Alimuddin Alimuddin
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EFEKTIVITAS TRANSFER DAN EKSPRESI GEN PhGH PADA IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypophthalmus) Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi; Alimuddin Alimuddin; Agus Oman Sudrajat; Komar Sumantadinata
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.083 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.2.2012.171-180

Abstract

Penggunaan konsentrasi DNA yang tinggi dalam elektroporasi sperma meningkatkan pengikatan DNA eksogen pada sperma, dan meningkatkan persentase ikan yang membawa gen asing. Pada penelitian ini, konstruksi gen pCcBA-PhGH yang mengandung promoter β-aktin ikan mas (pCcBA) dan cDNA hormon pertumbuhan (PhGH) ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) dibuat dan selanjutnya ditransfer menggunakan metode elektroporasi pada sperma yang berperan sebagai perantara. Elektroporasi dilakukan dengan tipe kejutan square wave dengan panjang kejutan (pulse length) 30 milidetik, interval kejutan (pulse interval) 0,1 detik, kuat medan listrik (electric field strength) 125 V/cm, dan jumlah kejutan (pulse number) 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan transfer gen PhGH eksogen pada ikan patin siam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi DNA yang digunakan. Persentase ikan yang membawa gen asing pada konsentrasi DNA 10 μg/mL, 50 μg/mL, dan 90 μg/mL, secara berturut-turut adalah 28,57%; 78,57%; dan 85,71%. Bobot ratarata yuwana ikan patin siam transgenik F0 umur 2 bulan yang dihasilkan menggunakan konsentrasi DNA 50 μg/mL dan 90 μg/mL adalah 22,6% dan 19,0% lebih berat dibandingkan non-transgenik, tetapi pada konsentrasi 10 μg/mL lebih rendah (-8.45%). Populasi yuwana ikan patin siam berumur 4 bulan yang diintroduksi gen asing dengan konsentrasi 90 μg/mL memiliki bobot rataan 53,38% lebih berat dibandingkan kontrol non-transgenik. Dengan menggunakan metode RT-PCR, ekspresi gen PhGH terdeteksi pada sirip ikan transgenik, sedangkan pada ikan non-transgenik tidak terdeteksi. Dengandemikian, elektroporasi sperma menggunakan konsentrasi DNA 90 μg/mL efektif meningkatkan keberhasilan transfer gen, dan over-ekspresi gen PhGH eksogen meningkatkan pertumbuhan ikan patin siam.
EKSPRESI PROTEIN COAT DAN mRNA VIRAL NERVOUS NECROSIS YANG DIKENDALIKAN OLEH PROMOTER β-AKTIN IKAN MEDAKA DAN KERATIN IKAN FLOUNDER JEPANG Wiwien Mukti Andriyani; Sri Murtini; Alimuddin Alimuddin; I.W. Teguh Wibawan
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.608 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.79-86

Abstract

Kemampuan promoter dalam mengatur ekspresi gen penyandi protein imunogenik sangat menentukan efikasi suatu vaksin DNA. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat ekspresi protein dan mRNA RNA2 penyandi coat protein (CP) virus viral nervous necrosis (VNN) yang dikendalikan oleh dua promoter berbeda, yaitu promoter β-aktin ikan medaka (mBA), dan keratin ikan flounder Jepang (JfKer). Uji ekspresi CP dilakukan menggunakan embrio ikan lele dumbo (Clarias sp.) sebagai model, sedangkan analisis mRNA dilakukan menggunakan ikan kerapu tikus. Konstruksi vektor ekspresi pmBA-CP dan pJKer-CP dengan konsentrasi 50 ng/μL KCl 1 M disuntikkan ke embrio ikan lele dumbo fase 1-2 sel. Sebanyak 30 embrio ikan lele dumbo diambil pada jam ke-6, 8, 10, 12, 14, dan 16 pascainjeksi untuk analisis protein. Hasil SDS-PAGE menunjukkan adanya protein berukuran sekitar 42 kDa, dan analisis western blot menggunakan antibodi (Ab) poliklonal anti-VNN membuktikan bahwa protein tersebut adalah CP. Keberhasilan deteksi protein spesifik menggunakan Ab anti-VNN tersebut menunjukkan bahwa embrio ikan lele dapat digunakan untuk menguji potensi produksi protein imunogenik yang dikendalikan oleh promoter berbeda. Pengujian ini juga menunjukkan bahwa, aktivitas promoter mBA lebih tinggi daripada promoter JfKer, sehingga uji ekspresi mRNA dilakukan menggunakan konstruksi pmBA-CP. Benih ikan kerapu tikus (panjang badan sekitar 5 cm) diinjeksi dengan pmBA-CP secara intramuskular dengan dosis 12,5 μg/ekor. Total RNA diekstraksi dari daging pada waktu 6, 12, dan 24 jam pascainjeksi. Hasil RT-PCR menunjukkan adanya ekspresi mRNA CP pada 24 jam pascainjeksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa promotor mBA aktif mengendalikan ekspresi CP pada ikan kerapu tikus, dan pmBA-CP berpotensi digunakan sebagai vaksin DNA untuk menginduksi kekebalan ikan kerapu terhadap infeksi VNN.
TOKSISITAS PROTEIN 89 kDa PRODUK EKSTRASELULER Streptococcus agalactiae PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Amrullah Amrullah; Sukenda Sukenda; Enang Harris; Alimuddin Alimuddin; Angela Mariana Lusiastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 3 (2015): (September 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.612 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.3.2015.397-403

Abstract

Identifikasi protein toksin yang bersifat antigenik dari produk ekstraselular (ECP) crude Streptococcus agalactiae penting dilakukan untuk pengembangan vaksin protein toksoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi toksisitas protein dengan berat molekul 89 kDa dari ECP Streptococcus agalactiae hasil fraksinasi dengan SDS-PAGE (ECPP89). Ikan nila dengan bobot sekitar 25 g masing-masing diinjeksi secara intraperitonial dengan protein ECPP89 dosis 1, 2, 4, 8, dan 16 μg/mL/ekor ikan (secara berturut-turut diberi kode ECPP89-1, ECPP89-2, ECPP89-4, ECPP89-8, dan ECPP89-16). Sebagai kontrol positif ikan diinjeksi dengan bakteri utuh S. agalactiae 1 x 104 cfu/mL (WCB) dan ECP crude S. agalactiae (ECPC), sementara kontrol negatif ikan diinjeksi larutan PBS. Ikan dipelihara selama 15 hari dengan kepadatan 10 ekor (70 L air). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila yang diinjeksi dengan ECPP89 mengalami gejala seperti perubahan morfologi, perubahan nafsu makan, dan perubahan renang ikan. Mortalitas pada perlakuan ECPP89 secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan ECPC, namun lebih rendah (p<0,05) dibandingkan dengan WCB. Mortalitas ikan pada perlakuan ECPP89-4, ECPP89-8, dan ECPP89-16 tidak berbeda tetapi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan ECPC dan dua dosis perlakuan ECPP89 lainnya (p<0,05). Ikan kontrol negatif tidak mengalami kematian maupun perubahan klinis. Hasil ini menunjukkan bahwa ECPP89 merupakan protein toksin dari ECP S. agalactiae.