Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KETENANGAN PIKIRAN DAN KEDAMAIAN UNTUK KOMUNITAS LOKAL STUDI KASUS OPEN PUBLIC SPACE DI MEDAN, SUMATERA UTARA Cut Azmah Fithri; Hendra A; Erna Muliana; Soraya Masthura Hassan
Arsitekno Vol 8, No 1 (2021): Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/arj.v8i1.3816

Abstract

Kestabilan dan ketentraman masyarakat hanya tercapai bila ada pemahaman yang sama dalam norma tertentu. Kedamaian di ruang publik sangat penting untuk kelangsungan hidup bermasyarakat. Ruang publik seperti jalan, alun-alun, dan taman menciptakan bentuk yang sejalan dengan pasang surutnya pertukaran manusia. Vitalitas ruang terbuka publik ditandai dengan frekuensi penggunaan. Penggunaan di kota baik primer maupun sekunder terkait dengan aktivitas utama jaringan perkotaan yang membentuk tulang punggung pusat kota. Ruang terbuka publik merupakan bagian dari struktur perkotaan yang menjadi inti dari elemen-elemen dalam kota. Umumnya ruang publik sulit untuk dipahami tanpa dimensi sosial yang membantu memberikan konteks dan hubungan yang paling baik dipahami sebagai proses dua arah yang berkelanjutan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Makalah ini mencoba mengkaji hubungan kegiatan ruang terbuka publik di Medan yang menjadi tempat rekreasi umum bagi penduduk perkotaan yang berpenghasilan rendah, dengan menggali keunikan gerakan sosial masyarakat di ruang publik seperti yang disebut oleh urban designer berupa “street ballet”. Aktivitas di jalanan aman saat jalanan digunakan oleh masyarakat. Namun, orang-orang di jalanan adalah orang asing. Menurut teori urban design, jalan yang digunakan adalah jalan yang aman dan terbentuk dari jalinan interaksi aktivitas yang menyatu dengan arus aktivitas lain yang berkelanjutan. Kota itu sendiri sangat kompleks; Namun, kerumitan menciptakan tatanan yang diatur oleh orang asing. Keamanan di jalanan dan ruang publik adalah “ketenangan pikiran” para pengunjung dan ini akan membawa kota menjadi aman dan dikunjungi.
KAJIAN PERTUMBUHAN PERMUKIMAN NELAYAN DESA BLANG GEULUMPANG KABUPATEN ACEH TIMUR (STUDI KASUS: DUSUN PANTAI DESA BLANG GEULUMPANG) Cut Azmah Fithri
Arsitekno Vol 2, No 2 (2013): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/arj.v2i2.1223

Abstract

Sebagai Negara kepulauan Indonesia memiliki daerah pantai yang sangat luas. Diperkirakan 60% penduduk Indonesia hidup dan bermukim di daerah pantai. Dari 64.439 desa di Indonesia, terdapat 4.735 desa yang dapat dikategorikan sebagai desa pantai. Bahkan, masyarakat yang bermukim di wilayah kota pantai sudah mencapai sekitar 100 juta orang. Aktifitas ekonomi di daerah pantai dan laut memberikan kontribusi sebesar 24% pada produk domestik bruto. Di daerah pantai terdapat berbagai macam kegiatan, seperti industri, permukiman, tambak, nelayan, perdagangan, transportasi, pelabuhan, dan rekreasi.Permukiman nelayan Desa Blang geulumpang yang berada di muara Krueng Idi telah melangsungkan kehidupannya sejak masa lalu. Diawali dengan kedatangan keturunan Tionghoa, pendudukan tentara Belanda sampai tiba penduduk nelayan pendatang yang menjadi penduduk asli di permukiman nelayan desa BlangGeulumpang. Pola pertumbuhan terbentuk karena dekat dengan perairan, tambatan kapal/perahu, dermaga dan TPI. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi pola permukiman nelayan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan permukiman nelayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausal komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pertumbuhan analisa fisik dan non fisik permukiman nelayan Dapat disimpulkan bahwa pola permukiman nelayan Dusun Pantai desa Blang Geulumpang memanjang mengikuti alur jalan desa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu kemudahan dalam menempati dan memiliki lahan, sarana air bersih, sarana listrik, adanya kekerabatan yang erat karena perkawinan dan satu pekerjaan yaitu nelayan, tingkat pendidikan yang lebih baik dan penghasilan yang sudah meningkat. Peningkatan pelabuhan selain untuk jual beli ikan juga dapat menjadi tempat wisata dan penelitian.
PELATIHAN PEMBUATAN TUDUNG SAJI (SANGE) UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DI GAMPONG KUTABLANG KOTA LHOKSEUMAWE Cut Azmah Fithri; Soraya Masthura Hassan; Erna Muliana
AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 5 No. 2 (2021): Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LP2M UMN AL WASHLIYAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/ajpkm.v5i2.972

Abstract

Tudung saji merupakan alat untuk kebutuhan acara adat istiadat di daerah Aceh. Alat tersebut digunakan turun temuun oleh masyarakat Aceh. Tetapi dengan perkembangan zaman tudung saji mulai hilang digantikan oleh bentuk-bentuk modern. Pelatihan ini dilakukan untuk mengembalikan kejayaan tudung saji pada saat ini dengan membuat motif/hiasan yang lebih indah. Permasalahannya kurang ada nya pelatihan pembuatan tudung saji dan pembuatan motif/hiasan terbaru. Tujuannya selain untuk mengembangkan juga bisa menaikkan ekonomi masyarakat setempat. Metode yang digunakan membentuk tim kerja, memebuat jadwal dan melaksanakan kegiatan. Hasil akhirnya bahwa pembuatan tudung saji sangat diminati oleh ibu-ibu dan remaja putri yang ingin mengembangkan tudung saji.
TIPOLOGI GEOMETRI BANGUNAN MEUNASAH DI KECAMATAN INDRAJAYA KABUPATEN PIDIE, ACEH Soraya Masthura Hassan; Fahmi Fefriandi; Cut Azmah Fithri; Sisca Olivia
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i3.746

Abstract

Abstract: The function of the meunasah in the social system of the Acehnese people is a place of worship, a center for religious and cultural education and is also a place to discuss social problems that occur in community life in the village. The search for characters is important to find typology of meuansah, so that the relationship between geometric typology and shape has a broad interpretation. The search for shape characters to find typology of meunasah in Indrajaya District, Pidie Regency, Aceh was carried out in 5 stages, (1) determine the location of the meunasah building sample points in 52 villages in Indrajaya District, (2) literature review, (3) collecting data on the object of research by measuring the meunasah building, (4) redrawing the meunasah measurements that have been carried out at the data collection stage using digital applications to produce data, namely the meunasah floor plans and facades in each village and the last stage is (5) analysis of determining the type with a geometric approach with architectural elements of the meunasah building facades, namely doors, columns, windows, walls, roofs, floors and terrace fences. The findings consist of 16 types of meunasah typology with similarity criteria of typology variable forms.Abstrak: Keberadaan bangunan meunasah dalam sistem sosial masyarakat Aceh berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat Pendidikan kegamaan dan kebudayaan dan juga merupakan tempat untuk mendiskusikan berbagai permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di gampong tersebut. Pencarian terhadap karakter menjadi penting untuk menemukan tipologi dari meunasah, sehingga katerkaitan tipologi geometri dengan bentuk memiliki intepretasi yang luas. Pencarian karakter bentuk untuk mememukan tipologi dari meunasah di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie, Aceh dilakukan melalui 5 tahap yaitu (1) menentukan lokasi titik sampel bangunan meunasah di 52 gampong di Kecamatan Indrajaya, (2) penguatan referensi, (3) pengumpulan data objek penelitian dengan cara pengukuran bangunan meunasah, (4) menggambar ulang pengukuran meunasah yang telah dilakukan pada tahap pengumpulan data menggunakan aplikasi digital untuk menghasilkan data yaitu gambar denah dan tampak meunasah di setiap gampong dan tahap yang terakhir adalah (5) analisis menentukan tipe dengan pendekatan geometri dengan variabel elemen arsitektural dari fasad bangunan meunasah antara lain pintu, kolom, jendela, dinding, atap, lantai dan pagar teras. Penemuan berupa 16 tipe dari tipologi meunasah dengan kriteria kesamaan dan kemiripan dari bentuk variabel tipologi. 
The Study of Phisical Changes in Bireuen Pendopo (Case Study: Pre-Independence, Independence And After Area Expansion) Cut Azmah Fithri; Mohammad S Arar; Shofia Farhan; Yenny Novianti
International Journal of Engineering, Science and Information Technology Vol 2, No 4 (2022)
Publisher : Master Program of Information Technology, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52088/ijesty.v2i4.294

Abstract

Bireuen Regency is an area that has historical buildings from the Dutch colonial era, one of which is the Bireuen Pendopo. It is a cultural heritage building that is more than 70 years old based on the photo archive of Ir. Sukarno with the Bireuen fighter in 1948 and was certified as "The President Sukarno Heritage List". The building has undergone changes, seen from the period of pre-independence (1934–1944), the period of independence (1945–1999), and the period after the area expansion (1999–2021). Pendopo is a cultural heritage building. A study of its physical changes is urgently needed so that the original shape does not change and the material is not entirely replaced. The purpose of this study is to identify the physical changes in the Bireun Pendopo building. The research method used is descriptive qualitative. The physical elements are categorized into minor transformation, major transformation, and full transformation. The study's results found that the Bireun Pendopo building in the pre-independence period (1934-1944) did not have any changes in its physical form. While during the independence period (1945-1998), it underwent a minor physical transformation. In the period after the expansion of Bireun Regency (1999-2020), it underwent a minor physical transformation, a major transformation, and a full transformation. The results of the study that identified the physical changes of the Bireun Pendopo based on three periods showed that most of the changes were carried out in the post-expansion period with major and full transformation categories.
TIPOLOGI GEOMETRI BANGUNAN MEUNASAH DI KECAMATAN INDRAJAYA KABUPATEN PIDIE, ACEH Soraya Masthura Hassan; Fahmi Fefriandi; Cut Azmah Fithri; Sisca Olivia
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i3.746

Abstract

Abstract: The function of the meunasah in the social system of the Acehnese people is a place of worship, a center for religious and cultural education and is also a place to discuss social problems that occur in community life in the village. The search for characters is important to find typology of meuansah, so that the relationship between geometric typology and shape has a broad interpretation. The search for shape characters to find typology of meunasah in Indrajaya District, Pidie Regency, Aceh was carried out in 5 stages, (1) determine the location of the meunasah building sample points in 52 villages in Indrajaya District, (2) literature review, (3) collecting data on the object of research by measuring the meunasah building, (4) redrawing the meunasah measurements that have been carried out at the data collection stage using digital applications to produce data, namely the meunasah floor plans and facades in each village and the last stage is (5) analysis of determining the type with a geometric approach with architectural elements of the meunasah building facades, namely doors, columns, windows, walls, roofs, floors and terrace fences. The findings consist of 16 types of meunasah typology with similarity criteria of typology variable forms.Abstrak: Keberadaan bangunan meunasah dalam sistem sosial masyarakat Aceh berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat Pendidikan kegamaan dan kebudayaan dan juga merupakan tempat untuk mendiskusikan berbagai permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di gampong tersebut. Pencarian terhadap karakter menjadi penting untuk menemukan tipologi dari meunasah, sehingga katerkaitan tipologi geometri dengan bentuk memiliki intepretasi yang luas. Pencarian karakter bentuk untuk mememukan tipologi dari meunasah di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie, Aceh dilakukan melalui 5 tahap yaitu (1) menentukan lokasi titik sampel bangunan meunasah di 52 gampong di Kecamatan Indrajaya, (2) penguatan referensi, (3) pengumpulan data objek penelitian dengan cara pengukuran bangunan meunasah, (4) menggambar ulang pengukuran meunasah yang telah dilakukan pada tahap pengumpulan data menggunakan aplikasi digital untuk menghasilkan data yaitu gambar denah dan tampak meunasah di setiap gampong dan tahap yang terakhir adalah (5) analisis menentukan tipe dengan pendekatan geometri dengan variabel elemen arsitektural dari fasad bangunan meunasah antara lain pintu, kolom, jendela, dinding, atap, lantai dan pagar teras. Penemuan berupa 16 tipe dari tipologi meunasah dengan kriteria kesamaan dan kemiripan dari bentuk variabel tipologi. 
TRANSFORMASI ARSITEKTUR HUNIAN PASCA BENCANA PADA KAWASAN PESISIR GAMPONG KUALA CANGKOI KABUPATEN ACEH UTARA Cut Azmah Fithri; Soraya Masthura Hassan; Nasruddin Nasruddin
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2023.v12i2.009

Abstract

Hunian pasca bencana yang telah di bangun pada kawasan yang terdampak bencana tidak sesuai dengan kebutuhan penghuni. Ruang yang tersedia tidak dapat menampung semua aktivitas. Akibatnya penghuni melakukan penambahan ruang dan massa bangunan di samping dan belakang hunian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi perubahan hunian pasca bencana dengan menggunakan empat indikator yaitu: kebutuhan identitas diri, penambahan jumlah keluarga,gaya hidup dan penggunaan teknologi. Metode yangdigunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi.Hasil yang dari temuan penelitian bahwa perubahan hunian disebabkan penambahan jumlah anggota keluarga dan kebutuhan penggunaan alat-alat rumah tangga, sandang dan kendaraan sedangkan gaya hidup dan penggunaan teknologi tidak menjadi hal yang dapat mempengaruhi perubahan hunian.
PERUBAHAN RUANG AKIBAT PANDEMI COVID-19 PADA BANGUNAN STASIUN KERETA API MEDAN Khusna Yuliantika AB; Cut Azmah Fithri; Eri Saputra; Erna Muliana
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2023.v12i3.009

Abstract

Indonesia digemparkan dengan munculnya fenomena di tahun 2020 yaitu virus corona atau covid-19 yang mengakibatkan banyak terjadinya perubahan pada kehidupan masyarakat. Salah satu dampak dari covid-19 terjadi pada moda transportasi seperti stasiun kereta api di Kota Medan. Bangunan Stasiun Kereta Api Medan telah mengalami perubahan pada ruang di era pandemi covid-19 yang terjadi karena tuntutan kebutuhan. Penelitian ini berfokus pada perubahan ruang yang terjadi akibat dari dampak fenomena covid-19. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori dari Habraken (1982). Pengumpulan data Yang digunkan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi langsung pada bangunan Stasiun Kereta Api Medan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan ruang pada saat covid-19 seperti penambahan ruang isolasi dan perubahan alur pembelian tiket dan ruang tunggu.
PROJECT MANAGEMENT INTRODUCTION FOR VILLAGE APPARATUS IN LANCANG GARAM VILLAGE, LHOKSEUMAWE Cut Azmah Fithri; Soraya Masthura Hassan; Nasruddin Nasruddin; Eri Saputra
ABDIMU: Jurnal Pengabdian Muhammadiyah Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No 1, Juni 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/abdimu.v2i1.1182

Abstract

Non-governmental activities that carried out directly by the community are prone to have inappropriate management with the implementation both at the time of planning, field work and reporting. In the implementation of non-governmental activities, many problems arise related to governance in the filed and it is uncommon to have deal with laws to governance that in accordance with procedures. One of the efforts to avoid the inappropriate planning as well as managing activities is requiring the project management which includes planning, scheduling, and controlling. The expected outcome of this activity is the community and village officials can understand the objectives of the project management and direct implementation in managing the village activities. This activity was carried out in three steps, namely introduction to project management, introduction to work drawing/technical drawing and introduction to the budget calculation/RAB with participants which were village officials and the community of Gampong Lancang Garam, Banda Sakti, Lhokseumawe. Keywords: Project management, planning, controlling and supervision