Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

DISTRIBUSI DAN POTENSI SUMBER DAYA IKAN PELAGIS DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 573 (WPP NRI 573) SAMUDERA HINDIA Asep Ma'mun; Asep Priatna; Thomas Hidayat; Nurulludin Nurulludin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.964 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.1.2017.47-56

Abstract

Pengelolaan perikanan tangkap yang lestari membutuhkan informasi potensi dan pola penyebaran sumber daya ikan yang dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan potensi sumber daya ikan pelagis di WPP NRI 573 (perairan Samudera Hindia) dengan metode akustik. Hasil penelitian menunjukan, penyebaran densitas cukup tinggi untuk ikan pelagis ditemukan di perairan selatan Pangandaran hingga wilayah Jogjakarta. Sumber daya ikan pelagis kecil yang terdeteksi didominasi oleh ukuran ikan dengan kisaran panjang antara 25-28 cm dan ikan pelagis besar di dominasi oleh ukuran ikan 28-31 cm. Nilai rata-rata kepadatan stok untuk ikan pelagis kecil 0,041 ton/km2 dan ikan pelagis besar sebesar 0,14 ton/ km2. Potensi lestari ikan pelagis kecil sebesar 292.092 ton/tahun dan ikan pelagis besar sebesar 505.941 ton/tahun. Nilai tersebut dapat dijadikan dasar dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan perikanan pelagis.The sustainable management is needed information on the stock and distribution pattern of fish.This study aims to determine distribution and potential of fish resources especially for pelagic species in FMA 573 (Indian Ocean) by using acoustic method. Result of research indicated that, high density for pelagic fish found in south Pangandaran to Jogjakarta. The results obtained also that, the detected small pelagic fish were dominated by the fish size ranged between 25-28 cm and large pelagic fish was dominated by fish size of 28-31cm.The average of the stock density for small pelagic fish was 0,041 ton/km2 and large pelagic fish of 0.14 ton/km2.The sustainable potential of the small pelagic fish amounted to 292.092 ton/year and the large pelagic fish amounted to 505.941 ton/year. These values can be used as the basic management and utilization of pelagic fisheries in the waters region.
INDEKS KEANEKARAGAMAN HAYATI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA Thomas Hidayat; Nurulludin Nurulludin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6030.678 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.2.2017.123-130

Abstract

Penelitian telah dilakukan di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa pada bulan September-Oktober 2015. Peneletian ini bertujuan mendapatkan informasi indeks keanekaragaman jenis ikan demersal, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan perikanan. Pengumpulan data spesies dilakukan melalui survei pukat dasar (bottom trawl) menggunakan KR. Baruna Jaya IV (1200 GT). Hasil penelitian mendapatkan 70 spesies ikan demersal yang tergolong dalam 36 famili. Spesies yang mendominasi adalah famili Sciaenidae (ikan tigawaja), Trichiuridae (ikan layur) dan Ariidae (manyung), Haemulidae (ikan kaci-kaci) dan Mullidae (kuniran). Tingkat keanekaragaman jenis ikan demersal termasuk dalam kategori “sedang” dengan indeks “Shanon-Wiener” (H’) berkisar 2,5. Indeks kekayaan jenis “Margalef” (R1 ) sebesar 7,9. Penyebaran diantara spesiesnya bersifat sedang, dengan indeks kemerataan jenis “Pielou” (E) rata-rata 0,30 dan tidak banyak jenis yang mendominasi kelimpahannya, dengan nilai indeks dominasi (C) rata-rata sebesar 0,12.  The research was conducted in the Indian Ocean southern part of  Java during September-October 2015. This research aims to examine species diversity indices of demersal fish. Data collection was carried through a survey bottom trawl using KR. Baruna Jaya IV (1200 GT). The results showed that catch consisted of 70 species (36 families). The dominant families were the Sciaenidae, Trichiuridae Ariidae, Haemulidae and Mullidae. The level of species diversity of demersal fish was medium category. The species diversity indices of “Shanon-Wiener” (H ‘),  “Margalef” (R1), Evennes indices of “Pielou” (E1) and dominant indices (C) were 2.5, 7.9, 0.30 and 0.12, respectively. 
PARAMETER POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN PASAMAN BARAT Thomas Hidayat; Helman Nur Yusuf; Nurulludin Nurulludin; Andina Ramadhani Putri Pane
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.021 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.207-213

Abstract

Pemanfaatan sumber daya kepiting bakau (Scylla serrata) di perairan Pasaman Barat sudah lama dilakukan oleh nelayan kecil dengan menggunakan bubu (tangkul) yang bersifat tidak selektif. Sebagai komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia, perlu dilakukan pengelolaan yang tepat agar ketersediaannya tetap berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan bulan Januari - November 2016, dengan tujuan mengkaji beberapa parameter populasi sebagai bahan kebijakan pengelolaan kepiting bakau di perairan Pasaman Barat agar tetap lestari. Pengumpulan sampel dilakukan secara acak dari hasil tangkapan nelayan oleh enumerator. Metode analisis parameter populasi menggunakan distribusi frekwensi lebar karapas dengan bantuan program FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools)-II. Hasil analisis diperoleh laju pertumbuhan (K) sebesar 0,63 pertahun, (CW)= 178,5 mm, kematian alami (M) 1,06 pertahun, kematian karena penangkapan (F)= 1,03 per tahun, dan kematian total (Z)=2,09 pertahun. Tingkat eksploitasi (E) =0,49. Tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Pasaman Barat sudah pada tahapan yang jenuh (fully exploited). Pembatasan alat tangkap merupakan opsi yang paling memungkinkan.Mud crab (Scylla serrata) is one of fisheries commodity that has an important economic value in Indonesia. Utilization of mud crabs in West Pasaman had been exploited for years long time with traps fishing gear. The research was conducted in January - November 2016 in the waters of West Pasaman. Sampling were conducted randomly. This paper aims to determine some population parameters of mud crab to used as a guidance guidance in the management of mud crab. in the waters of West Pasaman. Population parameter data analysis using software FiSAT (FAO-ICLARM Stock assessement Tools) II. The results of population dynamic parameters of mud crab showed that growth rate (K) was 0.63 per year, Length infinity (L) was 178.5 mm, natural mortality (M) was 1.06 per year, fishing mortality (F) was 1.03 per year, and total mortality (Z) 2.09 per year. Exploitation rate (E) was 0.49. The exploitation rate of mud crabs in the waters of West Pasaman were (fully exploited), the fishing need to be managed carefully, limitation of fishing gear is the most likely option to be enforced.
BIOLOGI REPRODUKSI DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus, Linnaeus) DI SEKITAR PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN Prihatiningsih Prihatiningsih; Nurulludin Nurulludin
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1176.136 KB) | DOI: 10.15578/bawal.6.2.2014.103-110

Abstract

Ikan layur tergolong ikan demersal dan permintaannya terus meningkat baik lokal maupun ekspor, menyebabkan produksi ikan layur jugameningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui biologi reproduksi dan kebiasaan makanan ikan layur di perairan Binuangeun-Banten. Pengambilan contoh dilakukan pada Januari – Desember 2013 dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan alat tangkap jaring rampus, pancing rawai dan pancing ulur. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan ikan layur bersifat allometrik positif, rata-rata ukuran pertama kali tertangkap lebih besar dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad sehingga masih dapatmelakukan proses rekruitmen. Pemijahan ikan layur diduga terjadi beberapa kali dalamsetahun. Nilai IKGbetina maupun jantan mengalami peningkatan dari TKG I sampai dengan TKG V yang akan menurun lagi pada TKG spent. Pola pemijahan ikan layur adalah partial spawner dan memiliki potensi reproduksi yang cukup besar dengan fekunditas berkisar 12.928–294.700 butir telur. Kebiasaanmakan ikan layur tergolong karnivora.The ribbonfish classified as demersal fish and the ever increasing demand for both local and export, causing ribbonfish production increase from year to year. This study aims to determine the reproductive biology and food habits of ribbonfish in the Binuangeun waters - Banten. Sample collected in January December 2013, with bottom gillnet, longline and handline . The results showed a pattern of growth the ribbonfish is allometric positive, The average length at first capture was higher than the average length at first maturity so that they can carry out the recruitment process. Ribbonfish spawning is thought to occur several times a year. Value IKG females and males has increased from TKG I to V which will decrease again at TKGspent. Ribbonfish spawning patterns are partial spawner and have the reproductive potential is quite large with fecundity ranging 12.928-29.4700 eggs. Feeding habits of ribbonfish is carnivor.
PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT EKSPOITASI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI LAUT JAWA Nurulludin Nurulludin; Prihatiningsih Prihatiningsih
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.816 KB) | DOI: 10.15578/bawal.6.3.2014.163-168

Abstract

Ikan kuniran (Upeneus sulphureus) merupakan salah satu ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting dalamperikanan di Indonesia. Pada saat ini, pemanfaatan sumberdaya ikan kuniran di Laut Jawa dengan menggunakan cantrang. Dalammenjaga kelestarian sumberdaya ikan kuniran tersebut diperlukan penelitian yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaannya. Penelitian tentang parameter populasi ikan kuniran di Laut Jawa dilaksanakan pada bulan Februari - Desember 2012 melalui pengumpulan data frekuensi panjang secara bulanan di TPI Tegalsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa parameter populasi ikan kuniran di Laut Jawa.Analisis terhadap 6.290 ekor ikan kuniran dengan perangkat lunak FISAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools), diperoleh beberapa parameter populasi sebagai berikut: koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,64 per tahun, panjang asimtotik (L ) sebesar 15,02 cm FL, panjang rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) sebesar 7,78 cm, rata-rata panjang pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 8,4 cm, laju kematian alami sebesar (M) 1,64 per tahun, laju kematian akibat penangkapan sebesar (F) 0,94 per tahun, dan tingkat eksploitasi sebesar E 0,36 per tahun yang berarti tingkat pemanfaatan ikan kuniran dapat ditingkatkan 28% dari keadaan saat ini.Silver goatfish (Upeneus sulphureus) is one of demersal fish has an important economic value in Indonesia. The utilization of silver goatfish resources been exploited for a long time with a variety of fishing gear, especially with danish seine. In order to conserve of silver goatfish resources its necessary to conduct can be guidance in the management. The research was conducted in February December 2012 in the Java Sea. Goatfish fork length measurements taken randomly from 6.290 sample in Tegal. This paper aims to determine some parameters populations of silver goatfish (Upeneus sulphureus) in the Java Sea. Analysis of the data using FISAT II software (FAO-ICLARMStock Assessement Tools). Analysis results obtained some goatfish population parameters the growth coefficient (K) of 0.64 per year, (L ) 15.02 cm,(Lm) 8.4 cm, (M) per year 1.64 (F) 0.94 per year and E 0.36 per year which mean utilization can be improved about 28%from the current state.
PARAMETER POPULASI IKAN KAKAP LAUT-DALAM (Etelis radiosus, Anderson 1981) DI PERAIRAN TELUK CENDERAWASIH, PAPUA Nurulludin Nurulludin; Suprapto Suprapto; Prihatiningsih Prihatiningsih
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.207 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.2.2016.125-130

Abstract

Ikan kakap laut-dalam (Etelis radiosus) adalah salah satu sumberdaya demersal ekonomis penting di Indonesia. Informasi ilmiah tentang ikan kakap laut-dalam ini masih sangat jarang, terutama dari kawasan Teluk Cenderawasih bagian Utara Papua. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari – November 2013 di Teluk Cenderawasih. Aanalisis panjang cagak ikan terhadap 3.255 ekor menggunakan software FISAT II, diperoleh beberapa nilai parameter populasi sebagai berikut: laju pertumbuhan (K) sebesar 0,17 per tahun, panjang asimtotik (L ) 108,68 cm FL, laju kematian alami (M) 0,4 pertahun, dan laju kematian karena penangkapan (F) 0,17 per tahun. Estimasi tingkat ekploitasi (E) sebesar 0,30 memiliki pengertian bahwa tingkat pemanfaatan ikan kakap laut dalam masih di rendah dan dapat ditingkatkan. Deep-sea snapper (Etelis radiosus) is one of high economic valued of demersal resources in Indonesia. Scientific information on deep-sea snapper is limited, especially from the northern part of Cenderawasih Gulf, Papua. This paper aims to determine some parameters populations of deepsea snapper (Etelis radiosus) in the gulf of Cenderawasih, Papua. The research conducted in February - November 2013 in the Gulf of Cenderawasih. Deepsea snapper fork length measurement randomly taken from 3.255 fishes in Nabire. The result obtained that the growth coefficient (K), asymptotic length (Linf)), natural mortality (M), fishing mortality (F) and exploitation rate (E) were 0.17/ year, 108.68 cmFL, 0.4/year, 0.17/year and 0.30/year. That implied the deepsea snapper fishing exploitation is under exploitation and there possibility of precountionary increasing of fishing effort.