Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

DINAMIKA POPULASI IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN TELUK KWANDANG, LAUT SULAWESI Tegoeh Noegroho; Thomas Hidayat
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.251-258

Abstract

Ikan tenggiri merupakan komoditas penting yang pengusahaannya telah dilakukan secara intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik dalam negeri  maupun ekspor.Belum adanya kontrol baik penangkapan dan biologi terhadap pemanfaatannya dapat membahayakan keberlanjutan perikanan ikan tenggiri. Penelitian telah dilakukan pada Februari-Desember 2012 di Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara yang potensial sebagai daerah produsen ikan tenggiri. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis parameter dinamika populasi seperti laju pertumbuhan, tingkat kematian, tingkat eksploitasi, dan pola rekrutmen ikan tenggiri (Scomberomorus commerson). Sampel ukuran ikan tenggiri diambil secara acak dari hasil tangkapan kapalpurse seine(pajeko) dan pancing ulur (handline). Data ukuran ikan yang diperoleh digunakan untuk perhitungan frekuensi panjang, hubungan panjang berat, dan dinamika populasi. Beberapa parameter dinamika populasi diestimasi dengan menggunakan program FISAT II. Dari parameter pertumbuhan Von Bertalanffy diperoleh L∞ (cm) dan laju pertumbuhan (K) masing-masing 142,3 cm dan 0,81/ tahun. Laju mortalitas total (Z) sebesar 1,19 per tahun. Tingkat kematian karena penangkapan (F) sebesar 0,53/tahun lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat kematian alami (M) sebesar 0,66/tahun. Tingkat eksploitasi (E) ikan tenggiri di Teluk Kwandang adalah 0,39/tahun, yang artinya dalam kondisi hampir fullexsploited (Eoptimalsebesar 0,40/tahun). Pola rekrutmen ikan tenggiri terjadi dua kali, puncak pertama terjadi pada Maret-Juli (76,37%), dan yang kedua pada September-Oktober (23,63%).Narrow barred spanish mackerel is an an important commodity that has commercialized intensively to fulfill needs of the market, both domestic and exports. A research has been conducted in February-December 2012 in Kwandang, North Gorontalo regency. The purpose of this study is to analyze the dynamics of population parameters such as growth rate, mortality rate, exploitation rates, and recruitment patterns of spanish mackerel (Scomberomorus commerson). Sample size of spanish mackerel was taken at randomly from the purse seiner and handline catches. Data of size obtained were used for analyzed of population dynamics parameter. Some population dynamics parameters wereestimated using the program FISAT II. Von Bertalanffy growth parameters was derived L∞ and growth rate (K), 142.3 cm and 0.81/year cm, respectively. Total mortality was 1.19/year. Fishing mortality rate (F) was 0.53/year lower than natural mortality rate (M) 0.66/year. Exploitation rate (E) of spanish mackerel in the Kwandang Bay was 0.39, that almost full exploited when compared with Eoptimum 0.40. Recruitment pattern of spanish mackerel was occured twice, the first take a place in March-July (60.09%), and the second in September-October (18.14%).
DISTRIBUSI DAN POTENSI SUMBER DAYA IKAN PELAGIS DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 573 (WPP NRI 573) SAMUDERA HINDIA Asep Ma'mun; Asep Priatna; Thomas Hidayat; Nurulludin Nurulludin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.964 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.1.2017.47-56

Abstract

Pengelolaan perikanan tangkap yang lestari membutuhkan informasi potensi dan pola penyebaran sumber daya ikan yang dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan potensi sumber daya ikan pelagis di WPP NRI 573 (perairan Samudera Hindia) dengan metode akustik. Hasil penelitian menunjukan, penyebaran densitas cukup tinggi untuk ikan pelagis ditemukan di perairan selatan Pangandaran hingga wilayah Jogjakarta. Sumber daya ikan pelagis kecil yang terdeteksi didominasi oleh ukuran ikan dengan kisaran panjang antara 25-28 cm dan ikan pelagis besar di dominasi oleh ukuran ikan 28-31 cm. Nilai rata-rata kepadatan stok untuk ikan pelagis kecil 0,041 ton/km2 dan ikan pelagis besar sebesar 0,14 ton/ km2. Potensi lestari ikan pelagis kecil sebesar 292.092 ton/tahun dan ikan pelagis besar sebesar 505.941 ton/tahun. Nilai tersebut dapat dijadikan dasar dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan perikanan pelagis.The sustainable management is needed information on the stock and distribution pattern of fish.This study aims to determine distribution and potential of fish resources especially for pelagic species in FMA 573 (Indian Ocean) by using acoustic method. Result of research indicated that, high density for pelagic fish found in south Pangandaran to Jogjakarta. The results obtained also that, the detected small pelagic fish were dominated by the fish size ranged between 25-28 cm and large pelagic fish was dominated by fish size of 28-31cm.The average of the stock density for small pelagic fish was 0,041 ton/km2 and large pelagic fish of 0.14 ton/km2.The sustainable potential of the small pelagic fish amounted to 292.092 ton/year and the large pelagic fish amounted to 505.941 ton/year. These values can be used as the basic management and utilization of pelagic fisheries in the waters region.
INDEKS KEANEKARAGAMAN HAYATI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA Thomas Hidayat; Nurulludin Nurulludin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6030.678 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.2.2017.123-130

Abstract

Penelitian telah dilakukan di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa pada bulan September-Oktober 2015. Peneletian ini bertujuan mendapatkan informasi indeks keanekaragaman jenis ikan demersal, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan perikanan. Pengumpulan data spesies dilakukan melalui survei pukat dasar (bottom trawl) menggunakan KR. Baruna Jaya IV (1200 GT). Hasil penelitian mendapatkan 70 spesies ikan demersal yang tergolong dalam 36 famili. Spesies yang mendominasi adalah famili Sciaenidae (ikan tigawaja), Trichiuridae (ikan layur) dan Ariidae (manyung), Haemulidae (ikan kaci-kaci) dan Mullidae (kuniran). Tingkat keanekaragaman jenis ikan demersal termasuk dalam kategori “sedang” dengan indeks “Shanon-Wiener” (H’) berkisar 2,5. Indeks kekayaan jenis “Margalef” (R1 ) sebesar 7,9. Penyebaran diantara spesiesnya bersifat sedang, dengan indeks kemerataan jenis “Pielou” (E) rata-rata 0,30 dan tidak banyak jenis yang mendominasi kelimpahannya, dengan nilai indeks dominasi (C) rata-rata sebesar 0,12.  The research was conducted in the Indian Ocean southern part of  Java during September-October 2015. This research aims to examine species diversity indices of demersal fish. Data collection was carried through a survey bottom trawl using KR. Baruna Jaya IV (1200 GT). The results showed that catch consisted of 70 species (36 families). The dominant families were the Sciaenidae, Trichiuridae Ariidae, Haemulidae and Mullidae. The level of species diversity of demersal fish was medium category. The species diversity indices of “Shanon-Wiener” (H ‘),  “Margalef” (R1), Evennes indices of “Pielou” (E1) and dominant indices (C) were 2.5, 7.9, 0.30 and 0.12, respectively. 
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TONGKOL ABU-ABU (Thunnus tonggol) DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN Thomas Hidayat; Tegoeh Noegroho
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 1 (2018): April (2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1104.874 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.1.2018.17-28

Abstract

Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) tertangkap di Laut Cina Selatan dan bernilai ekonomis penting. Trend produksi berfluktuatif, 2009-2011 meningkat, menurun pada 2013 dan 2015 meningkat kembali. Seiring dengan meningkatnya permintaan, pemanfaatan tongkol abu-abu harus dikelola agar ketersediaannya tetap berkesinambungan. Tujuan penelitian adalah mengkaji biologi reproduksi ikan tongkol abu-abu sebagai bahan kebijakan pengelolaan yang lestari. Kajian yang dilakukan meliputi struktur ukuran, hubungan panjang dan berat, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), rata-rata ukuran pertama kali tertangkap dan matang gonad serta kebiasaan makanan. Pengumpulan sampel dilakukan oleh enumerator di PPN Pemangkat, Kalimantan Barat pada Januari sampai November 2014. Data yang dikumpulkan meliputi panjang, berat, jenis kelamin, tingkat kematangan gonad, dan isi lambung. Hasil penelitian menunjukkan sebaran panjang ikan tongkol abu-abu pada kisaran 29-80 cmFL dan modus 47-49 cmFL, pertumbuhan bersifat isometrik, nisbah kelamin jantan dan betina menunjukkan kondisi seimbang, ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) pada panjang 47,8 cmFL, ukuran pertama kali matang gonad (Lm) 41,1 cmFL. Dari data TKG dan IKG, prediksi musim pemijahan berlangsung pada Mei dan Agustus. Hasil pengamatan isi lambung menunjukkan bahwa ikan tongkol abu-abu tergolong ikan karnivora. Dari hasil penelitian rekomendasi untuk kebijakan pengelolaan adalah penetapan penutupan musim dan daerah penangkapan pada bulan Mei dan Agustus pada wilayah perairan yang diduga sebagai daerah pemijahan, penetapan kuota ukuran tangkapan lebih besar dari Lm 41,1 cmFL dan alternatif wisata pancing dengan ukuran mata pancing yang hanya menangkap ukuran yang sudah matang gonad.Longtail tuna (Thunnus tonggol) were caught in the South China Sea has important economic value. The catch trend fluctuates, increase in 2009 - 2011, decrease in 2013 and increase in 2015. High demand of this resource asked a proper management to ensure sustainability. The objective of the research was to investigate the reproductive biology of longtail tuna as an recommendation of fisheries management. Analysis was conducted to examine the size structure, the length and weight relationship, sex ratio, maturity stage, gonad somatic index (GSI), Length at first capture and Length at first maturity and food habits. Sample collection was conducted monthly by enumerators in the Pemangkat Fishing Port, West Kalimantan in January to November 2014. Data containing length, weight, sex, maturity stage, and stomach contents. The results showed that the length of longtail tuna in range of 29-80 cmFL and the mode of 47-49 cmFL, the growth is isometric, the sex ratio male and female showed a balanced condition, the average Length at first capture (Lc) at 47.8 cmFL, Length at first maturity (Lm) 41.1 cmFL. Based on maturity stage and GSI data, it predict that the spawning season takes place in May and August. Observations of the stomach contents showed longtail tuna is carnivorous fish. It suggest the close seasons and close areas in May and August on the location suspected as spawning areas, determination of the legal size is bigger than 41.1 cmFL and encourage the recreational fishing as an alternative with specific size of the hook that caught the mature size fish.
PARAMETER POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN PASAMAN BARAT Thomas Hidayat; Helman Nur Yusuf; Nurulludin Nurulludin; Andina Ramadhani Putri Pane
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.021 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.207-213

Abstract

Pemanfaatan sumber daya kepiting bakau (Scylla serrata) di perairan Pasaman Barat sudah lama dilakukan oleh nelayan kecil dengan menggunakan bubu (tangkul) yang bersifat tidak selektif. Sebagai komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia, perlu dilakukan pengelolaan yang tepat agar ketersediaannya tetap berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan bulan Januari - November 2016, dengan tujuan mengkaji beberapa parameter populasi sebagai bahan kebijakan pengelolaan kepiting bakau di perairan Pasaman Barat agar tetap lestari. Pengumpulan sampel dilakukan secara acak dari hasil tangkapan nelayan oleh enumerator. Metode analisis parameter populasi menggunakan distribusi frekwensi lebar karapas dengan bantuan program FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools)-II. Hasil analisis diperoleh laju pertumbuhan (K) sebesar 0,63 pertahun, (CW)= 178,5 mm, kematian alami (M) 1,06 pertahun, kematian karena penangkapan (F)= 1,03 per tahun, dan kematian total (Z)=2,09 pertahun. Tingkat eksploitasi (E) =0,49. Tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Pasaman Barat sudah pada tahapan yang jenuh (fully exploited). Pembatasan alat tangkap merupakan opsi yang paling memungkinkan.Mud crab (Scylla serrata) is one of fisheries commodity that has an important economic value in Indonesia. Utilization of mud crabs in West Pasaman had been exploited for years long time with traps fishing gear. The research was conducted in January - November 2016 in the waters of West Pasaman. Sampling were conducted randomly. This paper aims to determine some population parameters of mud crab to used as a guidance guidance in the management of mud crab. in the waters of West Pasaman. Population parameter data analysis using software FiSAT (FAO-ICLARM Stock assessement Tools) II. The results of population dynamic parameters of mud crab showed that growth rate (K) was 0.63 per year, Length infinity (L) was 178.5 mm, natural mortality (M) was 1.06 per year, fishing mortality (F) was 1.03 per year, and total mortality (Z) 2.09 per year. Exploitation rate (E) was 0.49. The exploitation rate of mud crabs in the waters of West Pasaman were (fully exploited), the fishing need to be managed carefully, limitation of fishing gear is the most likely option to be enforced.
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson Lacepede, 1800) DI PERAIRAN TELUK KWANDANG, LAUT SULAWESI Tegoeh Noegroho; Thomas Hidayat; Umi Chodriyah; Mufti P Patria
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 1 (2018): April (2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.4 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.1.2018.69-84

Abstract

Penelitian tentang aspek biologi tenggiri di Indonesia masih jarang dilakukan, padahal upaya pemanfaatannya telah lama dilakukan oleh nelayan. Ikan tenggiri di Teluk Kwandang penangkapannya dilakukan dengan alat tangkap purse seine dan pancing ulur. Data-data terkait biologi reproduksi ikan tenggiri di perairan Kwandang belum tersedia dengan baik, oleh sebab itu perlu dilakukan kajian yang lebih lengkap. Pelabuhan Perikanan Pantai Kwandang merupakan pelabuhan baru, sehingga informasi terkait perikanan tenggiri pada khususnya sangat bermanfaat dalam pendataan dan rencana pengelolaannya. Penelitian telah dilakukan pada Februari-Desember 2012 di perairan Teluk Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, dengan tujuan mengkaji aspek perikanan meliputi struktur ukuran, panjang bertama kali tertangkap dan biologi reproduksi meliputi: Tingkat Kematangan Gonad, Gonado Somatic Index (GSI), nisbah kelamin, panjang pertama kali matang gonad, diameter dan jumlah telur. Dari penelitian ini diperoleh struktur ukuran pada kisaran 25-138 cmFL, dengan rata-rata modus 60 cmFL. Panjang pertama kali tertangkap dengan purse seine dan pancing ulur masing-masing 64,7 cmFL dan 71,9 cmFL. Tingkat Kematangan Gonad ikan tenggiri didominasi oleh gonad belum matang 61,2%, dan kondisi matang gonad 38,8%. Puncak Gonado Somatic Index (GSI) terjadi pada bulan Mei, sehingga ikan tenggiri di Teluk Kwandang diduga memijah pada Mei-Juli. Nilai GSI mencapai puncaknya pada panjang ikan 98 cmFL, dan akan turun pada panjang ikan lebih dari 100 cmFL. Panjang pertama kali matang gonad ikan tenggiri adalah 80,4 cmFL, pada kisaran 79,3-81,6 cmFL. Jumlah telur ikan tenggiri berkisar 417.360-9.476.520 butir pada panjang ikan 65-103 cmFL. Berdasarkan perkembangan diameter telur setiap bulan menunjukkan tipe pemijahan ikan tenggiri adalah asynchronous dengan pola pemijahan partial spawner.The study on biological aspects of spanish mackerel in Indonesia is uncommon, whereas the exploitation have been conducted historically. Spanish mackerel in the Kwandang Bay caught by purse seiner and handliner. The reproductive biology of mackerel fish in Kwandang waters was unavailable, therefore more study needed. Kwandang is a new port, so the information related to Spanish mackerel in particular is very useful in data collection and management plan. This research aims to assess biological aspect such as the size structure, the length at first captured and reproductive biology aspects (gonad maturity stage, Gonado Somatic Index (GSI), sex ratio, length at first maturity, number and diameter of oosit). The study was conducted in February-December 2012 in the Kwandang Bay waters, North Gorontalo regency. The results showed that the size structure ranged between 25-138 cmFL, with average mode 60 cmFL. The length at first capture caught (Lc) with purse seine and handline by 64,7 cmFL and 71,9 cmFL, respectively. The gonad maturity stage of the was dominated by 61,2% of immature and 38,8% of mature gonad. Gonado Somatic Index (GSI) peak was reached in May, and from this GSI value it is concluded that the Spanish mackerel spawned in May-July. The maximum GSI reached at 98 cmFL and decreased at fish length exceeded 100 cmFL. Length at first maturity (Lm) of the gonad was approximately 80,4 cmFL, within the size range between 79,3-81,6 cmFL. The number of spanish mackerel oosit ranged between 417.360-9.476.520, with size ranged between 65-103 cmFL. The monthly fluctuations of oosit diameter implied that spawning type of spanish mackerel was asynchronous with partial spawner spawning pattern.
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TONGKOL ABU-ABU, Thunnus tonggol (Bleeker, 1851) DI PERAIRAN LAUT JAWA Yoke Hany Restiangsih; Thomas Hidayat
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.03 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.2.2018.95-104

Abstract

Tongkol abu-abu atau longtail tuna (Thunnus tonggol) salah satu jenis ikan tuna neritik sebagai target penangkapan armada pukat cincin, jaring isang, dan pancing di Laut Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter pertumbuhan, umur dan mortalitas ikan tongkol abu-abu untuk penyusunan strategi pengelolaannya. Pengumpulan data frekuensi panjang dan bobot ikan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan pada Januari – Nopember 2014. Hasil penelitian menunjukkan hubungan panjang-bobot ikan tongkol abu-abu bersifat isometrik dan indek kecepatan pertumbuhan 3,46/tahun. Ikan dapat tumbuh hingga mencapai panjang asimtotik (L) = 85 cm dengan laju pertumbuhan (K) sebesar 0,4/tahun. Umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (t0) adalah 0,046 tahun. Umur maksimal diduga 15 tahun. Mortalitas alami (M) sebesar 0,61/tahun, mortalitas karena penangkapan (F) 1,01/tahun, mortalitas total (Z) 1,62/tahun. Tingkat eksploitasi (E) sebesar 0,59 berarti bahwa pemanfaatan ikan tongkol abu-abu di Laut Jawa cenderung sudah penuh (fully exploited).Longtail tuna as one of neritic tuna species are commonly caught by purse seine, gill net and hand line in java sea.. This research activity aims to determine population parameters i.e. growth, mortality and its exploitation rate that can contribute to strengthen database on preparation its harvest strategy. The Collecting of length and weight data were conducted at Pekalongan fishing port during period of January to November 2014. The Long-weigth relationship was isometric and growth performance index was 3.46/year. The asymptotic length rate (L) was 85 cmFL, growth rate (K) was 0.4/year and zero age (t0) was 0.046 year. This length is reached allegedly at the 15 years age. Natural mortality (M) was 0.6/year, fishing mortality (F) was 1.01/year, total mortality (Z) was 1.62/yera. The exploitation rate (E) was 0.59, it means exploitation of longtail tuna in the Java Sea tend to highly exploited.
TRUKTUR UKURAN DAN BEBERAPA PARAMETER POPULASI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) DI SAMUDERA PASIFIK UTARA PAPUA Thomas Hidayat; Tegoeh Noegroho; Karsono Wagiyo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (746.666 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.113-121

Abstract

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) merupakan salah satu sumberdaya ikan pelagis besar yang mempunyai nilai ekonomis penting. Informasi mengenai struktur ukuran dan beberapa parameter populasinya masih sangat terbatas khususnya di perairan Indonesia timur. Penelitian ini dilakukan di Morotai, Biak dan Jayapura dari Januari sampai Desember 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ukuran ikan yang tertangkap dan menganalisis parameter populasi meliputi laju pertumbuhan, mortalitas dan tingkat eksploitasi. Estimasi parameter pertumbuhan, mortalitas dan laju eksploitasi dihitung menggunakan program FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools). Ukuran ikan cakalang hasil tangkapan pancing tonda dan pancing ulur berkisar antara 15 – 94 cmFL (Fork Length), dengan modus antara 40-45 cmFL. Ukuran pertama kali tertangkap sebesar 40,1 cmFL dan kebanyakan adalah ukuran ikan yang sedang memijah. Hasil analisis menggunakan FiSAT II diperoleh laju pertumbuhan (K) sebesar 0,41/tahun, panjang asimptotik (L) 101,85 cmFL. Laju kematian alami (M) 0,6 / tahun, laju kematian karena penangkapan (F) 0,62 /tahun dan laju mortalitas total (Z) 1,22 /tahun. Tingkat eksploitasi ikan cakalang hampir fully exploited (E= 0,46). Disarankan tidak perlu ada penambahan upaya penangkapan atau status quo untuk menjaga agar sumberdaya ikan cakalang tetap terjaga kelestariannya. Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) is one of the large pelagic fish resources which have high economic value. Information on the size structure and population parameters is still limited especially in the waters of eastern Indonesia. The Research was conducted from January to December 2013 at Morotai, Biak and Jayapura. The aim of this study was to analyze the size of the fish caught and some of population parameters such as the growth rate, mortality rates, and exploitation rate. Estimated of growth parameters, mortality and exploitation rate using the program FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools). The size of skipjack tuna caught by troll line and handline in between 15-94 cmFL, with a mode of 40-45 cmFL. The Length at first capture was 40.1 cmFL, most of them had condition of spawning. By using program FiSAT II analysis resulted that growth rate (K) of skipjack tuna was 0.41/year, with length asimptotik (L) reaches 101.85 cmFL. The natural mortality rate (M) was 0.6 / year. The fishing mortality rate (F) was 0.62 / year and total mortality rate (Z) was 1.22 / year. The exploitation rate of skipjack tuna was nearly fully exploited (E = 0.46). It was recommended the exploitation rate of this fish should be no additional effort (status quo) to keep sustainability of the skipjack tuna resource.
PARAMETER POPULASI LOBSTER BAMBU (Panulirus versicolor) DI PERAIRAN SIMEULUE Helman Nur Yusuf; Ali Suman; Thomas Hidayat; Anthony Sisco Panggabean
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.404 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.185-195

Abstract

Lobster bambu (Panulirus versicolor) merupakan komoditas perikanan penting yang telah diekspolitasi di perairan Simeulue. Peningkatan permintaan dan pengusahaan lobster menyebabkan tekanan penangkapan terhadap populasi lobster semakin intensif dan tidak terkendali. Untuk itu  diperlukan informasi tentang biologi reproduksi dan parameter populasi lobster dalam rangka pengelolaan sumberdaya lobster yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai dengan Desember 2015 diperairan Simeulue dengan tujuan untuk mengestimasi parameter populasi lobster bambu. Pengamatan dan pengukuran lobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak (random sampling). Analisis data parameter populasi menggunakan software FiSAT (Stock Assessement Tools). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi lobster bambu jantan dan betina tidak seimbang (1 : 1,5),  pola pertumbuhan bersifat alometrik negatif dengan nilai b sebesar 2,924 dan rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) = 86 mmCL. Laju pertumbuhan (K) = 0,320 per tahun dan panjang karapas asimtotik (CL) 149,1 mm. Laju mortalitas alami (M) = 0,99 per tahun, laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 0,84 per tahun dan laju kematian total (Z) sebesar 1,83 per tahun. Tingkat eksploitasi (E) sebesar 0,46 atau pemanfaatan sumberdaya lobster bambu belum optimum. Penambahan baru dalam populasi berlangsung sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada Juni dan Juli bersamaan dengan musim timur. Untuk itu perlu adanya regulasi pemerintah dalam pengelolaan perikanan lobster yang berkelanjutan dengan menerapkan close season lobster pada puncak musim pemijahan.The painted green/bamboo lobster (Panulirus versicolor) is an important fish commodities that have been exploited in the waters of Simeulue. Increased utilization and uncontrolled exploitation of lobster causing pressure on the lobster population. For this reason, there is a need for information about the parameters of the lobster population in the management for the sustainability of lobster resource. The experiment was conducted in May to December 2015 Simeulue waters for the purpose of estimating the population parameters lobster green. Sampel collected randomly in the lobster landing site. Analysis of the data using FiSAT II software (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools). The results obtained unbalanced condition of green lobster (1:1.5), the growth pattern is allometrically negative with value b of 2,924, length at fish first caught (Lc) = 86 mm CL. The lobster growth rate (K) = 0,320 per year and asymptotic carapace length (CL) 149.10 mm. The rate of natural mortality (M) = 0.99 per year, the mortality rate due to the arrest of (F) of 0.84 per year and total mortality rate (Z) of 1.83 per year. The rate of exploitation (E) 0,46 or green lobster resource was not optimum. Recruitment occur throughout the year with peak recruitment in June and July of the southeast monsoon. A government regulation is needed for the sustainable management of lobster resources by applying a close season during the peak spawning peri.