Rumoh Aceh merupakan sebuah rumah tradisional berbentuk panggung yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu seuramoe keue, bilik (seuramo teungoh) dan juga seuramoe likot. Sistem pendingin ruangan pada bangunan ini hanya memanfaatkan penghawaan alami yang dialirkan melalui ventilasi pada bangunan. Oleh sebab itu, kinerja dari sistem pendingin tersebut perlu diperhatikan apakah sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan teknik pengumpulan data berupa data pengukuran menggunakan Anemometer Digital dan juga system perhitungan ACPH (Air Changes Per Hour), serta luas minimal bukaan. Hasil penelitian ini mengacu ke SNI dengan menyesuaikan data yang didapat dari hasil pengukuran dan membandingkan data tersebut dengan standard kenyamanan termal menurut indeks yang digunakan. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini yaitu kecepatan angin dengan nilai tertinggi berada pada sisi timur yaitu sebesar 0,45 m/s dan nilai terendah senilai 0,28 m/s pada bagian selatan dan dengan rata-rata kecepatan angin tiap sisi 0,36 m/s yang sudah sesuai dengan indeks SNI-03-6572-2001 dengan nilai kecepatan angin minimum 0,25 m/s. Nilai rata-rata ACPH pada bangunan Aceh ini adalah sebesar 4,06 kali per jam, yang berarti pada nilai sudah memenuhi standar kebutuhan pergantian udara yaitu senilai 1-5 kali . Sedangkan nilai persentase luasan bukaan minimal terhadap lantai adalah senilai 11,5% dimana angka tersebut sudah memenuhi bukaan minimal yaitu sebesar 10% dari luas lantai dan maksimal 20% dari luas lantai.