Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

DINAMIKA POPULASI DAN ESTIMASI RASIO POTENSI PEMIJAHAN UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis deMan, 1907) DI PERAIRAN TELUK CENDERAWASIH DAN SEKITARNYA, PAPUA Duranta Diandria Kembaren; Tri Ernawati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 3 (2015): (September 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1736.615 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.3.2015.201-210

Abstract

Aktivitas penangkapan udang yang dilakukan secara terus menerus dapat mengancam kelestarian stok sumberdaya. Penelitian dinamika populasi dan rasio potensi pemijahan udang jerbung di perairan Teluk Cenderawasih dan sekitarnya dilakukan untuk mengevaluasi status stok sumberdaya udang. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan pada periode Januari sampai November 2013 di Nabire, Papua. Analisa parameter pertumbuhan dan laju pengusahaan dilakukan dengan menggunakan program FiSAT sedangkan analisa rasio potensi pemijahan didasarkan pada SPR@Size Assessment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang jerbung di perairan Teluk Cenderawasih memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Laju pertumbuhan udang jerbung di Teluk Cenderawasih cenderung lebih kecil dibandingkan perairan lainnya. Laju pengusahaan dan rasio potensi pemijahan udang jerbung menunjukkan status lebih tangkap (E> 0,5 dan SPR < 10%) dan kondisi ini mengancam kelestarian sumberdaya udang. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah pengelolaan dengan melakukan pengurangan upaya penangkapan sebanyak 20% dari kondisi saat ini.Continuous fishing activity threatens the sustainability of stocks of prawn resources. The research of population dynamics and spawning potential ratio of banana prawn in the Cenderawasih Bay and adjacent waters has a purpose to evaluate the status of the prawn stock. This research was conducted based on the biological data collected during the period of January to November 2013 from the fisherman prawn catch. The aim of this research is to identify the population parameters and to assess the banana prawn stock status. Growth parameters and exploitation rate were analyzed using FiSAT software, while spawning potential ratio was analyzed using SPR@Size Assessment. The result showed that growth rate of banana prawn in the Cenderawasih Bay waters was high. Growth rate of banana prawn in this study was lower than other waters. Exploitation rate and spawning potential ratio of the banana prawn indicate an overexploited condition (E > 0,5; SPR < 10%). Thus, management of the fishery needed by reducing the catch efforts about 20% from the existing condition.
STRUKTUR UKURAN DAN BIOLOGI POPULASI RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU Duranta Diandria Kembaren; Adi Surahman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.175 KB) | DOI: 10.15578/jppi.1.1.2018.51-60

Abstract

Penelitian struktur ukuran dan biologi populasi rajungan di perairan Kepulauan Aru telah dilakukan pada Januari-April, Juni dan Agustus-November 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur ukuran dan biologi populasi yang meliputi pertumbuhan, laju kematian, dan tingkat eksploitasi rajungan. Pemahaman struktur ukuran dan biologi populasi dapat dijadikan dasar masukan untuk pengelolaan perikanan. Rata-rata ukuran lebar karapas rajungan yang tertangkap sebesar 136 mm untuk jantan dan 141 mm untuk betina. Rajungan yang tertangkap pada Januari dan Juni memiliki rata-rata ukuran yang lebih besar. Rata-rata rajungan yang tertangkap sudah melawati ukuran matang gonad (Lc = 133,4 mm > Lm = 119,9 mm). Puncak musim pemijahan terjadi pada Februari-Maret dan Agustus-September. Lebar karapas asimtosis (CW) sebesar 185 mm dengan laju pertumbuhan (K) 1,15 tahun-1 serta laju kematian total (Z) 4,94 tahun-1, laju kematian alamiah (M) 1,20 tahun-1 serta laju kematian akibat penangkapan (F) 3,74 tahun-1. Laju eksploitasi sudah berada pada kondisi lebih tangkap (E=0,76). Hasil kajian menyarankan bahwa pengelolaan perikanan rajungan perlu dilakukan secara hati-hati agar sumberdaya ini dapat lestari. Salah satu upaya yang dapat di tempuh adalah dengan menerapkan sistem penutupan musim penangkapan rajungan pada saat terjadinya puncak musim pemijahan yaitu pada Februari-Maret dan Agustus-September. Dengan demikian diharapkan proses regenerasi dan rekrutmen rajungan selalu dapat mendukung ketersedian stok sumberdaya rajungan di perairan Kepulauan Aru ini. Study on the size structure and population biology of blue swimming crab in the waters of Kepualuan Aru was conducted in January to April, June and August to November 2016. The aim of this study was to identify the size structure and population biology i.e. growth, mortality, and exploitation rate of blue swimming crab. Understanding on the size structure and population biology can be used as basic information for managing blue swimming crab fisheries.  Average size of carapace width of blue swimming crab was 136 mm for male and 141 mm for female. Catch on January and June  was bigger size than others months. Length at first capture was higher than length at maturity (Lc = 133,4 mm > Lm = 119,9 mm). Spawning peak season occurs in  February-March and August-September. Asymptotic carapace width (CW) of blue swimming crab was 185 mm with the growth rate (K) was 1,20 year-1, total mortality (Z) was 4,94 year-1, natural mortality (M) was 1,20 year-1, and fishing mortality (F) was 3,74 year-1. Exploitation rate was exceed the sustainability limit (E = 0,76). Thus, it is needed to manage the blue swimming crab fishery with precautionary approach. Based on this study, we suggest to apply the fishing closure system at the peak of spawning season. Thus, the regeneration process and recruitment will support the availability of blue swimming crabs resource in Kepualuan Aru waters.
EVALUASI STOK KEPITING BAKAU Scylla serrata (Forskal, 1775) DI PERAIRAN PATI DAN SEKITARNYA SERTA OPSI PENGELOLAANNYA Tri Ernawati; Duranta Diandria Kembaren; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.945 KB) | DOI: 10.15578/jppi.22.2.2016.95-104

Abstract

Eksploitasi kepiting bakau secara berlebihan berdampak pada penurunan populasi kepiting bakau sehingga keberlanjutan stok akan terancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status stok kepiting bakau di perairan Pati serta kemungkinan pengelolaannya. Penelitian dilakukan pada April-Desember 2015. Data-data parameter pertumbuhan, rata-rata matang gonad, rata-rata pertama kali tertangkap dan lain-lain sebagai bahan input untuk analisa SPR dan Y/R telah diperoleh pada hasil penelitian sebelumnya. Analisa data dilakukan dengan SPR (Spawning Potential Ratio), Y/R (Yield per Recruit) dan B/R (Biomass per Recruit). Hasil analisa diperoleh SPR sebesar 7%, Y/R sebesar 55,03 gram per recruit (g/r) dan tersisa biomasa per recruit (B/R) sebesar 7,9% dari biomassa virgin. Pada F0.1 dengan nilai F sebesar 1,56 diperoleh Y/R sebesar 49 (g/r) dan tersisa B/R sebesar 15% dari biomassa virgin. Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa status stok kepiting bakau di perairan sekitar Pati telah mengalami lebih tangkap. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya yang tepat dan rasional dalam pengelolaan, diantaranya dengan penutupan area penangkapan di nursery ground agar kepiting-kepiting muda memiliki peluang untuk tumbuh dewasa, pengurangan upaya penangkapan sebesar 30 – 43% dari upaya yang ada dan penentuan ukuran minimal yang tertangkap pada lebar karapas sebesar 12 cm.
ANALISIS HASIL PER PENAMBAHAN BARU PERIKANAN LOBSTER PASIR Panulirus homarus (Linnaeus, 1758) DI PERAIRAN ACEH BARAT Duranta Diandria Kembaren; Tri Ernawati; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.306 KB) | DOI: 10.15578/jppi.22.2.2016.61-70

Abstract

Lobster merupakan komoditas ekonomis penting yang tingkat pemanfaatannya sangat intensif sehingga harus dikelola secara berkelanjutan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hasil per penambahan baru, biomassa per penambahan baru serta menghitung ukuran dan upaya penangkapan lobster yang dapat memberikan hasil per penambahan baru yang optimal. Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian lobster pasir di perairan Aceh Barat yang dilakukan pada tahun 2013. Nilai-nilai biologi populasi dari hasil penelitian tersebut digunakan sebagai data dasar dalam tulisan ini. Analisa model per penambahan baru dilakukan berdasarkan metode Boverton & Holt yang dimodifikasi sesuai saran Pauly sehubungan dengan pertumbuhan lobster yang bersifat allometrik. Hasil analisa menunjukkan bahwa hasil per penambahan baru lobster pasir meningkat seiring meningkatnya upaya sampai mencapai titik maksimum yaitu 90,5 g dan kemudian menurun secara gradual. Pada saat upaya penangkapan tinggi (> 1 tahun-1) dan ukuran tertangkap kecil (Lc < 70 mm), maka hasil per penambahan baru lobster pasir lebih cepat turun dibandingkan dengan pada saat upaya penangkapan rendah dan ukuran tertangkap besar (Lc > 70 mm). Biomassa per rekrut menurun secara signifikan seiring dengan bertambahnya jumlah upaya penangkapan dan kecilnya ukuran lobster yang tertangkap. Biomassa lobster pada saat ini berada pada kondisi 33,2% dari biomassa awal. Jumlah upaya pada saat ini lebih rendah dibandingkan jumlah upaya berdasarkan titik acauan F0.1 (Fcur = 0,77; F0.1 = 0,85). Rata-rata ukuran tertangkap yang memberikan hasil per rekrut tertinggi diperoleh pada ukuran panjang karapas 72 mm. Oleh karena itu, disarankan agar ukuran minimum panjang karapas lobster pasir yang boleh ditangkap di perairan Aceh Barat ini sebesar 72 mm. Untuk tujuan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan disarankan untuk melakukan pemantauan ukuran panjang lobster yang tertangkap secara terus menerus agar biomassa lobster tidak menurun dari kondisi saat ini. 
KELIMPAHAN DAN SEBARAN LARVA UDANG PENAEID DI PERAIRAN PEMANGKAT DAN SEKITARNYA Duranta Diandria Kembaren; Bambang Sumiono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.487 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.2.2012.117-124

Abstract

Penelitian tentang kelimpahan dan sebaran larva udang penaeid di perairan Pemangkat, Kalimantan Barat telah dilakukan pada bulan Mei, Juni, Agustus, Oktober dan Desember 2010. Larva udang ditangkap dengan menggunakan bongo net (larvae net). Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh bahwa larva udang penaeid yang terdapat di perairan ini adalah genera Penaeus dan Metapenaeus dengan komposisi masing-masing secara berurutan sebesar 42% dan 58%. Kelimpahan larva udang penaeid ini dominan diperoleh pada bulan Oktober dan mencapai puncaknya pada bulan Desember, sehingga diduga puncak pemijahan udang penaeid di perairan ini terjadi pada bulan Nopember. Hasil sebaran larva udang penaeid menunjukkan bahwa kelimpahan larva udang penaeid paling dominan diperoleh di bagian utara muara sungai Sambas yang merupakan wilayah perairan Jawai. Berdasarkan hasil analisa statistik, diperoleh bahwa kelimpahan larva udang penaeid berkorelasi positif dengan kelimpahan fitoplankton, kecerahan, salinitas, dan pH, sedangkan dengan suhu dan oksigen terlarut berkorelasi negatif.A study on the distribution and abundance of penaeid larvae in Pemangkat waters, West Borneo was conducted on May, June, August, October, and December 2010. Larvae net (bongo net) was used to collect the larvae. The result showed that the larvae was dominated by genera Penaeus and Metapenaeus, which the percentage of 42% and 58%, respectively. Penaeid larvae was in higher abundant in October and then reached its peak in December. Based on this result, the spawning peak season of Penaeid shrimps in Pemangkat waters was estimated in November. The distribution of Penaeid larvae was most abundant in the north side of the mouth of Sambas’s river (Jawai waters). The statistical analysis showed that the Penaeid larvae abundance has positive correlation to the phytoplankton abundance, light intensity, salinity, and pH, and has the negative correlation.to the temperature and dissolved oxygen.
BIOLOGI DAN PARAMETER POPULASI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN BONE DAN SEKITARNYA Duranta Diandria Kembaren; Tri Ernawati; Suprapto Suprapto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.804 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.273-281

Abstract

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditas perikanan dengan nilai jual cukup tinggi, baik sebagai komoditas lokal maupun komoditas ekspor. Sampai saat ini, pengkajian parameter populasi sumber daya rajungan belum banyak dilakukan. Biologi dan parameter populasi rajungan perlu diketahui agar pengelolaannya dapat dilakukan secara rasional sehingga potensi lestarinya dapat tetap terjaga. Penelitian biologi dan parameter populasi rajungan dilakukan di perairan Bone dan sekitarnya berdasarkan data frekuensi lebar karapas yang dikumpulkan sejak Februari sampai Desember 2011. Pendugaan parameter populasi rajungan dianalisis menggunakan alat bantu program FISAT (FAO-Iclarm Stock Assessment Tool) II. Hasil kajian menunjukkan bahwa lebar karapas pertama kali matang gonad rajungan adalah 71,63 mm dengan kisaran lebar karapas antara 69,36 – 73,97 mm. Nisbah kelamin jantan dan betina berada pada keadaan tidak seimbang. Musim pemijahan terjadi sepanjang tahun dan puncaknya terjadi pada bulan Mei dan Desember. Lebar karapas infinitif (CW∞) rajungan jantan dan betina masing-masing sebesar 159 mm dan 154 mm, laju pertumbuhan (K) 1,27/tahun dan 1,08/tahun, laju kematian total (Z) 9,21/tahun dan 6,90/tahun, laju kematian alami (M) 1,33/tahun dan 1,21/tahun, dan laju kematian penangkapan 7,88/tahun dan 5,69/tahun. Laju ekploitasi (E) rajungan jantan dan betina masing-masing sebesar 0,82 dan 0,78, yang menunjukkan tingkat eksploitasi di atas optimum sehingga pengelolaannya perlu dilakukan agar potensi lestarinya tetap terjaga.Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is a local as well as export commodity which has high price. Study on biology and population parameters of blue swimming crab is rare. Therefore, a study in order to maintenance the potential yield of blue swimming crab resource is needed. Study on biology and population parameters of blue swimming crab has been conducted in the Bone and adjacent waters, based on carapace width frequencies data which was collected since February to December 2011. Population paremeters of the blue swimming crab were analysed by using FISAT (FAO-Iclarm Stock Assessment Tool) II. The result showed that carapace width at first maturity (CWm) of the crab was 71,63 mm at the range between 69,36–73,97 mm. The sex ratio of male and female showed an unequal. Spawning season of the crab occurred all year round with a spawning peak in May and December. The male and female carapace width asymtotic (CW∞) was 159 mm and 154 mm, total mortality (Z) 1,27/year and 1,08/year, natural mortality (M) 1,33/year and 1,21/year, fishing mortality (F) 7,88/year and 5,69/year, respectively. Exploitation rate (E) for male and female was 0,82 and 0,78, respectively which indicated the over-exploitation, so that a management of the crabs to maintenance its potential yield shoud be applied.
PARAMETER POPULASI DAN SPAWNING POTENTIAL RATIO (SPR) KEPITING MERAH (Scylla olivacea) DI PERAIRAN ASAHAN DAN SEKITARNYA, SUMATERA UTARA Andina Ramadhani Putri Pane; Duranta Diandria Kembaren; Ilham Marasabessy; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.1.2021.33-43

Abstract

Kepiting bakau merupakan komoditas ekspor yang penangkapannya dilakukan dengan intensif, salah satunya adalah jenis kepiting merah (Scylla olivacea). Pengelolaan dalam pengendalian memerlukan analisa kajian ilmiah tentang ukuran layak tangkap dan spawning potential ratio (SPR) kepiting merah. Kajian ilmiah ini dilakukan terhadap 1.105 ekor kepiting merah di pusat pendaratan kepiting di Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan, Sumatera Utara selama 28 bulan (April-Oktober 2018, Februari- Desember 2019 dan Maret-Desember 2020). Kepiting yang tertangkap memiliki ukuran 65-170 mm dengan 72,2% sudah dewasa dan telah melakukan pemijahan sebelum tertangkap (CWc< CWm). Hasil penelitian diperoleh bahwa kematian akibat penangkapan (F) lebih tinggi dibandingkan kematian alamiah (M), hal ini menunjukkan tingginya tekanan pemanfaatan (E = 0,54%). Nilai spawning potential ratio (SPR) mengalami peningkatan dari tahun 2018 ke tahun 2020 yaitu 11-17% namun masih dibawah nilai minimal 20%, artinya penambahan individu kepiting merah di perairan Asahan setelah ekspolitasi sudah mengalami penurunan sehingga diperlukan upaya dalam pengelolaan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan ukuran mesh size jaring dan bubu serta rehabilitasi hutan mangrove.Mud crabs are export commodities that have been harvested intensively; one of which is the red mud crab (Scylla olivacea). Management in controlling its exploitation requires scientific studies on the analysis of the legal size and the potential spawning ratio (SPR) of the crab. In this scientific study, a total of 1,105 red mud crabs were analyzed at the crab landing center in Silo Baru Village, Silau Laut District, Asahan Regency, North Sumatra for 28 months (April–October 2018, February–December 2019, and March–December 2020). The crabs caught were 65–170 mm in size, where 72.2% of which were already adults and had spawned before being caught (CWc < CWm). The results of this study suggested that the fishing mortality (F) was higher than the natural mortality (M), indicating a high exploitation (E = 0.54%). On the other hand, the potential spawning ratio (SPR) from 2018 to 2020 kept increasing, i.e. 11–17% (below the minimum SPR 20%), indicating that the addition of the individual red mud crabs in Asahan waters after exploitation had decreased. Therefore, several efforts are necessary in its management, among others by increasing the mesh size of the nets and the size of the traps as well as rehabilitating mangrove forests.
Upaya Meminimalkan Dampak Eksploitasi Udang Windu (Penaeus monodon, Fabricus 1798) dengan Penentuan Ukuran Tangkap di Perairan Tarakan, Kalimantan Utara Andri Warsa; Amran Ronny Syam; Duranta Diandria Kembaren
Jurnal Airaha Vol 8 No 02: DEC 2019
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.725 KB) | DOI: 10.15578/ja.v8i02.113

Abstract

The Tiger prawn (Penaeus monodon, Fabricus 1798) was dominantly captured at Tarakan waters, North Borneo. The captured activity in this area was done annually and shown over the exploitation rate. Its need an effort to minimizing exploitation impact for sustainability management. Legal size determination is one effort for resources management. The aim of this paper was to the determination of legal size as an effort for sustainability management of tiger prawn at Tarakan Waters, North Borneo. Population parameters of tiger prawn were used in this paper from the article was published in 2013 and 2018. Tiger Prawn samples collected from fishermen captured was landed at Lingkas Ujung (2012) and Selimit Pantai (2016) landing site, Tarakan, North Borneo. Result of the research shown length at first captured (Lc) of tiger prawn is 33.6 mm and smaller than a length at first mature (Lm) is 40.7 mm. The tiger prawn size (Lc_opt) for exploitation 47-50 mm. it was bigger than Lm and give optimal economic value.