Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

KARAKTER GENETIK POPULASI IKAN MAS, C yprinus carpio HASIL PERSILANGAN Didik Ariyanto; Estu Nugroho; Subagyo Subagyo
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.295 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.227-233

Abstract

Evaluasi karakter genetik populasi ikan mas hasil persilangan telah dilakukan dengan menggunakan metode elektroforesis protein secara horisontal. Sampel ikan sebanyak 120 ekor yang mewakili 6 populasi ikan mas adalah hasil persilangan resiprokal antara 3 strain ikan mas unggul yaitu strain majalaya, rajadanu dan sutisna.  Bagian tubuh yang diambil untuk pengamatan karakter genetik adalah jaringan otot sedangkan sebagai media elektroforesis digunakan gel pati.  Pada penelitian ini digunakan 12 sistem enzim untuk analisis.  Hasil analisis menunjukkan bahwa 3 lokus polimorfik dari 7 lokus yang teridentifikasi, yaitu Ldh-1, Mdh-1 dan Me. Heterozigositas rata-rata sebesar 0,23 (kategori rendah). Nilai jarak genetik paling dekat sebesar 0 diperoleh antara populasi rajadanu dengan sutisna dan nilai terjauh sebesar 0,0018 antara populasi rajadanu dan sutisna dengan majalaya. Populasi rajadanu dan sutisna mempunyai pengaruh kuat terhadap struktur genetik populasi keturunan hasil persilangan dibandingkan dengan populasi majalaya.Evaluation of genetic characterization of the hybrid populations of common carp using protein electrophoresis method was conducted.  The samples of 120 fishes were taken from Research Institute for Fish-breeding and Aquaculture Technology, Sukamandi.  The samples has been extracted from muscle and potato starch gel was used to assess the level of genetic characters.  Twelve enzymes were examined in this experiment.  The result showed that 7 loci were identified that 3 of loci were polymorphs i.e. : Ldh-1, Mdh-1 and Me.  An average of heterozigosity : 0.23 (low category). Genetic distance value between rajadanu and sutisna population was 0. Genetic distance value between both of rajadanu and sutisna populations from majalaya population was 0.0018. Rajadanu and sutisna strains have stronger influence to genetic structure of its offspring compared than majalaya strain.
KLONING cDNA HORMON PERTUMBUHAN DARI IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) Estu Nugroho; Alimuddin Alimuddin; Anang Hari Kristanto; Odang Carman; Novi Megawati; Komar Sumantadinata
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (965.684 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.183-190

Abstract

Penelitian mengenai kloning cDNA pengkode hormon pertumbuhan ikan gurame telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh sekuens DNA komplemen hormon pertumbuhan sebagai langkah awal dalam rangka pengembangan teknologi rekayasa genetik ikan gurame. Empat buah kelenjar hifopisa ikan gurame digunakan sebagai bahan bakunya dan dilakukan proses ekstraksi RNA total dari kelenjar hipofisa, dilanjutkan dengan sintesis cDNA, amplifikasi PCR, purifikasi fragmen DNA dari gel, ligasi produk PCR dengan vektor kloning, transformasi dan inkubasi bakteri, seleksi koloni bakteri putih, isolasi plasmid, dan sekuensing. Hasil sekuensing menunjukkan bahwa panjang produk amplifikasi PCR adalah 843 bp yang menyandikan 204 asam amino residu dan mengandung sekuens-sekuens yang konserf untuk gen hormon pertumbuhan (GH). Analisis homologi menunjukkan kesamaan sekuens hasil isolasi antara 52,4%--97,6% dengan gen GH ikan lainnya, dengan persentase homologi tertinggi adalah dengan ikan sepat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekuens hasil isolasi merupakan sekuens gen GH. Dari hasil analisis sekuens terlihat bahwa gen GH ikan gurame secara evolusi adalah konserf.Research on cDNA cloning encoded the gouramy growth hormone was conducted. The aim of the research was to get complementary DNA, cDNA, sequences of growth hormone as an initial step to develop genetic engineering of gouramy fish. Four pituitary glands of the gouramy were taken and then processed with total RNA extraction, and continued with cDNA synthesis, PCR amplification, DNA fragment purification from the gel, PCR product legation with cloning vector, transformation and incubation of bacteria, white colony bacteria selection, plasmid isolation and sequencing analysis. Sequencing result showed that the amplified PCR product length had 834 bp, encoding 204 amino acid residue and contained conserve sequence for GH (growth hormone) gen. Homolog analysis showed sequence similarity of isolated result between 52.4%—97.6% with other GHs with the highest percentage resulted from the Trichogaster pectoralis. From the sequence analysis showed that GH gen of gouramy at an evolutionary manner was conserve.
KARAKTERISTIK GENOTIPE HIBRIDA HUNA BIRU (Cherax albertisii) DENGAN HUNA CAPITMERAH (Cherax quadricarinatus) Irin Iriana Kusmini; Estu Nugroho; Alimuddin Alimuddin; Mulyasari Mulyasari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.554 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.191-197

Abstract

Pada pengelolaan induk di hatchery sering terjadi silang dalam (inbreeding) yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan keragaman genetik. Salah satu program untuk meningkatkan keragaman genetik adalah dengan hibridisasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik turunan persilangan antara huna biru Cherax albertisii dengan huna capitmerah Cherax quadricarinatus. Metode penelitian menggunakan analisis RAPD (Randomly Amplified Polymorphism DNA). Hasil penelitian menunjukkan nilai heterozigositas hibrida lebih tinggi (0,187-0,290) dibanding nonhibrida (0,0997-0,2211). Hibridisasi antara jantan huna capitmerah dengan betina huna biru (RA) menghasilkan nilai heterozigositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan persilangan antara betina huna capitmerah dengan jantan huna biru (AR).Management of fish broodstock in hatchery can reduced genetic variation. One program that can be conducted to increase the genetic variation is hibridization. The aim of this research was to find out genetic variation (heterozigosity) of the offspring of Cherax albertisii-Cherax quadricarinatus hybrid. The methods used in this research was RAPD analysis (Random Amplified Polymorphism DNA). The result showed that heterozigosity value of hybrid (0.187-0.290) was higher than that of non hybrid (0.0997-0.2211). Hybridization of redclaw male with blue crayfish female (RA) gave better result in heterozigosity value and genetic distance than that of redclaw female with blue crayfish male (AR).
PENENTUAN VARIASI GENETIK IKAN BATAK (Tor soro) DARI SUMATERA UTARA DAN JAWA BARAT DENGAN METODE ANALISIS RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) Sidi Asih; Estu Nugroho; Anang Hari Kristanto; Mulyasari Mulyasari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.532 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.91-97

Abstract

Variasi genetik ikan batak yang dikoleksi dari daerah Asahan, Aek Sarul (Tarutung), Aek Sirambe, Bahorok (Sumatera Utara), dan Sumedang (Jawa Barat) telah diteliti menggunakan metode Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Primer yang digunakan untuk analisis adalah OPC-01 dan OPC-02. Dari 2 primer yang digunakan hanya OPC-01 yang menunjukkan hasil PCR yang memberikan Polimorfisme. Berdasarkan nilai rata-rata heterozigositas (0,08—0,1250) dan persentase lokus polimorfik (22%—33%) secara umum menunjukkan bahwa keragaman genetik ikan batak yang dianalisis tergolong rendah. Hasil analisis RAPD juga menunjukkan bahwa secara genetik tidak ada perbedaan yang nyata di antara kelima populasi ikan batak.The genetic variabilities of Tor soro collected from Asahan, Aek Sarula (Tarutung), Aek Sirambe, Bahorok (North Sumatra), and Sumedang (West Java) were examined by RAPD. Primers used for analysis were OPC-01 and OPC-02. From both of the primers, only OPC-01 showed polymorphism. Based on the heterozigosity (0.08—0.1250) and percentage of polimorphyc locus value (22%—33%), indicated that genetic variation of Tor soro of North Sumatra was low. The RAPD analisis showed that no significantly difference among five population.
PENGARUH SUPLEMENTASI ASKORBIL FOSFAT MAGNESIUM SEBAGAI SUMBER VITAMIN C DALAM PAKAN TERHADAP REPRODUKSI INDUK IKAN GURAME, (Osphronemus gouramy Lac) Lies Setijaningsih; Zafril Imran Azwar; Estu Nugroho; Muhammad Sulhi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (754.131 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.3.2006.437-445

Abstract

Penelitan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi askorbil fosfat magnesium sebagai sumber vitamin c terhadap reproduksi induk ikan gurame
KARAKTERISTIK FENOTIPE HIBRIDA HUNA BIRU (Cherax albertisii) DENGAN HUNA CAPITMERAH (Cherax quadricarinatus) Irin Iriana Kusmini; Komar Sumantadinata; Estu Nugroho; Alimuddin Alimuddin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (April 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2753.3 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.1.2010.25-33

Abstract

Lobster air tawar (huna) adalah spesies endemik dan merupakan komoditas perikanan spesifik lokal Papua dan Australia, yang termasuk famili Parastacidae dan genus Cherax. Secara morfologi ada persamaan bentuk dan warna antara huna biru dengan capitmerah. Diduga terjadi inbreeding yang menyebabkan produksi huna capitmerah mulai menurun. Hibridisasi antar huna bertujuan untuk meningkatkan keragaman genetiknya sehingga diperoleh kualitas benih huna yang lebih baik dalam hal pertumbuhan dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan turunan hibrida antara huna capitmerah dengan huna biru sampai 4 bulan relatif sama dengan non hibrida, pada umur 5 bulan pertumbuhan hibrida mulai terlihat lebih cepat dibandingkan dengan yang non hibrida. Hibridisasi jantan huna biru dengan betina huna capit merah (AR) menghasilkan hibrida dengan efek heterosis 25% pada kenaikan bobot badannya. Hibridisasi jantan huna capitmerah dengan betina huna biru (RA) menghasilkan nilai sintasan yang lebih baik dibandingkan dengan AR
VARIASI GENETIK HIBRIDA IKAN GURAME DIANALISIS DENGAN MENGGUNAKAN MARKER RAPD Estu Nugroho; Sri Sundari; Jatnika Jatnika
Jurnal Riset Akuakultur Vol 6, No 1 (2011): (April 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.185 KB) | DOI: 10.15578/jra.6.1.2011.1-6

Abstract

Variasi genetik ikan gurame hasil persilangan telah dianalisis dengan menggunakan marker RAPD. Persilangan antar koleksi yaitu Bastar-Paris, Bastar-Blusafir, dan Paris-Blusafir dilakukan secara resiprok. DNA diekstraksi dari sirip dan diamplifikasi dengan menggunakan primer OPA 1-20. Dua dari dua puluh primer mempunyai hasil amplifikasi dan pola pita yang baik dan digunakan untuk analisis selanjutnya. Tidak terdapat perbedaan yang nyata secara statistik antar persilangan yang diuji. Benih ikan gurame hasil persilangan antara Paris-Bastar mempunyai nilai heterozygositas tertinggi berdasarkan primer OPA-4 dan OPA-7 yaitu 0.2721, sedangkan heterozygositas yang terendah diamati pada benih hasil persilangan antara Blusafir-Paris (0.1116).
EVALUASI VARIASI GENETIK TIGA RAS IKAN GURAME ( Osphronemus gouramy ) DENGAN MENGGUNAKAN ISOZYME Estu Nugroho; Irin Iriana Kusmini
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.735 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.51-57

Abstract

Evaluasi variasi genetik tiga ras ikan gurame dilakukan sebagai tahap awal dalam mengatasi masalah budi daya ikan gurame yaitu tumbuh lambat. Variasi genetik ras ikan gurame yaitu bastar, bule, dan blusafir yang dikoleksi dari daerah Parung-Bogor, Jawa Barat telah dievaluasi dengan menggunakan isozyme. Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara tiga ras ikan gurame yang diuji. Jumlah alel per lokus dan alel polymorfik berturut-turut berkisar 1,25—1,375 dan 25%--37,5%; sedangkan heterosigositas berkisar 0,125--0,137. Jarak genetik antara ras blusafir dengan bastar atau bule adalah lebih besar dibandingkan jarak genetik antara ras bastar dengan bule. Jarak genetik rata-rata di antara ketiga ras ikan gurame adalah 0,0003.Evaluation of genetic variability of three giant gouramy races is an initial effort to solve the problem in culturing giant gouramy i.e. low growth. Genetic variability of three giant gouramy races, i.e. bastar, bule, and blusafir collected from ParungBogor,  West Java is evaluated using isozyme. There is no significant difference among three giant gouramy races. Number of allele per locus and polymorphism allele were ranged 1.25--1.375 and 25.0%--37.5% respectively, while heterozygosity was ranged 0.125--0.137. Genetic distance between blusafir and bastar or bule is farthest than genetic distance between bastar and bule. The average genetic distance among giant gouramy races is 0.0003.
KLONING PROMOTER b-AKTIN DARI IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) Estu Nugroho; Alimuddin Alimuddin; Anang Hari Kristanto; Odang Carman
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.573 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.1.2009.23-31

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi promoter b-aktin (ggBA) dari ikan gurami (Osphronemus gouramy). Sekuens promoter ggBA diisolasi menggunakan metode “degenerate” PCR. Sekuensing dilakukan menggunakan mesin ABI PRISM 3100-Avant. Analisis sekuens menggunakan program BLAST, GENETYX versi 7 dan TFBind. Panjang sekuens DNA hasil kloning adalah sekitar 2,2 kb. Analisis BLAST menunjukkan bahwa sekuens DNA hasil kloning memiliki kemiripan dengan sekuens gen b-aktin ikan yang ada di Bank Gen. Sekuens hasil kloning memiliki faktor transkripsi yang konserf untuk promoter b-aktin, yaitu: CCAAT, CC(A/T)6GG, dan boks TATA. Posisi faktor transkripsi tersebut juga mirip dengan yang dimiliki oleh promoter b-aktin dari ikan yang ada di Bank Gen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fragmen DNA hasil amplifikasi PCR tersebut merupakan sekuens promoter b-aktin ikan gurami.The research was aimed to isolate b-actin promoter of gouramy (ggBA). Sequence of ggBA promoter was isolated using “degenerate” PCR. Sequencing was conducted using ABI PRISM 3100-Avant machine. The sequencing analysis was done using BLAST, GENETYX ver 7 and TFBind programs. The sequencing length of DNA clone result was around 2.2 kb. BLAST analysis showed that sequences from cloned DNA had the resemblence to those of b-actin sequences in GenBank database. The cloned sequences had transcript factors which followed b-actin promoter namely CCAAT, CC(A/T)6GG and TATA box.
EVALUASI KERAGAMAN GENETIK IKAN KANCRA DENGAN MENGGUNAKAN MARKER Mt DNA D-loop DAN RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) Estu Nugroho; Jojo Subagja; Sidi Asih; Titin Kurniasih
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.046 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.211-217

Abstract

Variasi genetik ikan kancra yang dikoleksi dari daerah Kuningan (Pesawahan, Gandasoli, dan Ragawacana) dan Sumedang di Jawa Barat telah diteliti dengan menggunakan polimorfisme Mitokondria DNA D-loop dan Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Berdasarkan analisis Mt DNA tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ras ikan kancra dari empat lokasi tersebut. Sedangkan analisis RAPD menunjukkan perbedaan yang nyata. Panjang daerah Mt DNA D-loop ikan kancra berkisar antara 700--800 bp. Satu komposit haplotype terdeteksi dengan menggunakan 4 enzim restriksi yaitu Rsa I, Nde II, Taq I, dan Sac I pada sekuens D-loop. Dua dari 20 primer RAPD menunjukkan perbedaan yang nyata di antara keempat populasi ikan kancra. Jarak genetik berdasarkan polimorfisme dua primer tersebut adalah 0,349.The aim of this research was to evaluate genetic variability of Tor soro. The genetic variability of Tor soro collected from Kuningan (Pesawahan, Gandasoli, and Ragawacana) and Sumedang, West Java were examined using polymorphism of the mitochondria DNA (MtDNA) D-loop and RAPD markers. Based on MtDNA D-loop analysis, there was no significant different among collection. The length size of MtDNA D-loop region was approximately 700--800 bp. A composite haplotype was detected using four endonuclease i.e. Rsa I, Nde II, Taq I, and Sac I. Two of 20 RAPD primers showed significantly different among collections. Average genetic distance based on the polymorphism of two primers was 0.349.