L. M. Sabri
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NDVI DAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP SUHU PERMUKAAN DI KOTA SEMARANG Ayu Hapsari Aditiyanti; L. M. Sabri; Bandi Sasmito
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1332.598 KB)

Abstract

Sebagai salah satu Kota tujuan transmigrasi yang cukup aktif di Pulau Jawa, Kota Semarang beberapa tahun ke belakang ini sudah dirasa mengalami peningkatan panas yang cukup signifikan. Terlebih lagi di daerah urban atau yang biasa disebut daerah Semarang Bawah. Pertumbuhan penduduk menjadi pemicu beralihnya area bervegetasi menjadi perumahan atau akses jalan.                Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan tutupan lahan dan vegetasi melalui NDVI terhadap perubahan suhu permukaan berdasarkan interpretasi citra satelit Landsat tahun perekaman 2001, 2006, dan 2011. Penginderaan jauh dilakukan untuk memperoleh data spasial dalam waktu singkat dengan akurasi tinggi. Hal ini akan sangat memudahkan penggunanya untuk mendapatkan informasi tanpa harus melakukan survey di lapangan.                Superfised Classification digunakan untuk mendapatkan data perubahan tutupan lahan, kemudian untuk mendapatkan nilai NDVI dan suhu permukaan dilakukan konversi digital number dari setiap pixel pada citra tersebut. Pengolahan citra satelit Landsat tersebut dilakukan dengan menggunakan software ER Mapper. Kemudian dilakukan pengambilan sambel dengan metode simple random sampling dan systematic sampling untuk dilakukan analisis statistik dengan metode regresi linier menggunakan software SPSS 17.0.                Hasil penelitian menunjukkan dari tahun ke tahun Kota Semarang mengalami penurunan luas area vegetasi dan peningkatan area terbangun. Secara keseluruhan perubahan suhu permukaan dipengaruhi signifikan oleh NDVI dan tutupan lahan secara bersama-sama dengan koefisien determinasi (R2) sebesar  82,6% (tahun 2001), 76,7% (tahun 2006),  78,8% (tahun 2011). Secara parsial NDVI memberikan pengaruh sebesar 78,9% (tahun 2001), 70,3% (tahun 2006), 73,0% (tahun 2011) terhadap suhu permukaan. Secara parsial tutupan lahan memberikan pengaruh sebesar 74,0% (tahun 2001), 70,7% (tahun 2006), 70,4% (tahun 2011) terhadap suhu permukaan.Kata Kunci : Perubahan Suhu Permukaan, NDVI, Tutupan Lahan, Regresi Linier, Penginderaan Jauh.
PENENTUAN KOORDINAT DEFINITIF EPOCH 2013 STASIUN CORS GEODESI UNDIP DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK GAMIT 10.04 Edy Saputera Purba; Bambang Darmo Yuwono; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.778 KB)

Abstract

Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit Global Navigation Satellite System (GNSS) memunculkan sistem pengadaan titik kontrol dasar  modern sebagai referensi  penentuan posisi untuk pengukuran dan pemetaan  yang bersifat aktif, terus menerus dan dapat diakses secara real time. Sistem titik kontrol modern tersebut adalah Continuosly Operating Reference Stations (CORS). CORS adalah salah satu teknologi berbasis GNSS yang dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi terkait penentuan posisi. Stasiun CORS merupakan jaring kerangka geodetik aktif berupa stasiun permanen (base station) dilengkapi dengan receiver dan dapat menerima sinyal-sinyal dari satelit GNSS yang beroperasi secara kontinyu setiap hari.Stasiun CORS UDIP sudah beroperasi sejak desember 2012 di Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Stasiun ini dapat berfungsi sebagai titik kontrol geodetik, sehingga perlu dilakukan pendefenisian koordinat definitif  terhadap stasiun ini. Penelitian ini menggunakan data pengamatan GNSS pada bulan Februari dan Maret 2013. Pengolahan data menggunakan perangkat ilmiah GAMIT 10.04.Penelitian ini menghasilkan 2 koordinat yaitu koordinat yang bersifat statis dan dinamis. Koordinat statis yang mengikat ke DGN-95/Orde 1 Badan Informasi Geospasial (BIG) yaitu (X = 438136.37470; Y = 9220592.00180; Z = 243.05050). Koordinat dinamis yang mengikat ke ITRF2008 (X = 438135.0896; Y = 9220593.4225; Z = 243.2853). Hasil uji statistik menggunakan distribusi fisher dengan selang kepercayaan 95% bahwa antara 4 stasiun IGS dan 6 stasiun IGS merupakan suatu sistem dimana nilai perubahan koordinatnya hampir sama. Selisih koordinat stasiun CORS UDIP antara ITRF2008 dan DGN-95 adalah ±  90 cm.Kata kunci: Stasiun CORS, Koordinat Definitif, GAMIT
ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN BASELINE PANJANG GNSS DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK GAMIT 10.4 DAN TOPCON TOOLS V.7 Maulana Eras Rahadi; Moehammad Awaluddin; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.947 KB)

Abstract

GPS data processing with long baseline (over 100km) require special handling, is caused by determining the value of ambiguity. Distance and number of reference stations have a significant factor on the quality of the network configuration, if both factors have been determined with good accuracy the value it will provide accurate positioning and precision.This study uses observation data with a baseline length of more than 20 km it will tied to the base station GNSS CORS Undip. Another the measurement will be tied to the GNSS CORS BIG (Badan Informasi Geospasial) which has a 0-orde accuracy. By using these two reference stations will be able to know, how much the accuracy each reference station to the accuracy of the coordinates of each observation point. Seeing the factor of long baseline observations in this study, in the processing of the observation data will be processed with scientific software GAMIT 10.4 and commercial software Topcon Tools V.7The research in this paper shows the average standard deviation value of the processing results using GAMIT 10.4 is 0,020 m while the standard deviation value of the processing results using Topcon Tools V.7 is 0,028 m. Keywords: GNSS CORS, Long Baseline, GAMIT, Topcon
PEMODELAN GEOID KOTA SEMARANG Tanggo Rastawira; Sutomo Kahar; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.281 KB)

Abstract

Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah yang memiliki kondisi topografi yang unik dengan variasi dataran dan perbukitan. Kondisi topografi yang seperti itu menjadikan penentuan tinggi orthometrik dengan metode sipat datar menyebar ke seluruh wilayah Kota Semarang membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang tidak sedikit. Adanya teknologi GPS yang mampu menyajikan data informasi tentang posisi secara cepat dan tepat dapat dijadikan alternatif penentuan tinggi teliti di masa kini. Akan tetapi tinggi yang dihasilkan oleh GPS adalah tinggi yang mengacu pada ellipsoid, maka dibutuhkan model geoid yang teliti untuk mengkonversi tinggi geodetik menjadi tinggi orthometrik.Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai penentuan model geoid pada lokasi pengukuran gayaberat lokal Kota Semarang. Penentuan geoid dilakukan dengan metode kombinasi yaitu dengan menggabungkan informasi dari gayaberat lokal dengan model geopotensial global EGM96 sampai dengan derajat dan orde 120. Tinggi undulasi geoid Kota Semarang hasil perhitungan metode kombinasi berkisar antara 26,73026703 sampai dengan 26,99150681 meter dengan titik terendah di BM Surip 7 sedangkan yang tertinggi di daerah Walter Mongisidi. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa model geoid yang dihasilkan dari metode kombinasi lebih baik dibandingkan dengan pemakaian model geopotensial global EGM96 dan EGM2008 sampai derajat dan orde penuh.Kata kunci: Tinggi Orthometrik, Model Geoid, Metode Kombinasi.
ANALISIS PENURUNAN MUKA TANAH DAERAH SEMARANG MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK GAMIT 10.04 KURUN WAKTU 2008-2013 Aldika Kurniawan; Bambang Darmo Yuwono; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.423 KB)

Abstract

Penurunan muka tanah adalah suatu fenomena alam yang banyak terjadi di kota-kota besar yang berdiri di atas lapisan sedimen, seperti Jakarta, Semarang, Bangkok, Shanghai, dan Tokyo. Dari studi penurunan tanah yang dilakukan selama ini, diidentifikasi ada beberapa faktor penyebab terjadinya penurunan tanah yaitu : pengambilan air  tanah yang berlebihan, penurunan karena beban bangunan. Dari  tipe penurunan tanah ini, penurunan akibat pengambilan air tanah yang berlebihan dipercaya sebagai salah satu tipe penurunan tanah yang dominan untuk kota-kota besar.Penelitian ini menggunakan GPS yang disebar ke delapan titik pengamatan penurunan muka tanah yang dibagi menjadi tiga hari pengamatan, setiap pengamatan GPS berdurasi enam sampai delapan jam karena pengukuran geodinamika menggunakan GPS membutuhkan waktu minimal enam jam pengamatan. Pengolahan data GPS  menggunakan perangkat lunak GAMIT 10.04 dan menggunakan metode pengolahan radial. Hasil pengolahan perangkat lunak GAMIT 10.04 berupa koordinat dan standar deviasi masing-masing titik. Penentuan nilai penurunan muka tanah daerah Semarang berdasarkan tinggi ellipsoid dari pengukuran tahun sebelumnya.Berdasarkan penelitian yang menggunakan perangkat lunak GAMIT 10.04 ini, didapatkan RMS rata-rata pengolahan titik pengamatan sebesar 4 – 5 milimeter.  Hasil penelitian dengan menggunakan GPS, daerah semarang mengalami penurunan tanah dalam rentang variasi kecenderungan penurunan dari 2.2 milimeter sampai 17.2 sentimeter.Kata Kunci : Penurunan Muka Tanah, GPS, GAMIT 10.04
Pembuatan Program Perataan Parameter Jaring Poligon Dengan Menggunakan Visual Basic For Application (VBA) Microsoft Excel Eva Suci Lestari; L. M. Sabri; Bambang Darmo Yuwono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.512 KB)

Abstract

Least square method is one method most popular to problem-solving count flattening. The ordinal least quadrat in cases of the count of geodesy which simple, e.g. cutting measurement of angles, levelling and measurement of distances the base. A traverse do the count based on error angle of a polygon and distance results size reference to the terms of geometric polygons measured. Within adjustment required leveling high Count in the process of calculation. Therefore, the required computer technology  in the process of doing the calculation so that the result is more precision. With the progress of the current process of computer calculations can be done quickly through programming. Program used as thesis harnesses Program macros with visual basic for application (VBA) programming language in microsoft Excel by using the polygon mesh data.Keyword : Least square method , Macro or VBA, Ms. Excel
Analisis Pemanfaatan Citra Landsat 7 Untuk Pemetaan Kandungan Bahan Organik Tanah Dengan Metode Pca Dan Regresi Linier Berganda Bertahap Di Kabupaten Bangkalan Mohammad Idris; Sawitri Subiyanto; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.44 KB)

Abstract

Information on soil organic matter (SOM) is required for consideration in planning development of sustainable land as land with high SOM score could be prioritized for field potential. Bangkalan regency encounters increased shift in land use after the operation of Suramadu bridge, causing land convertion does not consider natural value of the soils. In this study, mapping of soil organic matter on july 2013 is implemented by using remote sensing techniques. The remote sensing data is Landsat 7 (bands 1, 2, 3, 4, 5, and 7) with Normalized Difference Soil Index (NDSI) as the land identification. Ground-truth data be obtained by analyzing organic matter using ASTM D 2974 combustion method (American Society for Testing and Materials on Standard Test Methods for Moisture, Ash, and Organic Matter of Peat and Other Organic Soils). Data analysis uses stepwise multiple linear regression with three types of input (pixel values of 6 bands in grayscale mode,PCA with 6 PCs, and PCA with 3 PCs). The results showed that using principal component analysis (PCA) with 6 PCs can be used to predict soil organic matter. Application of stepwise multiple linear regression (SMLR) equation by using input principal component analysis (PCA) with 6 PCs to estimate soil organic matter showed that the soil in the study area generally contain diverse organic matter (covering 61.7% of the study area). Therefore, information on texture and structure contents of soils, harvest periods, cover crops, guided use of fertilizers, socio-economic incentives are needed to improve the results of BOT in study areaKeywords: remote sensing, mapping, soil organic matter, SMLR, PCA
Verifikasi Koordinat Titik Dasar Teknik Orde 3 dengan Pengukuran GNSS Real Time Kinematic Menggunakan Stasiun CORS Geodesi UNDIP di Kota Semarang Arinda Yusi Madena; L. M. Sabri; Bambang Darmo Yuwono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.891 KB)

Abstract

One of the tasks of BPN in Indonesia is doing the measurement of a Horizontal control points. The result of the measurement is a monument which has a definitive and coordinate values are implicitly understood by the term static datum. But in actual fact the Earth is dynamic and can be quantified as well, the position of the monument base or point of technique to physically change from time to time, consequently the coordinates values will change.Associated with these problems, in this final task has been carried research measurement Basic Point of Technique of Order 3 by using the system of CORS (Continuously Operating Reference Station). By conducting measurements of GNSS RTK method on the basic point of the order of 3 techniques analyzed how big a difference the coordinates of the measuring results and coordinates BPN.The results of this research show that result of plotting vector different coordinate value of Basic Point of Technique of Order 3 measurements of GNSS Real Time Kinematic method against of Basic Point of Technique of Order 3 BPN is not systematic in coordinate value. Keywords: Basic Point of Technique of Order 3, CORS, RTK.
UJI COBA GNSS CORS DALAM PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH MENGGUNAKAN SPIDERWEB ( STUDI KASUS : KABUPATEN SEMARANG ) Kukuh Ibnu Zaman; Sawitri Subiyanto; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.737 KB)

Abstract

SpiderWeb merupakan suatu integrasi software dan hardware untuk mengontrol dan mengoprasikan satu receiver GPS ataupun beberapa receiver dalam satu network. CORS BPN sering mendapat kendala pada Communication Link (GPRS) dan Virtual Private Network (VPN) sehingga pengukuran CORS menggunakan NTRIP (Networked Transport of RTCM via Internet Protocol) cenderung lama untuk mendapatkan solusi pengukuran “fix”, untuk itu BPN RI bekerjasama dengan Leica mencoba memberikan alternatif baru untuk membuat software SpiderWeb.Pada penelitian tugas akhir ini analisis yang digunakan adalah selisih luasan bidang tanah hasil Post Processing menggunakan Spiderweb dengan hasil Post Processing menggunakan GNSS Solutions yang mengikat pada stasiun referensi Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang. Metode pengukuran GPS yang digunakan adalah statik singkat (rapid static), dengan waktu pengamatan selama 5 menit. Data luasan bidang tanah definitif yang digunakan adalah luasan hasil Post Processing menggunakan GNSS Solutions.Selisih luasan yang dihasilkan dari hasi pengolahan data adalah sebagai berikut: pengukuran bidang tanah metode statik singkat menggunakan SpiderWeb dengan waktu pengamatan 5 menit dan jarak dari base stasion 2 km mendapatkan selisih luasan yang cukup besar, dengan selisih terkecil luasan bidang tanah terdapat pada bidang 7 yaitu sebesar 0,603 m2 (0,13%), dan selisih terbesar adalah pada bidang 17 yaitu sebesar 147,508 m2  (18,42%).Kata Kunci : SpiderWeb, GNSS CORS, Statik singkat, Pengukuran bidang tanah.
Verifikasi TDT Orde 2 BPN dengan Stasiun CORS BPN-RI Kabupaten Grobogan Rizna Trinayana; Bambang Darmo Yuwono; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.711 KB)

Abstract

GNSS CORS merupakan dasar dari penelitian verifikasi TDT Orde 2 BPN Grobogan dengan stasiun CORS BPN-RI Kabupaten Grobogan. Pengamatan dilakukan pada enam titik TDT orde 2 BPN menggunakan dua stasiun CORS berbeda yaitu stasiun CORS BPN Grobogan dan stasiun CORS BAKO. Koordinat yang dihasilkan akan dibandingkan dengan koordinat TDT orde 2 BPN. Pengolahan koordinat menggunakan software ilmiah GAMIT 10.4 (GPS Analysis Package Developed at Massachusetts Institute of Technology). Masing-masing kooordinat hasil pengikatan ke stasiun CORS dan BAKO akan dilakukan transformasi koordinat Affine dan Helmert.Berdasar standar deviasi yang diperoleh dari transformasi koordinat, koordinat hasil olahan dengan titik ikat CORS BPN menggunakan sistem transformasi helmert lebih bagus daripada koordinat hasil olahan dengan titik ikat CORS BAKO yaitu sebesar 0,00004204827821 m.Keywords : GNSS CORS, GAMIT, TDT orde 2, Transformasi Koordinat.