Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH ZONA JENUH AIR TERHADAP KESTABILAN LERENG DI WENINGGALIH, KABUPATEN BANDUNG BARAT Moch Hilmi Zaenal Putra; Rendi Dwi Kartiko; Prihadi Soemantidiredja; Imam Achmad Sadisun; Adrin Tohari
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 30, No 1 (2020)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/risetgeotam2020.v30.1086

Abstract

Kejadian longsor dangkal di Desa Weninggalih mengakibatkan kerugian setiap tahunnya. Hal tersebut diakibatkan oleh salah satu budaya warga setempat yaitu membuat kolam ikan tanpa dilapisi lapisan kedap air sehingga diduga menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya kestabilan lereng. Sebagai upaya untuk mengurangi risiko kerugian tersebut dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai karakteristik longsor dan pengaruh keberadaan kolam ikan terhadap kondisi kestabilan lereng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng dan pengaruh keberadaan kolam ikan untuk studi kasus di daerah Weninggalih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pemetaan geologi, pemetaan topografi detail, pengukuran electrical resistivity tomography (ERT), pengambilan sampel tanah, pengujian geoteknik, dan analisis kestabilan lereng. Metode kesetimbangan batas dengan perhitungan Morgenstern-Price digunakan untuk analisis kestabilan lereng. Daerah studi terdiri dari produk vulkanik berupa tanah residual dan tuf tebal yang bersifat lepas dan kuat geser dalam yang rendah. Hasil analisis ERT menunjukkan adanya perluasan zona jenuh air yang diakibatkan oleh keberadaan kolam ikan. Analisis kestabilan lereng menunjukkan bahwa kemunculan zona jenuh air yang meluas menyebabkan menurunnya nilai faktor keamanan lereng secara signifikan.  ABSTRACT – The effect of water saturated zone on slope stability in Weninggalih, Bandung BaratRegency. Shallow landslides inWeninggalih Village resulted in many losses every year. One of the contributing factors is the customs of building a fishpond in the sloping ground without an impermeable liner. Consequently, the seepages from the pond cause the decrease in slope stability. To reduce the risk of loss, a better understanding of the landslide’s characteristics and the effect of the fishpond on the stability of the slope is required. The purpose of this study is to determine the level of slope stability and the influence of the fishponds to slope stability in the Weninggalih area. Methods used in this study include geological mapping, detailed topographic mapping, electrical resistivity tomography (ERT), soil sampling, geotechnical laboratory testing, and slope stability analysis. The limit equilibrium method with the Morgenstern- Price formula was used for slope stability analysis. The study area is composed of volcanic products consisting residual soil and thick tuff that are loose and having low shear strength. Results of ERT analysis showed the extension of the water saturated zone caused by the presence of fishponds. Analysis of the slope stability shows that the expanding water saturated zone causes a significant decrease in the slope safety factor.
KARAKTERISTIK GEOTEKNIK MINERAL LEMPUNG PADA TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH CIURUG LEVEL 600, PONGKOR, JAWA BARAT Robby Ginanjar; Imam Achmad Sadisun
Bulletin of Geology Vol 3 No 1 (2019): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2019.3.1.6

Abstract

Zona argilik pada terowongan tambang bawah tanah Ciurug level 600 memerlukan penanganan dan perhatian khusus pada perkuatan terowongan. Hal ini perlu dilakukan karena zona argilik tersebut secara umum membuat massa batuan disekitar penambangan menjadi lemah. Zona argilik tersebut dapat diidentifikasi secara langsung pada bukaan terowongan atau dari hasil inti pemboran bawah permukaan. Argilitisasi yang terjadi pada bukaan XC 662 dan XC 6-1a memiliki karakteristik yang berbeda, baik secara persebarannya maupun jenis kehadiran mineral lempungnya. Zona argilik yang hadir pada bukaan XC 662 menunjukan distribusi yang terkonsentrasi di sekitar urat kuarsa, sedangkan pada bukaan XC 6-1a distribusinya lebih merata, sehingga melemahkan hampir di seluruh bagian bukaan terowongan. Karakteristik mineral lempung pada zona argilik di kedua bukaan terowongan diuji menggunakan beberapa pengujian salah satunya adalah uji batas Atterberg. Hasil uji batas Atterberg menunjukan bahwa Indeks Plastisitas (IP) dari mineral lempung pada zona argilik berkisar antara 17,64 – 33,33 dan nilai aktivitas yang berkisar antara 1,1 – 1,6. Nilai tersebut dipengaruhi oleh mineral lempung berupa kaolinit, vermiculite, smektit, dan halloysite. Kata kunci: Zona argilik, karakteristik, batas Atterberg, nilai aktivitas
Karakterisasi Tanah Vulkanik di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Indonesia Berdasarkan Uji CPT, SPT, dan PMT: Site Characterization of Volcanic Soil in Kediri Regency, East Java, Indonesia Based On CPT, SPT, and PMT Wiwarsono, Fransisko; Rahardjo, Paulus Pramono; Sadisun, Imam Achmad
Cantilever: Jurnal Penelitian dan Kajian Bidang Teknik Sipil Vol. 12 No. 2 (2023): Cantilever
Publisher : Department of Civil Engineering and Planning, Faculty of Engineering, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35139/cantilever.v12i2.205

Abstract

Indonesia is a country surrounded by the Pacific Ring of Fire so that various areas are dominated by volcanic soil. Volcanic soils have unique and unusual characteristics, different structures and properties from soil in general, and are strongly influenced by geological processes. Volcanic soils were also found to be problematic and caused a lot of geotechnical damage. Research on volcanic soils from a geotechnical perspective in Indonesia is still very limited. This study aims to characterize volcanic materials in Kediri Regency, East Java, Indonesia, based on in situ testing using CPT (Cone Penetration Test), Standard Penetration Test (SPT), and Pressuremeter Test (PMT). CPT and SPT are the most common and frequently used field tests, while PMT is used to obtain horizontal stresses. Some data from the X-Ray Diffraction Analysis (XRD) test and corebox drilling results will also be used in this study. Field test results will display soil classification and parameters, which will then be combined, and empirical correlations will be obtained for site characterization as well as comparisons with other volcanic soil literature studies. The results showed that the volcanic soil in Kediri Regency consists of non-lateritic to lateritic soil. Based on the CPT and SPT correlations, it was found that the qc/N value was greater than in general soils for both cohesive and non-cohesive soils. The authors also found a relationship between parameters and interpretation of PMT data against NSPT for cohesive volcanic soils in the study area.
Simulasi Respon Airtanah terhadap Kegiatan Dewatering pada Lokasi Penggalian Stasiun Bawah Tanah MRT A dan B di Kota Jakarta Pusat Absari, Hirundini Rustica; Widodo, Lilik Eko; Sadisun, Imam Achmad
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 11, No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v11i1.12703

Abstract

Kegiatan penggalian dan dewatering yang dilakukan di kawasan perkotaan menghadapi tantangan akibat keberadaan airtanah. Airtanah yang tidak dikontrol dapat mengganggu kestabilan bangunan-bangunan bersejarah dan penting yang berada di sekitar lokasi penggalian. Lokasi kegiatan penggalian dan dewatering berada di Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta, yang dilakukan untuk konstruksi dua stasiun bawah tanah MRT yang berjarak 800 m. Lokasi ini berada di Cekungan Airtanah Jakarta dengan litologi penyusun berupa endapan kipas aluvium dengan material butir berukuran lempung hingga pasir sendang berumur Kuarter. Kegiatan dewatering dilakukan dengan menggunakan sumur pelepasan tekanan (pressure relief well) sebanyak 46 sumur di Stasiun Bawah Tanah A dan 29 sumur di Stasiun Bawah Tanah B dengan kapasitas 4,15 m³/s per sumur . Simulasi airtanah dilakukan menggunakan Softwater Visual Modflow dengan metode numerik beda hingga berdasarkan beberapa asumsi untuk menyederhanakan pembuatan model airtanah. Pemantauan respon airtanah dilakukan dengan pengamatan terhadap perubahan head dan drawdown selama 1186 hari. Pada lokasi Stasiun Bawah Tanah A, terjadi penurunan head (drawdown) sebesar 3,1 m, sedangkan pada Stasiun Bawah Tanah B terjadi drawdown sebesar 5,5 m. Pengaruh dewatering dapat terlihat hingga jarak 550 m dengan drawdown sebesar 1- 8 cm.
Segmentation of the Active Fault on the Cirebon-Semarang Segments as Revealed by DEM-Derived Geomorphic Indices Jannah, Miftahul; Pamumpuni, Astyka; Sadisun, Imam Achmad
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 9 No. 04 (2024): JGEET Vol 09 No 04 : December (2024)
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jgeet.2024.9.04.15572

Abstract

This research focuses on the segmentation and tectonic activity of the Baribis-Kendeng Fault across the Cirebon to Semarang segments, revealed through the analysis of geomorphic indices derived from Digital Elevation Models (DEM). Utilizing geomorphic indices such as the Hypsometric Integral (HI), Stream Length-Gradient Index (SL), and SL/K ratio, the analysis was conducted on 33 streams crossing ten segments. The results indicate that the landscape in the research area is predominantly in the youthful stage, with HI values ranging from 0.459 to 0.492, indicating active tectonic uplift. Segments such as Ungaran and Pemalang exhibit significant tectonic activity, with high SL/K values, particularly in the Ungaran segment, where the SL/K value reaches 344.872. These findings suggest that fault activity in the region is ongoing, with stronger uplift patterns observed at the western and eastern ends of the fault, while relatively lower activity is found in the central area. This research highlights the ongoin tectonic processes shaping the region’s geomorphology and contributes to a better understanding of the active fault system in Java Island.
GEOMORFOLOGI SESAR AKTIF DI PULAU RUMBERPON, PAPUA Pamumpuni, Astyka; Sapiie, Benyamin; Ipranta, Ipranta; Sadisun, Imam Achmad
Bulletin of Geology Vol 6 No 1 (2022): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2022.6.1.4

Abstract

Morfologi di bagian Leher Burung, Papua didominasi oleh bentuk morfologi sesar naik dan lipatan. Morfologi yang menunjukkan lipatan ideal yang masih muda, bentukan antiform merepresentasikan antiklin. Namun demikian, data kegempaan di daerah Leher Burung, Papua menunjukkan banyaknya gempa dengan mekanisme sesar normal dan sesar mendatar.Observasi geomorfologi di lokasi Leher Burung, di Pulau Rumberpon dilakukan pada studi ini dengan menggunakan data DEM (digital elevation model) dengan resolusi 8m dari DEMNAS (digital elevation modelnasional). Analisis geomorfologi ditekankan pada identifikasi sesar aktif. Data kegempaan yang berupa lokasi gempa (epicenter dan hipocenter), magnitudo, dan waktu kejadian didapatkan dari katalog kegempaan yang telah direlokasi. Mekanisme fokal gempa didapatkan dari katalog CMT (centroid moment tensor). Data kegempaan digunakan untuk melihat hubungan data kegempaan dan hasil analisis geomorfologi.Hasil analisis geomorfologi menunjukkan adanya sesar normal yang aktif berkorelasi dengan arah jurus dari mekanisme fokal yang ada di area ini. Observasi menunjukkan adanya bukti-bukti sesar normal dengan arah jurus utara-selatan (N-S) dan timur laut-barat daya (NE-SW). Fitur-fitur geomorfologi yang terpetakan antara lain adalah laguna yang memanjang, lembah paralel, penampang topografi yang menunjukkan seri rangkaian sesar normal, gawir sesar, dan relay-ramp. Fitur geomorfologi yang ada menunjukkan adanya seri sesar normal aktif memiliki kemiringan ke barat dengan jurus ke utara-selatan sesuai dengan arah jurus dari mekanisme fokal kegempaan yang ada. Kesesuaian antara mekanisme fokal gempa dan bukti morfologi menunjukkan adanya sesar normal aktif di area Leher Burung, terutama di Pulau Rumberpon. Mekanisme pembentukan sesar di Pulau Rumberpon ini terkait erat dengan Sesar Yapen-Sorong dan adanya pembelokan ke kanan zona sesar tersebut. Kata kunci: geomorfologi, sesar normal, Papua, sesar aktif
LIQUEFACTION POTENTIAL ANALYSIS IN TRANS-SULAWESI RAILWAY, POLEWALI MANDAR-MAJENE SEGMENT USING CONE PENETRATION TEST METHOD Zhafira, Dzikra; Sadisun, Imam Achmad
Bulletin of Geology Vol 6 No 2 (2022): Bulletin of Geology Special Issue: International Seminar on Earth Sciences and Te
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2022.6.2.8

Abstract

Trans-Sulawesi Railway is the first railway in Sulawesi. One of the segments that is passed by this railway is Polewali Mandar-Majene segment, West Sulawesi. The research focused on this segment and mostly contains of Quaternary sediments such as alluvial. Liquefaction may occur because of earthquake that causes loss of strength within soils. Most of the cases, liquefaction occur in Quaternary sediments that are decomposed, loose, and unconsolidated. So, liquefaction analysis is needed on the research area to determine the liquefaction potential that might happen there. Liquefaction potential analysis was carried out using Cone Penetration Test method (CPT). The analysis was carried out by calculating liquefaction safety factor (FSL) and liquefaction potential index (LPI) at 14 CPT sites with varying depth from 3.8 meters – 14 meters. Based on the analysis, the liquefaction safety factor (FSL) value shown that the 14 CPT sites has a potential for liquefaction with Mw 7.5 earthquake because the FSL values are less than 1. Based on the calculation of LPI, the research area is in the high – highest category. Keywords: Cone Penetration Test (CPT), Polewali Mandar, liquefaction, Liquefaction Potential Index (LPI)
EFEK DERAJAT PELAPUKAN BATULEMPUNG FORMASI BOBONARO TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA RENCANA LOKASI OBSERVATORIUM NASIONAL TIMAU DI KABUPATEN KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR Setiawan, Arie; Sadisun, Imam Achmad; Sani, Rifki Asrul
Bulletin of Geology Vol 7 No 2 (2023): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2023.7.2.3

Abstract

Durabilitas dan stabilitas batulempung menjadi hal yang cukup menyita perhatian dalam kegiatan rekayasa akhir-akhir ini. Perubahan kondisi batulempung saat muncul ke permukaan, terutama pada wilayah yang direncanakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur memerlukan kajian geologi teknik dan geoteknik yang tepat. Pembangunan Observatorium Nasional Timau di Kabupaten Kupang yang berdiri di atas lapisan batuan sedimen berupa batulempung Formasi Bobonaro berumur Miosen, memerlukan analisis yang tepat dalam hal karakterisasi keteknikan dan durabilitas batulempung untuk menunjang aspek teknis kegiatan rekayasa di sekitar area tersebut. Penelitian ini berfokus pada sifat keteknikan, derajat pelapukan dan kestabilan lereng pada batulempung Formasi Bobonaro. Parameter dasar dalam analisis kestabilan lereng yang terdiri dari berat isi, kohesi, dan sudut geser dalam mengalami penurunan nilai seiring dengan meningkatnya derajat pelapukan. Analisis kestabilan lereng didasarkan pada asumsi bahwa lereng terdiri dari material yang tidak homogen yaitu dengan nilai sifat keteknikan bervariasi terhadap derajat pelapukan dan material homogen, yaitu dengan nilai sifat keteknikan batulempung derajat pelapukan V. Dalam analisis kestabilanlereng juga mempertimbangkan aspek beban gempa dengan nilai PGA yang berbeda sebagai bahan perbandingan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa batulempung Formasi Bobonaro ini rentan terhadap proses pelapukan dengan nilai indeks slake durability rendah – sangat rendah dan aktivitas atau potensi mengembang rendah - sedang. Analisis kestabilan lereng memperlihatkan perbedaan nilai faktor keamanan yang drastis antara lereng yang terdiri dari material variasi derajat pelapukan dan lereng yang terdiri dari material homogen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berkembang derajat pelapukan pada batulempung, maka kekuatan geser akan menurun, sehingga stabilitas lereng juga menurun, tercermin pada nilai faktor keamanan yang semakin rendah Kata kunci: batulempung, Formasi Bobonaro, derajat pelapukan, sifat keteknikan, kuat geser, kestabilan lere
Simulasi Respon Airtanah terhadap Kegiatan Dewatering pada Lokasi Penggalian Stasiun Bawah Tanah MRT A dan B di Kota Jakarta Pusat Absari, Hirundini Rustica; Widodo, Lilik Eko; Sadisun, Imam Achmad
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol. 11 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v11i1.12703

Abstract

Kegiatan penggalian dan dewatering yang dilakukan di kawasan perkotaan menghadapi tantangan akibat keberadaan airtanah. Airtanah yang tidak dikontrol dapat mengganggu kestabilan bangunan-bangunan bersejarah dan penting yang berada di sekitar lokasi penggalian. Lokasi kegiatan penggalian dan dewatering berada di Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta, yang dilakukan untuk konstruksi dua stasiun bawah tanah MRT yang berjarak 800 m. Lokasi ini berada di Cekungan Airtanah Jakarta dengan litologi penyusun berupa endapan kipas aluvium dengan material butir berukuran lempung hingga pasir sendang berumur Kuarter. Kegiatan dewatering dilakukan dengan menggunakan sumur pelepasan tekanan (pressure relief well) sebanyak 46 sumur di Stasiun Bawah Tanah A dan 29 sumur di Stasiun Bawah Tanah B dengan kapasitas 4,15 m³/s per sumur . Simulasi airtanah dilakukan menggunakan Softwater Visual Modflow dengan metode numerik beda hingga berdasarkan beberapa asumsi untuk menyederhanakan pembuatan model airtanah. Pemantauan respon airtanah dilakukan dengan pengamatan terhadap perubahan head dan drawdown selama 1186 hari. Pada lokasi Stasiun Bawah Tanah A, terjadi penurunan head (drawdown) sebesar 3,1 m, sedangkan pada Stasiun Bawah Tanah B terjadi drawdown sebesar 5,5 m. Pengaruh dewatering dapat terlihat hingga jarak 550 m dengan drawdown sebesar 1- 8 cm.
Evaluating the Causes of Land Subsidence in Central Jakarta using 1-Dimensional Consolidation Approach Naufal, Muhammad Adi; Sadisun, Imam Achmad; Kartiko, Rendy Dwi; Septiandi, Muhammad Iqbal
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol. 11 No. 2 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v11i2.13643

Abstract

Land subsidence in Central Jakarta, driven by both natural geological processes and human-induced factors, threatens the stability of the region’s infrastructure. Monitoring of land subsidence with InSAR in Central Jakarta shows an average speed of 1-10 cm/year. Land subsidence in Central Jakarta presents a growing geotechnical challenge, exacerbated by both natural consolidation and anthropogenic influences. During the period of 2018 to 2023, Jakarta's booming industrial development became a major factor contributing to the city's ongoing land subsidence problem. This study aims to evaluate the contribution of consolidation and anthropogenic factors to land subsidence in Central Jakarta. The analytical method uses 1-D consolidation theory is applied to calculate land subsidence. Borehole data from nine locations were used to estimate subsidence rates. Results indicate that natural consolidation has significant role in land subsidence, which is predicted to continue until 2368. Anthropogenic factors such as groundwater level decrease and additional building loads accelerate the subsidence process. The rate of soil subsidence for natural consolidation in Central Jakarta ranges from 1.5-9.1 cm/year. Meanwhile, there are anthropogenic factors such as groundwater level decrease and increase of building load achieved 3.4-17.4 cm/year. These anthropogenic factors accelerate the rate of soil subsidence by 1.9-8.3 cm/year or equivalent to 26.0-47.7%. Based on analysis, land subsidence analysis in Central Jakarta shows that increase in building load and groundwater level decrease in five years does not significantly affect the subsidence that occurs. However, role of anthropogenic factors can exacerbate land subsidence in Central Jakarta. Groundwater extraction arrangements and building load management need to be considered to minimize the negative impact on infrastructure.