Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi
Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Sukamandi

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERTUMBUHAN DAN SIGOSITAS IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-2 YANG MEMBAWA GEN HORMON PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypophthalmus) Huria Marnis; Bambang Iswanto; Rommy Suprapto; Imron Imron; Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.1 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.2.2015.161-168

Abstract

Teknologi transgenesis telah banyak digunakan untuk memperbaiki karakter pertumbuhan pada ikan budidaya. Pada penelitian sebelumnya, telah dihasilkan ikan lele transgenik F-1 yang memiliki pertumbuhan lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji performa pertumbuhan, dan mengidentifikasi sigositasikan lele transgenik F-2. Ikan lele transgenik F-2 dihasilkan dari persilangan antar ikan lele transgenik F-1. Sigositas ikan F-2 dievaluasi menggunakan uji progeni dengan menyilangkan antara ikan transgenik F-2 dan non-transgenik. Parameter digunakan untuk mengevaluasi performa ikan lele transgenik F-2 meliputi:derajat pembuahan, derajat penetasan, sintasan larva, pertumbuhan, dan efisiensi pakan. Analisis sigositas ikan lele transgenik F-2 dilakukan dengan menggunakan uji progeni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transgen (PhGH) yang ada pada ikan transgenik tidak memengaruhi derajat pembuahan dan derajat penetasan embrio, serta sintasan larva. Populasi ikan lele transgenik F-2 memiliki laju pertumbuhan 75,3% lebih tinggi dibandingkan populasi ikan non-transgenik (P<0,05). Efisiensi pakan ikan transgenik adalah 51,95% lebih tinggi dari ikan non-transgenik (P<0,05). Hasil analisis sigositas ikan lele transgenik F-2 dari 56 ekor yang diuji, hanya 16 ekor ikan lele membawa gen PhGH, emuanya heterozigot.
EFEKTIVITAS TRANSFER DAN EKSPRESI GEN PhGH PADA IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypophthalmus) Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi; Alimuddin Alimuddin; Agus Oman Sudrajat; Komar Sumantadinata
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.083 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.2.2012.171-180

Abstract

Penggunaan konsentrasi DNA yang tinggi dalam elektroporasi sperma meningkatkan pengikatan DNA eksogen pada sperma, dan meningkatkan persentase ikan yang membawa gen asing. Pada penelitian ini, konstruksi gen pCcBA-PhGH yang mengandung promoter β-aktin ikan mas (pCcBA) dan cDNA hormon pertumbuhan (PhGH) ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) dibuat dan selanjutnya ditransfer menggunakan metode elektroporasi pada sperma yang berperan sebagai perantara. Elektroporasi dilakukan dengan tipe kejutan square wave dengan panjang kejutan (pulse length) 30 milidetik, interval kejutan (pulse interval) 0,1 detik, kuat medan listrik (electric field strength) 125 V/cm, dan jumlah kejutan (pulse number) 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan transfer gen PhGH eksogen pada ikan patin siam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi DNA yang digunakan. Persentase ikan yang membawa gen asing pada konsentrasi DNA 10 μg/mL, 50 μg/mL, dan 90 μg/mL, secara berturut-turut adalah 28,57%; 78,57%; dan 85,71%. Bobot ratarata yuwana ikan patin siam transgenik F0 umur 2 bulan yang dihasilkan menggunakan konsentrasi DNA 50 μg/mL dan 90 μg/mL adalah 22,6% dan 19,0% lebih berat dibandingkan non-transgenik, tetapi pada konsentrasi 10 μg/mL lebih rendah (-8.45%). Populasi yuwana ikan patin siam berumur 4 bulan yang diintroduksi gen asing dengan konsentrasi 90 μg/mL memiliki bobot rataan 53,38% lebih berat dibandingkan kontrol non-transgenik. Dengan menggunakan metode RT-PCR, ekspresi gen PhGH terdeteksi pada sirip ikan transgenik, sedangkan pada ikan non-transgenik tidak terdeteksi. Dengandemikian, elektroporasi sperma menggunakan konsentrasi DNA 90 μg/mL efektif meningkatkan keberhasilan transfer gen, dan over-ekspresi gen PhGH eksogen meningkatkan pertumbuhan ikan patin siam.
TRANSMISI, EKSPRESI, DAN DISTRIBUSI GEN HORMON PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM PADA IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-2 Huria Marnis; Bambang Iswanto; Rommy Suprapto; Imron Imron; Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (835.972 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.2.2014.179-190

Abstract

Salah satu keberhasilan pembentukan ikan transgenik ditandai dengan kemampuan dari individu transgenik tersebut untuk mewariskan transgen pada keturunannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi transmisi dan ekspresi transgen (PhGh) dari generasi F-1 ke F-2 serta mengetahui distribusi transgen pada berbagai organ. Deteksi transgen dilakukan pada larva, benih, dan berbagai organ ikan lele generasi F-2 (pituitari, otak, timus, jantung, limfa, hati, ginjal, lambung, usus, gonad, otot, kulit insang, dan sirip ekor) menggunakan metode PCR. Ekspresi transgen pada larva dan organ ikan lele transgenik F-2 dideteksi menggunakan metode reverse transcriptasepolymerase chain reaction (RT-PCR). Level ekspresi pada organ dianalisis menggunakan metode qPCR, gen β-aktin digunakan sebagai kontrol internal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 65 ekor induk betina transgenik F-1 positif membawa transgen di sirip ekor, hanya 18 ekor (27,69%) induk betina yang positif membawa transgen di telur. Sedangkan pada induk jantan hanya 19 ekor (46,34%) yang positif membawa transgen di sperma, dari 41 ekor yang positif membawa transgen di sirip. Transgen dapat terdeteksi pada larva dan sirip ekor ikan lele transgenik F-2 dengan persentase transmisinya adalah 8,11%-50% dengan rata-rata transmisi transgen sebesar 18,85%. Deteksi dan distribusi transgen ditemukan pada larva dan organ pituitari, hati, ginjal, gonad, otot, otak, timus, jantung, limfa, lambung, usus, insang, dan sirip ekor, tetapi transgen tidak ditemukan pada kulit ikan. Level ekspresi transgen tertinggi ditemukan pada hati sebesar 7,3±2,2 pg/μg cDNA – 9,2±2,7 pg/μg cDNA; sedangkan ekspresi terendah ditemukan pada ginjal berkisar 0,19±0,01 pg/μg cDNA – 0,2±0,03 pg/μg cDNA; dan insang sebesar 0,2±0,01 pg/μg cDNA.
TRANSMISI DAN EKSPRESI FENOTIPE GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN PADA IKAN PATIN SIAM Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi; Jadmiko Darmawan; Ika Nurlaela
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.113 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.31-37

Abstract

Ikan patin siam merupakan salah satu ikan budidaya air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Transfer gen pCcBA-PhGH pada ikan patin siam bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan produksi ikan patin siam. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap tingkat transmisi dan ekspresi fenotipe gen pCcBA-PhGH pada generasi pertama (F1) ikan patin siam. Generasi F1 ikan patin siam supergrowth dihasilkan dengan cara mengawinsilangkan antara induk jantan ikan patin siam yang membawa gen pCcBA-PhGH (ikan patin siam supergrowth generasi F0) dengan induk betina ikan patin siam non-supergrowth. Sebagai populasi kontrol dilakukanpersilangan antara sesama induk jantan dan betina non-supergrowth. Hasil ersilangan antara induk jantan ikan patin siam supergrowth generasi F0 dengan induk betina ikan patin siam non-supergrowth menghasilkan derajat pembuahan (FR) sebesar 78,8±4,85% dan derajat penetasan (HR) sebesar 97,9±0,85% relatif lebih tinggi dibandingkan kontrolnya (FR: 38,5±0,96%; HR: 89,6±3,05%). Tingkat transmisi gen pCcBA-PhGH dari generasi F0 ke generasi F1 adalah sebesar 66,7%. Selama empat bulan pemeliharaan di kolam, populasi ikan patin siam supergrowth generasi F1 tumbuh 47,5% lebih cepat dibandingkan populasi kontrol. Adapun biomassa populasi ikan patin siam supergrowth generasi F1 70,5% lebih tinggi dibandingkan kontrol.
POLA EKSPRESI GEN ENHANCED GREEN FLUORESCENT PROTEIN PADA EMBRIO DAN LARVA IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypophthalmus) Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi; Alimuddin Alimuddin; Agus Oman Sudrajat; Komar Sumantadinata; Erma Primanita Hayuningtyas
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1107.512 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.3.2013.339-346

Abstract

Penelitian ekspresi sementara (transient expression) dari transgen secara in vivomenggunakan gen reporter berguna untuk mendesain konstruksi gen yang akan digunakan pada penelitian transgenesis. Gen reporter yang umum digunakan dalam penelitian ekspresi sementara transgen adalah gen GFP (green fluorescent protein). Pengamatan gen EGFP (enhanced green fluorescent protein) pada embrio dan larva ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan promoter -aktin ikan mas dalam mengendalikan ekspresi gen EGFP. Gen EGFP diintroduksikan ke dalam sperma ikan patin siam menggunakan metode elektroporasi. Sperma yang telah dielektroporasi digunakan untuk membuahi sel telur ikan patin siam. Pengamatan ekspresi gen EGFP dilakukan setiap enam jam dimulai dari embrio fase 2 sel sampai larva. Berdasarkan hasil penelitian, gen EGFP terekspresi pada fase embrio dan larva ikan patin siam. Puncak ekspresi gen EGFP terjadi pada fase neurula dan menurun pada fase larva. Berdasarkan penelitian ini maka ikan patin siam transgenik telah berhasil dibentuk dan promoter -aktin ikan mas terbukti aktif dalam mengarahkan ekspresi gen asing (GFP) di dalam tubuh ikan patin siam.
ESTIMASI HERITABILITAS DAN RESPONS SELEKSI IKAN NILA MERAH (Oreochromis spp.) PADA TAMBAK BERSALINITAS Adam Robisalmi; Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.247 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.47-57

Abstract

Salah satu jenis ikan nila yang memiliki potensi nilai ekonomis yang tinggi dan dapat dibudidayakan di air tawar maupun di air payau adalah ikan nila merah. Dalam rangka pengembangannya diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas genetik di antaranya dengan cara seleksi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui estimasi nilai heritabilitas dan respons seleksi populasi jantan dan betina F-0 ikan nila merah hasil seleksi. Pemijahan dilakukan secara full-sib dengan perbandingan jantan dan betina 1:1 dan menghasilkan 10 famili dari 50 famili yang dibentuk. Pembesaran benih dilakukan di tambak bersalinitas 30 ppt menggunakan waring berukuran 3 m x 5 m x 1,5 m dengan padat tebar 10 ekor/m2. Seleksi calon induk pada populasi jantan dan betina ikan nila merah dilakukan setelah mencapai bobot 200-300 g. Cut off seleksi ditentukan pada bobot berkisar 225-354 g (jantan) dan 201-258 g (betina). Parameter yang diamati meliputi koefisien keragaman panjang dan bobot, diferensial seleksi, estimasi nilai heritabilitas, dan respons seleksi. Hasil penelitian menunjukkan koefisien keragaman karakter panjang pada populasi jantan berkisar dari 7,89%-11,18% dan bobot 21,22%-34,12% dengan diferensial seleksi 45,87-115,18 g; sedangkan populasi betina sebesar 6,08%-13,22% dan 16,39%-31,55%; serta 46,12-71,67 g. Hasil analisis estimasi nilai heritabilitas dalam arti luas) pada karakter bobot ikan nila merah jantan 0,47±0,19 dan betina 0,19±0,11. Adapun prediksi respons seleksi yang akan diperoleh adalah 33,06 g (jantan) dan 11,65 g (betina).
PRODUKSI IKAN LELE CEPAT TUMBUH GENERASI F-0 MENGGUNAKAN METODE TRANSGENESIS Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi; Huria Marnis; Rommy Suprapto; Narita Syawalia
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.525 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.2.2013.173-180

Abstract

Penggunaan teknologi transgenesis untuk memproduksi ikan cepat tumbuh telahberhasil dilakukan pada beberapa spesies ikan budidaya. Pada penelitian ini dilakukan introduksi gen hormon pertumbuhan ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus growth hormone, PhGH) menggunakan teknik elektroforasi pada sperma ikan lele (Clarias gariepinus) untuk memproduksi ikan lele cepat tumbuh generasi F-0. Hasil penelitian menunjukkan gen PhGH mampu terinsersi dan terekspresi secara genotip dan fenotip pada ikan lele. Transfer gen PhGH pada konsentrasi 100 μg/mL memiliki tingkat keberhasilan insersi gen terbaik yaitu sebesar 56%. Berdasarkan pemeriksaan ekspresi mRNA gen PhGH menunjukkan bahwa terjadi over-ekspresi gen PhGH pada sirip individu yang positif membawa transgen. Individu ikan lele dalam populasi yang diintroduksi gen PhGH memiliki bobot badan yang lebih bervariasi dibandingkan kontrol. Berdasarkan distribusi bobot ikan lele, terdapat dua individu pada populasihasil introduksi gen PhGH yang memiliki bobot hampir dua kali lipat dibandingkan bobot rata-rata populasi kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini maka telah terjadi over-ekspresi secara genotip dan fenotip pada generasi F-0 ikan lele cepat tumbuh.
AMANKAH MENGONSUMSI IKAN TRANSGENIK? Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.717 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.1-4

Abstract

Produk rekayasa genetik atau organisme hasil modifikasi adalah organisme hidup, bagianbagiannya, dan/atau hasil olahannya yang mempunyai susunan genetik baru dari hasil penerapan bioteknologi modern. Saat ini, di masyarakat Indonesia masih terdapat kekhawatiran mengenai aman tidaknya mengonsumsi produk-produk hasil rekayasa genetika termasuk ikan. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan informasi yang benar mengenai tingkat keamanan mengonsumsi produk-produk hasil rekayasa genetik. Pada tulisan ini akan disampaikan beberapa hasil penelitian mengenai efek mengonsumsi ikan transgenik pada hewan uji dan manusia, komersialisasi ikan transgenik, peraturan internasional mengenai produk-produk transgenik dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 2005 mengenai keamanan hayati produk rekayasa genetik.