Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

OPTIMASI JUMLAH RUMPON, UNIT ARMADA DAN MUSIM PENANGKAPAN PERIKANAN TUNA DI PERAIRAN PRIGI, JAWA TIMUR Erfind Nurdin; Am Azbas Taurusman; Roza Yusfiandayani
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.025 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.1.2012.53-60

Abstract

Sebagai alat bantu penangkapan ikan, rumpon berfungsi untuk menarik kelompok ikan agar berkumpul di sekitarnya. Dalam jangka pendek rumpon dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan, efisiensi dan efektivitas operasi penangkapan ikan. Namun rumpon juga dapat berdampak negatif terhadap keberlajutan stok sumberdaya. Penelitian ini dilakukan di PPN Prigi, Jawa Timur, dengan tujuan untuk mengkaji status pemanfaatan perikanan tuna, optimasi jumlah unit armada dan rumpon serta musim penangkapan ikan.  Beberapa analisis yang digunakan antara lain linear goal programming (LGP), fishing power indeks (FPI), catch per unit of effort (CPUE), maximum sustainable yield (MSY), dan untuk mengetahui pola musim tangkap menggunakan Metode Persentase Rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan terdapat indikasi pemanfaatan perikanan tuna yang berlebih pada tingkat pengupayaan yang melampaui batas maksimum (MSY = 2334,9 ton/tahun).  Jumlah optimum untuk armada jaring insang sebanyak 43 unit, pancing tonda 63 unit dan rumpon 33 unit pada luasan area penelitian 8.940 km². Musim tangkap berlangsung pada Bulan Juni sampai Desember dengan puncak musim di bulan Juli.  Fish Aggregating Device (FADs) has a function to attract and aggregate fish schooling. In short term, the advantage of FADs used is to increase the efficiency and effectiveness of fishing operations and the fish caught by the fishers; however FADs might also result a negative impact on the sustainability of fish stock.This study was conducted in fishing area of Prigi National Fishing Port, East Java. The objective of this study is to investigate the tuna fisheries status, optimization number of fishing units and number of FADs. Some analysis methods applied in this study were linear goal programming (LGP), fishing power index (FPI), catch per unit of effort (CPUE), maximum sustainable yield (MSY), and analysis of fishing season using the Average Percentage Methods. The results showed that the tuna fisheries in Prigi have indicated over-exploitation (MSY = 2334,9 tons/year). The optimum allocation of gillnets is 43 units, troll  63 units and FADs 33 units operated in the fishing ground area of 8,940 km². The fishing season occurred during June to December with the peak season in July.
MUSIM PENANGKAPAN DAN STRUKTUR UKURAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) DI SEKITAR RUMPON DI PERAIRAN PALABUHANRATU Erfind Nurdin; Anthony Sisco Panggabean
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.299 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.4.2017.299-308

Abstract

Sebagai alat bantu penangkapan ikan, penggunaan rumpon sekarang ini semakin meningkat dan tidak terkendali. Ketidak pastian waktu penangkapan membuat operasi penangkapan tidak efisien dengan biaya yang tinggi. Informasi musim penangkapan ikan dapat membantu untuk melakukan penangkapan ikan secara terencana dan efisien. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis musim penangkapan ikan cakalang di perairan Palabuhanratu sehingga pemanfaatan ikan cakalang dapat dilakukan lebih efektif berdasarkan musim penangkapan dan ukuran panjang ikan yang tertangkap. Pengumpulan data ukuran panjang dan bobot cakalang dilakukan terhadap 2.580 individu. Analisa musim penangkapan dilakukan dengan metode persentase rata-rata, pola pertumbuhan berdasarkan hubungan panjang dengan berat, kapasitas fisik ikan dengan faktor kondisi (Kf). Hasil penelitian menunjukkan musim penangkapan berlangsung September sampai dengan Desember, struktur ukuran panjang antara 24 sampa dengan 60 cmFL dengan ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc) sebesar 40 cmFL. Hubungan panjang dengan berat bersifat allometrik positif dan nilai rata-rata faktor kondisi (KF) sebesar 1,7. As a fishing tool, the use of FADs is now increasing and uncontrollable. Uncertainty of fishing season makes fishing operations inefficient at high cost. Season fishing information can help to catch a fish in a planned and efficient manner. The purpose of this research is to analyze the skipjack fishing season in Palabuhanratu waters so that the utilization of skipjack can be done more effectively based on the catching season with the length of fish caught. The purpose of this study is to analyze the skipjack fishing season in Palabuhanratu waters so that the utilization of skipjack fish can be done more effectively based on the catching season and the length of the fish caught. Length and width of skipjack data collection were conducted on 2,580 individuals.The analysis of the fishing season was performed by means of average percentage method, growth pattern based on length and weidth relationship, physical capacity of fish with condition factor (Kf). The results showed that the fishing season begin from September until to December, the size structure of the length between 24 until 60 cmFL with the size of length first capture  (Lc) is 40 cmFL..The long relationship with the weight is allometrically positive and the value of mean condition (KF) is 1.7.
PRODUKTIVITAS DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) PADA PERIKANAN SKALA KECIL DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT Erfind Nurdin; Muhamad Fedi Alfiadi Sondita; Roza Yusfiandayani; Mulyono Baskoro
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 3 (2015): (September 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.329 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.3.2015.147-154

Abstract

Pemanfaatan sumber daya perikanan tuna skala kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu menggunakan armada pancing tonda (troll liners) dengan mengoperasikan lima macam jenis pancing. Penelitian perikanan tuna skala kecil dilakukan di PPN Pelabuhanratu pada April – Juli 2015, dengan tujuan untuk menganalisa produktivitas (laju tangkap), faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan dan musim penangkapan madidihang (yellowfin tuna). Laju tangkap (hasil tangkapan per trip) digunakan sebagai indikator produktivitas, moving average persentage digunakan untuk mengetahui pola musim penangkapan, dan fungsi produksi (Cobb Douglas) untuk mengidentifikasi faktor-faktor teknis yang mempengaruhi hasil tangkapan tuna pada perikanan pancing tonda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madidihang merupakan hasil tangkapan paling dominan armada pancing tonda dengan laju tangkap sebanyak 339,93 kg/trip dengan musim penangkapan terjadi pada Mei hingga Oktober. Analisa Cobb Douglas menunjukkan secara simultan 84% hasil produksi (dependent variable) yang diperoleh, dipengaruhi secara bersama oleh variabel independen yang digunakan (BBM, kekuatan mesin, GT dan jumlah ABK).The utilization of tuna resources on small scale (artisanal) fishery in Palabuhanratu is using trolling fishing fleets (trolling liners) characterized by five types of fishing lines during their operation. Research on small scale tuna fishery was conducted at Pelabuhanratu fishing port on April to July 2015 with the aims to analyze the productivity (catch rate), variable effects on the catch and fishing season for yellowfin tuna. The catch rate (the catch per trip) is used as productivity indicator, while the moving average percentage is used to determine the pattern of fishing season, and Cobb Douglas production function to identify the technical factors that influence to the catch of yellowfin tuna. Analysis result showed that the catch rate of yellowfin tuna by trolling liners is about 339.93kg/ trip and the fishing season occured during May to October. Cobb Douglas analysis showed simultaneously 84% of obtained catch production (dependent variable) affected by the four independent variables (fuel consumption, power engine, gross tonnage and number of crew).
EFISIENSI PENANGKAPAN PUKAT CINCIN DI BEBERAPA DAERAH PENANGKAPAN WATAMPONE Hufiadi Hufiadi; Erfind Nurdin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.627 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.1.2013.39-45

Abstract

Kajian pengelolaan perikanan berbasis kapasitas penangkapan merupakan alternatif pendekatan guna mengendalikan faktor-faktor input yang tidak efisien yang digunakan dalam usaha penangkapan. Efisiensi input sangat berhubungan erat dengan konsep kapasitas penangkapan. Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas alat tangkap pukat cincin di Watampone. Tingkat pemanfaatan kapasitas dari alat tangkap pukat cincin yang dikaji berdasarkan pada daerah penangkapan dan dianalisis melalui pendekatan matematika dengan data envelopment analysis (DEA). Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas perikanan pukat cincin di Watampone sebagian besar telah memanfaatkan kapasitas penangkapan secara optimal. Peningkatan efisiensi pukat cincin dapat ditempuh dengan mengurangi input (effort) yang tidak efisien atau meningkatkan output tangkapan yang dominan yaitu hasil tangkapan layang dan cakalang.  Fisheries management based on fishing capacity is an alternative approach to control inefficient input factors used in fishing business. Input efficiency is closely related to the concept of fishing capacity. The objective of this study is to measure the level of technical efficiency and utilization capacity of purse seines in Watampone. Utilization capacity level of purse seines were examined based on fishing grounds and the fishing efficiency measurement was mathematical approach by using data envelopment analysis (DEA). Results showed that generally fishing capacity of purse seines in Watampone was optimum. Increasing the efficiency of purse seine can be done by reducing the input (effort) of inefficiency or increasing dominated catch output for scad mackarel (Decapterus sp) and skipjack (Katsuwonus pelamis) catches.
PARAMETER POPULASI UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN SAMPIT DAN SEKITARNYA, KALIMANTAN TENGAH Erfind Nurdin; Duranta D Kembaren
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.908 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.2.2015.103-109

Abstract

Udang putih (Penaeus merguiensis)merupakan salah satu sumberdaya ekonomis penting di perairan Sampit. Pada saat ini alat tangkap yang efisien untukmenangkap udang adalah lampara dasar (danishseine) dan jaring tiga lapis (trammel net). Penelitian tentang tingkat pengusahaan udang putih telah dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Nopember 2012. Penilaian estimasi parameter populasi udang putih menggunakan paket program “FAO – ICLARM Stock Assessment Tools” atau FISAT - II. Hasil analisis diperoleh nilai laju pertumbuhan (K) sebesar 1,45 per tahun dengan panjang karapas asimtotik (CL”) 57,8 mm. Laju kematian total (Z) sebesar 5,70 per tahun, laju kematian alamiah (M) sebesar 1,93 per tahun dan laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 3,77 per tahun. Tingkat pengusahaan udang putih di perairan Sampit telah mengalami lebih tangkap (over exploited) dengan nilai E sebesar 0,66. Udang putih sudah tertangkap terlebih dahulu sebelum mencapai ukuran pertama kali matang gonad (Lc=30,05 < Lm=39,4 mmCL). Kondisi ini mengindikasikan perlunya dilakukan pengelolaan yang hati-hati dan bertanggungjawab. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah denganmenerapkan sistem penutupan musim tangkapan, khususnya pada bulan Maret dan September, karena pada saat tersebut terjadi puncak pemijahan.White shrimp (Penaeus merguiensis) is one of the most valuable resources in the Sampit waters. At present danish seine and trammel net is an efficient gear available to catch shrimp. A study of exploitation of white shrimp was carried out from January to November 2012. Estimation of population parameter of white shrimp were analyzed by using program “FAO – ICLARM Stock Assessment Tools (FiSAT-II). The result showed that the value of growth rate (K) was 1.45/year with asymptotic carapace length (CL”) was 57.8 mm. Total mortality rate (Z) was 5.70/year, natural mortality rate (M) was 1.93/year and fishing mortality rate (F) was 3.77/year. Exploitation rate of white shrimp indicated overexploited (E=0.66). Moreover, these shrimp was fished before reaching the first size on maturity (Lc=30.05 < Lm=39.4 CLmm). This condition indicate that it is necessary to manage shrimp fisheries carefully and responsibly. It is recommended to apply a closed season system, especially on March and September when peak of spawning season occurred.
DISTRIBUSI UKURAN DAN PARAMETER POPULASI LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI PERAIRAN ACEH BARAT Duranta D Kembaren; Erfind Nurdin
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.615 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.121-128

Abstract

Penelitian tentang distribusi ukuran dan parameter populasi lobster pasir di perairan Aceh Barat dilakukan pada bulanApril sampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untukmengkaji status lobster di perairan Aceh Barat dilihat dari aspek distribusi ukuran dan parameter populasinya. Pengamatan dan pengukuran lobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak. Sebaran frekuensi panjang karapas selanjutnya ditabulasikan dan dianalisa dengan metode kurva logistik. Struktur ukuran lobster yang tertangkap menunjukkan bahwa lobster jantan dominan tertangkap dibawah ukuran nilai tengah 72,5 mm dan sebaliknya diatas ukuran nilai tengah 72,5 mm yang didominasi jenis kelamin betina. Lobster terlebih dahulu tertangkap sebelum mencapai ukuran matang gonad (Lc = 65,8mm< Lm= 76,8 mm). Puncak musim pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Agustus. Panjang asimtosis (CL∞ ) sebesar 119,5 mm dengan laju pertumbuhan (K) 0,39/tahun serta laju kematian total (Z) 1,44/tahun, laju kematian alamiah (M) 0,67/tahun dan laju keamatian akibat penangkapan (F) 0,77/tahun. Laju eksploitasi sudah mengarah kepada penangkapan yang berlebih (E=0,54), oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengelolaan perikanan lobster yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat di tempuh adalah dengan menerapkan sistem penutupan musim penangkapan lobster pada saat terjadinya puncak musim pemijahan.Research on the length distribution and population parameters of scalloped spiny lobster conducted in the Aceh Barat waters during April to November 2013. The aim of this study was to assess lobster fishery status in this waters from the point of view their length size and population parameters. Sampel collected randomly in the lobster landing site. Distribution of carapace length frequency was tabulated and analysed using logistic curve method. Length composition of male lobster was dominated under 72,5 mm midlenght, while female lobster was dominated above 72,5 mm midlength. This study found that the scalloped spiny lobster was caught before their reach the size of maturity (Lc = 65,8 mm < Lm = 76,8 mm). The peak season of spawning was indicated on May and August. Asimtotic length (CL∞) of scalloped spiny lobster was 119,5 mm with the growth rate (K) 0,39/year, total mortality (Z) 1,44/year, natural mortality (M) 0,67/year, and fishing mortality (F) 0,77/year. Exploitation rate was leading to the overfishing condition (E=0,54). Thus, it is needed to manage the lobster fishery in this area to gain the sustainability. We suggest that closing system season should be applied, especially in the peak spawning season.