistem resirkulasi dan dilengkapi aerasi dengan padat penebaran 100 ekor/bak dan dipelihara selama 60 hari. Pakan buatan dengan perbedaan substitusi maggot terhadap tepung ikan sebagai pengganti protein diberikan sebagai perlakuan yaitu (a) 0%; (b) 10%; (c) 20%; (d) 30%; dan (e) 40% maggot substitusi. Perlakuan substitusi maggot nyata mempengaruhi (P<0,05) pertambahan bobot, panjang total, pertumbuhan spesifik, retensi protein, dan rasio efisiensi protein. Substitusi maggot hingga level 16,47% memberikan respons terbaik terhadap penampilan tumbuh benih ikan balashark.The objective of this research was to study the effect of maggot meal as an alternative protein source to partially substitute fish meal in artificial feed for balashark fry. This research was conducted at the Research Institute for Ornamental Fish in Depok, West Java. Fifteen concrete tanks each of 1.2 m x 0.7 m x 0.5 m, provided with aerated recirculation water system, were used as culture tanks. Balashark fry averaging 2.26±0.08 g in body weight and 5.18±0.06 cm in body length were stocked into the tanks at a density of 100 fries per tank. The dietary treatments tested were five different levels of maggot meal, namely: (a) 0% substitution; (b) 10% substitution; (c) 20% substitution; 30% substitution, and e) 40% substitution. Feeding of the fries lasted for 60 days. Results of the research showed that, based on body weight gain, total body length, specific growth rate, protein retention, protein efficiency ratio, and lipid retention, the effect of maggot meal to substitute for fish meal was significant (P<0.05). The best growth performance of the balashark fries was achieved by the feed containing maggot meal substitution for fish meal of 16.47%.
PERBAIKAN PRODUKSI BENIH IKAN BETUTU DENGAN MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG DIPERKAYA GIZINYA Zafril Imran Azwar; Dewi Puspaningsih; Imam Taufik
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (April 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.746 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.1.2010.69-78

Abstract

Empat perbedaan pemberian kombinasi pakan yaitu pakan alami (Moina sp. dan nauplii Artemia), serta Moina sp. yang masing-masing diperkaya minyak ikan, kuning telur ayam, dan pakan buatan telah diuji pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan betutu. Percobaan dilakukan dalam wadah toples plastik yang berisi air 7 L, dilengkapi aerasi dengan dasar wadah dilubangi dan dipasang plankton net. Wadah percobaan disusun secara seri dalam bak fiber gelas (2 m x 1,2 m x 0,5 m) yang telah diisi air setinggi 0,4 m. Pada fiber gelas dipasang pemanas air (heather) hingga kisaran suhu 28oC-30oC. Di atas wadah percobaan dipasang pipa yang berfungsi mensuplai air, dan air mengalir keluar dari bagian bawah sehingga terjadi sirkulasi air dalam wadah percobaan. Padat tebar ikan uji adalah 5 ekor/L benih umur 25 hari. Sebagai perlakuan adalah pakan alami; (a) Moina sp. dan nauplii Artemia (50%:50%), (b) Moina sp. (100%) diperkaya minyak ikan, (c) Moina sp. (100%) diperkaya minyak ikan dan tepung telur ayam, (d) Moina sp. (100%) dan diperkaya minyak ikan dan pakan buatan. Percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap, dan masing-masing perlakuan dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan uji yang diberi pakan Moina sp. diperkaya dengan minyak ikan dan pakan buatan memperlihatkan pertumbuhan bobot yang nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya (P<0.05), namun sintasannya lebih rendah. Sedangkan pertumbuhan bobot ikan uji maupun sintasan pada ketiga perlakuan lainnya tidak memperlihatkan perbedaan. Dapat disimpulkan bahwa pakan alami Moina sp. (100%) diperkaya minyak ikan, kuning telur, dan pakan buatan cukup mendukung pertambahan bobot dan panjang tubuh benih betutu selama masa pemeliharaan, dan dapat menggantikan nauplii Artemia