Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

SUBTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG KEONG MAS (Pomacea sp.) DALAM PAKAN PEMBESARAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) Usman Usman; Rachman Syah; Kamaruddin Kamaruddin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.685 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.161-170

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang dosis optimum subtitusi tepung ikan dengan tepung keong mas dalam pakan pembesaran ikan kerapu macan. Ikan uji yang digunakan berupa gelondongan ikan kerapu macan berukuran bobot rata-rata 27,1 ± 1,38 g ditebar dalam keramba jaring apung ukuran 1 x 1 x 2 m3 dengan kepadatan 16 ekor/keramba. Perlakuan yang dicobakan adalah dosis tepung keong mas (GSM) dalam pakan yaitu: 0% (GSM0), 10% (GSM10), 20% (GSM20), 30% (GSM30), dan 40% (GSM40) dengan menurunkan kadar tepung ikan pakan. Unit penelitian diset dengan rancangan acak lengkap. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan uji secara satiasi selama 140 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang diberi pakan dengan kandungan tepung keong mas 0%—30% memiliki nilai laju pertumbuhan spesifik, pertambahan bobot, efisiensi pakan, efisiensi protein, dan retensi protein yang relatif sama (P>0,05), namun ikan yang diberi pakan dengan kandungan tepung keong mas sebanyak 40% memiliki nilai peubah tersebut yang berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan yang diberi pakan dengan kandungan tepung keong mas 0%—10%. Konsumsi pakan dan sintasan ikan relatif sama di antara perlakuan (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini, maka tepung keong mas dapat digunakan hingga 30% dalam formulasi pakan ikan kerapu macan.This research was conducted to examine the effects of partially substitution of fish meal (FM) in the diets with golden snail meal (GSM) on growth performance of tiger grouper, Epinephelus fuscoguttatus. Fifteen net cages of 1 x 1 x 2 m3, each containing 16 tiger groupers with average initial weight of 27.1 ± 1.38 g, were set up randomly in seawater. Five isoprotein and isocaloric diets were formulated to contain 43.5% FM without GSM as control diet (GSM0); 10% GSM + 34.2% FM (GSM10); 20% GSM + 24.9% FM (GSM20), 30% GSM + 15.6% FM (GSM30); and 40% GSM + 6.3% FM (GSM40). The fish were fed twice daily to satiation for 140 days. The fish fed the diet containing 0%—30% GSM had not significantly different (P>0.05) specific growth rate, weight gain, feed efficiency, protein efficiency, and protein retention. However the fish fed the diet containing 40%GSM had significantly lower (P>0.05) value of the variables compared to the fish feed the diet containing 0%—10% GSM. Total feed intake and survival rate did not differ significantly (P>0.05) among treatments. This result suggests that GSM could be only used up to 30% to replace fish meal in the tiger grouper diets.
BUDIDAYA UDANG VANAME SISTEM BIOFLOK Brata Pantjara; Agus Nawang; Usman Usman; Rachman Syah
Media Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1507.452 KB) | DOI: 10.15578/ma.5.2.2010.93-97

Abstract

Problem utama pada budidaya tambak udang intensif adalah menurunnya kualitas air yang layak selama pemeliharaan udang dan munculnya penyakit. Upaya mengurangi permasalahan tersebut adalah pemanfaatan bioflok di tambak. Bioflok merupakan campuran dari berbagai mikroba, fitoplankton, zooplankton, protozoa, detritus, partikel organik. Teknologi bioflok dapat meningkatkan kualitas air, meminimalkan pergantian air (tanpa pergantian air), efisiensi pakan, dan menghambat berkembangnya penyakit selama budidaya. Budidaya udang vaname intensif sistem bioflok dengan padat penebaran 100 ekor/m2 selama 95 hari diperoleh produksi sebesar 10,375 kg/ha (FCR 1,3) dan tanpa bioflok 9,176 kg/ha (FCR 1,6).
AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN Muhamad Yamin; Neltje Nobertine Palinggi; Rachman Syah
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.702 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.40-44

Abstract

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu jenis ikan karnivora yang membutuhkan kadar protein tinggi dalam pakannya. Untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengoptimalkan pertumbuhan ikan perlu memperhatikan manajemen pakan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah aktivitas enzim protease di lambung dan usus ikan kerapu macan setelah pemberian pakan. Pengamatan yang dilakukan adalah aktivitas enzim protease dalam lambung dan usus ikan kerapu macan pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan. Dari hasil ini diperoleh nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam lambung ikan kerapu macan pada 12 dan 15 jam setelah pemberian pakan adalah 2,615 /mL dan 0,292 /mL. Pada 18 jam setelah pemberian pakan, aktivitas enzim proteasenya tidak ada. Sedang nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam usus pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan adalah 7,45 /mL; 6,08 /mL; dan 5,03 /mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease di lambung dan usus menurun dengan semakin lamanya waktu setelah pemberian pakan.
PENGARUH LOGAM FeCl3 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PROTEASE IKAN KERAPU MACAN Muhamad Yamin; Neltje Nobertine Palinggi; Rachman Syah
Media Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.287 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.2.2008.157-160

Abstract

Tepung darah (blood meal) yang mengandung protein 84,3%; berpotensi menjadi bahan pengganti tepung ikan yang semakin jarang dan mahal. Sayangnya tingkat kecernaan tepung darah sangat rendah yaitu 55,2%. Diduga hal ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi Fe yang mencapai 0,2%--0,3%. Untuk melihat pengaruh Fe maka dilakukan pengujian in vitro terhadap aktivitas enzim pada usus ikan kerapu macan. Enzim protease usus diperoleh dari ikan kerapu macan yang dipelihara pada KJA Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) di Teluk Awerange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Aktivitas protease diukur secara kuantitatif dengan modifikasi metode Bergmeyer et al. (1983) dan untuk mengukur pengaruh logam Fe dilakukan penambahan FeCl3. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada konsentrasi FeCl3 20--50 mM enzim kehilangan aktivitasnya sampai 76,54% dan 83,08%. Namun pada konsentrasi FeCl3 rendah (1 mM) aktivitas enzim protease meningkat 2%. Ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kecernaan tepung darah disebabkan tingginya kadar besi (Fe) yang mencapai 0,2%--0,3%.
BUDIDAYA UDANG WINDU, Penaeus monodon PADA TAMBAK TANAH SULFAT MASAM DI TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR Brata Pantjara; Markus Mangampa; Rachman Syah
Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada Vol 12, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.067 KB) | DOI: 10.22146/jfs.2896

Abstract

Low productivity in acid sulphate soil (ASS) pond can be improved by pond bottom reclamation. The aim of this research was to observe the effects of soil reclamation in acid sulphate soil on survival rate and production of tiger prawn. The research was conducted in a farmer pond in West Tarakan, Tarakan, East Kalimantan. The soil treatments were reclamation and without reclamation. The density of tiger prawn was 40.000 ind./ha during 3 months. The result showed that ponds with and without reclamation produce survival rate by 28.5% and 21.6% respectively. Pond with reclamation produce higher tiger prawn production (191.9 kg/ha) than without reclamation (143 kg/ha).