Andina Ramadhani Putri Pane
Balai Penelitian Perikanan Laut

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ASPEK BIOLOGI, DINAMIKA POPULASI DAN KEPADATAN STOK UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man, 1888) DI HABITAT ASUHAN ESTUARIA SEGARA ANAKAN, CILACAP Karsono Wagiyo; Adrian Damora; Andina Ramadhani Putri Pane
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.997 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.2.2018.127-136

Abstract

Estuaria Segara Anakan merupakan habitat asuhan utama udang jerbung (Penaeus merguiensis de Man, 1888). Informasi mengenai status stok sumberdaya udang jerbung di estuaria Segara Anakan sangat penting untuk penerapan pengelolaan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang aspek biologi, dinamika populasi dan kepadatan stok udang jerbung. Sampling dilakukan dengan metode survei pada musim timur dan musim peralihan II pada tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan udang jerbung bersifat allometrik negatif. Nisbah kelamin udang jerbung tidak seimbang, populasi udang betina lebih besar dibandingkan populasi udang jantan. Udang jerbung mempunyai rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc)=17,15 mmCL, laju pertumbuhan (K)=1,47/tahun, panjang yang dapat dicapai (L”)=44,6 mmCL, laju kematian alami (M)=1,34/tahun, laju kematian karena penangkapan (F)=2,37/tahun dan laju pemanfaatan (E)=0,64. Laju tangkap udang jerbung pada musim timur 269 gr./jam dan pada musim peralihan II 186 gr/jam. Kepadatan stok udang jerbung pada musim timur adalah 22.634 gr/km2 dan pada musim peralihan II sebagai 13.253 gr/km2. Agar sumber daya udang di estuaria Segara Anakan terjaga kelestariannya, maka perlu dilakukan pengaturan ukuran mata jaring/peningkatan selektifitas alat, mengurangi intensitas penangkapan dan perbaikan kondisi lingkungan.Segara Anakan estuary is an primary nursery habitat  of banana prawn (Penaeus merguiensis de Man, 1888). Stock status information of banana prawn resources in Segara Anakan estuary is essential for the application of sustainable management. The objective of this research is to obtain data and information about biological aspect, population dynamics and stock density of banana prawn. Sampling was conducted by survey method on east monsoon and the second intermonsoon in 2013. The result of research shows that the growth pattern of banana prawn was allometric negative. Sex ratio of banana prawn  was unbalanced, female population greater than males  population. Banana prawn has a length at first capture (Lc)=17,15 mmCL, growth rate (K) = 1.47/year, natural mortality rate (M) = 1.34/year, fishing mortality rate (F) = 2.37/year and the rate of exploitation (E) = 0.64. Catch rate of banana prawn in the east monsoon season  was 269 gr./hours and in the second intermonsoon season was 186 gr/ hr. Stock density of banana prawn in east monsoon season was 22634 gr/km2 and in the second intermonsoon was 13253 gr/km2. For the sustainability banana prawn resources in the Segara Anakan estuary it  is necessary to regulate  mesh size of the net to increase the gear selectivity, reducing the fishing intensity and improving environmental conditions.  
KARAKTERISTIK POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal 1775) DI PERAIRAN ASAHAN DAN SEKITARNYA, SUMATERA UTARA Andina Ramadhani Putri Pane; Ali Suman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.703 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.3.2018.165-174

Abstract

Peningkatan jumlah ekspor kepiting (Scylla serrata Forskal, 1775) di wilayah perairan Asahan memacu peningkatan penangkapan yang dapat berpengaruh terhadap populasi dan kelestarian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Asahan dan sekitarnya. Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan dari Januari sampai dengan Nopember 2016 di tempat pendaratan kepiting oleh enumerator. Data dianalisa dengan metode Electronic LEngth Frequency Analisys-I (ELEFAN-I) dari FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II (FiSAT II). Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan kepiting bakau bersifat allometrik negatif pada kisaran lebar karapas antara 85 - 175 mm dan bobot tubuh 127 – 1.152,5 gram. Rata-rata ukuran lebar karapas tertangkap dengan jaring dan bubu adalah 118,6 mm dan ukuran matang gonad pertama kali adalah 120,6 mm. Laju pertumbuhan (K) 1,38 per tahun dan lebar karapas maksimum (CW) sebesar 201 mm. Laju kematian total (Z) sebesar 3,59 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,27 per tahun dan 1,32 per tahun. Laju pemanfaatan (E) kepiting bakau di perairan Asahan adalah 0,63 per tahun atau sudah melebihi nilai optimum penangkapan. Agar sumber daya kepiting terjamin kelestariannya, maka harus dilakukan pengurangan upaya penangkapan sekitar 26 %.Increase in the volume of giant mud crab exports (Scylla serrata Forskal, 1775) in the Asahan waters stimulate the increasing catches that affect population and sustainability. This study aims to determine the population characteristics and the exploitation level of giant mud crab in Asahan and adjacent waters. Monthly sampling was done from January to November 2016 at crab landing sites by enumerator. The data were analyzed using Electronic Length Frequency Analysys-I (ELEFAN-I) method available in FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II (FiSAT II) program. The results showed that the growth pattern of giant mud crab was negative allometric with carapace width between 85 - 175 mm and individual body weight 127 - 1,152.5 grams. The average carapace’s width caught by net and trap was 118.6 mm and the size of gonad first maturity was 120.6 mm. Growth rate (K) 1.38 per year and maximum carapace width (CW) of 201 mm. Total mortality rate (Z) of 3.59 per year, mortality rate due to fishing (F) and natural mortality rate (M) was 2.27 per year and 1.32 per year respectively. The rate of exploitation (E) of mangrove crab in Asahan waters was 0.63 or has exceeded the optimum value. For the sustainability of crab resource a reduction of 26% in fishing effort is suggested.
DINAMIKA POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus,1758) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Anthony Sisco Panggabean; Andina Ramadhani Putri Pane; Ap’idatul Hasanah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.801 KB) | DOI: 10.15578/jppi.1.1.2018.73-85

Abstract

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis krustasea laut yang bernilai ekonomis penting yang menjadi target utama tangkapan di perairan Teluk Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika populasi rajungan yang berguna sebagai dasar pengelolaannya. Penelitian dilakukan pada periode Januari sampai dengan November 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan panjang berat rajungan bersifat allometrik positif dan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 106,81 mm (lebar karapas), laju pertumbuhan (K) sebesar 1,0 per tahun dan lebar karapas infinitif (CW)  sebesar 157 mm. Laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 1,12 per tahun dan laju mortalitas alami (M) sebesar 1,14 per tahun. Laju eksploitasi (E) sudah berada pada tahapan penuh atau fully exploited, dengan demikian perlu adanya pengendalian upaya penangkapan.Blue swimming crabs (Portunus pelagicus) is one of the important marine crustaceans species forming the main target of fishing in the Jakarta Bay. This study aims to assess the population dynamics of crab for the basis e for their management. The study was conducted from January to November 2015. The result showed that carapace width and weigth relationship analysis was isometric and the estimated length at first maturity (Lm) was 106.81 mm (in carapace width), growth rate (K) was 1 mm per year, carapace width infinit (CW) was 157 mm, fishing mortality (F) was 1.12 per year and natural mortality rate (M) at about 1.14 per year. The exploitation rate (E) was predicted at fully exploited level, so that control of fishing effort are needed.
PARAMETER POPULASI DAN SPAWNING POTENTIAL RATIO (SPR) KEPITING MERAH (Scylla olivacea) DI PERAIRAN ASAHAN DAN SEKITARNYA, SUMATERA UTARA Andina Ramadhani Putri Pane; Duranta Diandria Kembaren; Ilham Marasabessy; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.1.2021.33-43

Abstract

Kepiting bakau merupakan komoditas ekspor yang penangkapannya dilakukan dengan intensif, salah satunya adalah jenis kepiting merah (Scylla olivacea). Pengelolaan dalam pengendalian memerlukan analisa kajian ilmiah tentang ukuran layak tangkap dan spawning potential ratio (SPR) kepiting merah. Kajian ilmiah ini dilakukan terhadap 1.105 ekor kepiting merah di pusat pendaratan kepiting di Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan, Sumatera Utara selama 28 bulan (April-Oktober 2018, Februari- Desember 2019 dan Maret-Desember 2020). Kepiting yang tertangkap memiliki ukuran 65-170 mm dengan 72,2% sudah dewasa dan telah melakukan pemijahan sebelum tertangkap (CWc< CWm). Hasil penelitian diperoleh bahwa kematian akibat penangkapan (F) lebih tinggi dibandingkan kematian alamiah (M), hal ini menunjukkan tingginya tekanan pemanfaatan (E = 0,54%). Nilai spawning potential ratio (SPR) mengalami peningkatan dari tahun 2018 ke tahun 2020 yaitu 11-17% namun masih dibawah nilai minimal 20%, artinya penambahan individu kepiting merah di perairan Asahan setelah ekspolitasi sudah mengalami penurunan sehingga diperlukan upaya dalam pengelolaan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan ukuran mesh size jaring dan bubu serta rehabilitasi hutan mangrove.Mud crabs are export commodities that have been harvested intensively; one of which is the red mud crab (Scylla olivacea). Management in controlling its exploitation requires scientific studies on the analysis of the legal size and the potential spawning ratio (SPR) of the crab. In this scientific study, a total of 1,105 red mud crabs were analyzed at the crab landing center in Silo Baru Village, Silau Laut District, Asahan Regency, North Sumatra for 28 months (April–October 2018, February–December 2019, and March–December 2020). The crabs caught were 65–170 mm in size, where 72.2% of which were already adults and had spawned before being caught (CWc < CWm). The results of this study suggested that the fishing mortality (F) was higher than the natural mortality (M), indicating a high exploitation (E = 0.54%). On the other hand, the potential spawning ratio (SPR) from 2018 to 2020 kept increasing, i.e. 11–17% (below the minimum SPR 20%), indicating that the addition of the individual red mud crabs in Asahan waters after exploitation had decreased. Therefore, several efforts are necessary in its management, among others by increasing the mesh size of the nets and the size of the traps as well as rehabilitating mangrove forests.
PARAMETER POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN PASAMAN BARAT Thomas Hidayat; Helman Nur Yusuf; Nurulludin Nurulludin; Andina Ramadhani Putri Pane
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.021 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.207-213

Abstract

Pemanfaatan sumber daya kepiting bakau (Scylla serrata) di perairan Pasaman Barat sudah lama dilakukan oleh nelayan kecil dengan menggunakan bubu (tangkul) yang bersifat tidak selektif. Sebagai komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia, perlu dilakukan pengelolaan yang tepat agar ketersediaannya tetap berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan bulan Januari - November 2016, dengan tujuan mengkaji beberapa parameter populasi sebagai bahan kebijakan pengelolaan kepiting bakau di perairan Pasaman Barat agar tetap lestari. Pengumpulan sampel dilakukan secara acak dari hasil tangkapan nelayan oleh enumerator. Metode analisis parameter populasi menggunakan distribusi frekwensi lebar karapas dengan bantuan program FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools)-II. Hasil analisis diperoleh laju pertumbuhan (K) sebesar 0,63 pertahun, (CW)= 178,5 mm, kematian alami (M) 1,06 pertahun, kematian karena penangkapan (F)= 1,03 per tahun, dan kematian total (Z)=2,09 pertahun. Tingkat eksploitasi (E) =0,49. Tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Pasaman Barat sudah pada tahapan yang jenuh (fully exploited). Pembatasan alat tangkap merupakan opsi yang paling memungkinkan.Mud crab (Scylla serrata) is one of fisheries commodity that has an important economic value in Indonesia. Utilization of mud crabs in West Pasaman had been exploited for years long time with traps fishing gear. The research was conducted in January - November 2016 in the waters of West Pasaman. Sampling were conducted randomly. This paper aims to determine some population parameters of mud crab to used as a guidance guidance in the management of mud crab. in the waters of West Pasaman. Population parameter data analysis using software FiSAT (FAO-ICLARM Stock assessement Tools) II. The results of population dynamic parameters of mud crab showed that growth rate (K) was 0.63 per year, Length infinity (L) was 178.5 mm, natural mortality (M) was 1.06 per year, fishing mortality (F) was 1.03 per year, and total mortality (Z) 2.09 per year. Exploitation rate (E) was 0.49. The exploitation rate of mud crabs in the waters of West Pasaman were (fully exploited), the fishing need to be managed carefully, limitation of fishing gear is the most likely option to be enforced.
KOMPOSISI JENIS, SEBARAN DAN KEPADATAN STOK UDANG PADA MUSIM SELATAN DI PERAIRAN TIMUR KALIMANTAN Tirtadanu Tirtadanu; Suprapto Suprapto; Andina Ramadhani Putri Pane
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 1 (2018): April (2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.139 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.1.2018.41-47

Abstract

Kajian tentang komposisi, sebaran dan kepadatan stok udang merupakan informasi penting sebagai evaluasi dampak aktivitas penangkapan udang saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi jenis, sebaran dan kepadatan stok udang pada saat musim selatan di perairan Timur Kalimantan. Penelitian dilakukan pada bulan September – Oktober 2016 menggunakan trawl pada Kapal Riset Baruna Jaya IV (tali ris atas 36 m). Lama penarikan jaring 1 jam dengan kecepatan kapal sekitar 3 knot. Analisis terhadap 11 stasiun pengamatan yang berhasil menunjukkan komposisi udang terdiri dari 14 spesies yang tergolong dalam 7 genera dan 3 famili. Spesies yang dominan meliputi udang dogol (Metapenaeus ensis), udang windu (Penaeus monodon) dan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Berdasarkan lokasinya, kepadatan stok tertinggi ditemukan di sebelah timur Balikpapan dan secara umum kepadatan stok tertinggi ditemukan pada kedalaman kurang dari 40 m. Kepadatan stok udang berkorelasi dengan kedalaman di mana udang jerbung hanya tertangkap pada kedalaman kurang dari 40 m. Udang dogol ditemukan pada kedalaman hingga 60 m namun lebih padat pada kedalaman kurang dari 40 m, sedangkan udang windu lebih padat pada perairan yang lebih dalam yaitu antara 40-60 m. Total kepadatan stok udang pada musim selatan di perairan Timur Kalimantan adalah 16,5 ± 9,7 kg/km2.Study of species composition, distribution and stock density of shrimp was vital to evaluate of the impact of current shrimp fishing to its sustainability. The research aims to study composition, distribution and stock density of shrimps during south monsoon in the East of Kalimantan which was conducted in September – October 2016 by conducting exploratory survey using trawling with R.V. Baruna Jaya IV (headrope length of 36 m). Towing duration of 1 hour and vessel speed around 3 knots. The result from 11 stations showed that the composition of shrimps consists of 14 species from 7 genera and 3 family. The dominant species (38.4%) were greasyback shrimp (Metapenaeus ensis), while giant tiger prawn (Penaeus monodon) by 22.2% and banana prawn (Penaeus merguiensis) by 16.7%. Based on the geographic location, the highest stock density was found in the eastern part of Balikpapan waters (< 40 m depth). The shrimp density found have association with depths where banana prawn found in depths of less than 40 m. Greasyback shrimp found in depths of more than 60 m with more abundant in depth less than 40 m, while giant tiger prawn was more abundant in deeper water in depths between 40 – 60 m. Total density of shrimps during south monsoon in the eastern part of Kalimantan waters was 16.5 ± 9.7 kg/km2.
DINAMIKA POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING BAKAU (Sylla serrata FORSKAL, 1775) DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU, MALUKU Andina Ramadhani Putri Pane; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.633 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.3.2019.127-136

Abstract

Peningkatan permintaan kepiting bakau (Scylla serrata) di Kepulauan Aru memacu peningkatan upaya penangkapannya. Untuk mendapatkan informasi terkini tentang dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Kepulauan Aru, maka dilakukan penelitian selama 2 (dua) tahun yaitu Maret - Desember 2017 dan 2018 dengan pengamatan langsung di pengumpul kepiting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lebar karapas pertama kali tertangkap (CWc) adalah 148,6 mm. Pola pertumbuhan kepiting bakau bersifat allometrik negatif dengan nisbah kelamin jantan dan betina tidak seimbang. Laju pertumbuhan (K) adalah 0,7 per tahun dengan tingkat kematian alamiah (M=0,84) lebih tinggi daripada kematian karena penangkapan (F=0,78). Tingkat pemanfaatan (E) sebesar 0,48 menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya kepiting dalam kategori moderat. Upaya pelestarian sumberdaya kepiting dapat dilakukan melalui peningkatan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan tentang batas ukuran lebar karapas minimum yang boleh ditangkap (150 mm) dan menjaga kelestarian hutan mangrove. Increased demand for mud crab (Scylla serrata) in the Kepuluan Aru spurred an increase in fishing efforts. To determine population dynamics and current exploitation level of mud crab in these area, research was conducted for 2 (two) years, March to December 2017 and 2018. The results showed that carapace width at first capture (CWc) of mud crab was 148,6 mm. The growth pattern of the species was allometric negative with an unbalanced sex ratio between males and females. The growth rates (K) was estimted at 0.7 per year with natural mortality rates (M=0,84) more higher than fishing mortality rates (F=78). The exploitation level (E) was 0.48, indicating that the catch was in a sustainable condition. Efforts to maintain sustainability of mud crab resources can be done by increasing community compliance with regulations of the minimum size limit of mud crabs that can be caught (150 mmCW) and preserving mangrove forests.
PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT PENGUSAHAAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN ASAHAN, SELAT MALAKA Andina Ramadhani Putri Pane; Heri Widiyastuti; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.467 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.93-102

Abstract

Tingginya permintaan pasar terhadap rajungan mengakibatkan aktivitas penangkapannya berlangsung secara intensif. Selat Malaka merupakan salah satu daerah penangkapan rajungan yang penting di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi parameter populasi dan tingkat eksploitasi rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Asahan dan sekitarnya. Pengumpulan data bulanan dilakukan pada bulan Juni 2015 sampai dengan Nopember 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim penangkapan berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pada bulan Juli dan Oktober, puncak pemijahan terjadi pada bulan Januari dan Agustus. Ukuran lebar karapas pertama kali tertangkap dengan gillnet (Lc) dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) masing-masing sebesar 109,6 mm dan 104,1 mm. Laju pertumbuhan (K) sebesar 1,38/tahun dan lebar karapas asimtotik (L) sebesar 183,10 mm. Laju kematian total (Z) rajungan sebagai 4,31 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,96 per tahun dan 1,35 per tahun; laju eksploitasi (E) diestimasi sebesar 0,69. Tingkat pemanfaatan rajungan di perairan Asahan diduga telah melewati optimal, sehingga perlu dilakukan pengelolaan melalui pengurangan jumlah unit gillnet rajungan sebanyak 38% dari kondisi saat ini. Blue swimming crab faced intensive fishing pressure due to the high market demand. The Malacca Strait is one of important fishing area for blue swimming crab. The research aims to estimate the population parameters and exploitation rate of blue swimming crab (Portunus pelagicus) in the Asahan and adjacent waters. A monthly data were collected from June 2015 to November 2016 that caught by Gillnet. The results showed that the fishing season takes place throughout the year with peaks in July and October, meanwhile peak of spawning season in January and August. The carapace width at first capture (Lc) and first mature (Lm) were 109.6 mm and 104.1 mm, respectively. The growth rate (K) was 1.38 / year and the asymptotic length (L) was 183.10 mm. Total mortality rate (Z) was 4.31 per year, fishing mortality rate (F) and natural mortality rate (M) were 2.96 per year and 1.35 per year respectively; Exploitation rate (E) was estimated at 0.69. It means that the exploitation rate of swimming crab in the Asahan waters found exceed the optimum level, therefore the management measures needs to reduce effort (unit) of gillnet by a 38% of actual level. 
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LENCAM (Lethrinus atkinsoni Seale, 1910) DI PERAIRAN WAKATOBI, SULAWESI TENGGARA Prihatiningsih Prihatiningsih; Nur’ainun Muchlis; Andina Ramadhani Putri Pane; Herlisman Herlisman; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.3.2021.%p

Abstract

Ikan lencam (Lethrinus atkinsoni) merupakan bagian dari grup ikan demersal yang berasosiasi dengan ikan karang. Ikan lencam termasuk famili Lethrinidae yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan lencam tertangkap oleh bubu, jaring muroami, pancing ulur, dan panah. Penelitian ini bertujuan mengkaji biologi reproduksi dan parameter populasi meliputi musim pemijahan, rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dan pertama kali matang gonad (Lm), pertumbuhan, laju kematian, dan tingkat pemanfaatan ikan lencam. Kegiatan penelitian dilakukan pada April-Desember 2018 di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim pemijahan ikan lencam terjadi pada September - Desember. Rasio kelamin ikan jantan dan betina adalah tidak seimbang (0,55:1,0). Hubungan panjang-berat ikan lencam adalah isometrik. Nilai pendugaan rata-rata ukuran ikan lencam pertama kali tertangkap (Lc=24,16 cm) lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata ukuran ikan pertama kali matang gonad baik jantan maupun betina (Lm jantan=30,7 cm dan Lm betina=27,18 cm). Panjang asimptotik ikan lencam (L∞) adalah 38,2 cm dan kecepatan pertumbuhan (K) adalah 0,20/tahun. Laju kematian alami ikan lencam lebih besar dibandingkan laju kematian karena aktivitas penangkapan (M>F). Tingkat pemanfaatannya dalam kondisi optimal. Implikasi dalam pengelolaan ikan lencam di Wakatobi adalah menentukan ukuran minimal ikan yang boleh ditangkap dan mengurangi penangkapan ikan pada saat musim pemijahan. The pacific yellowtail emperor (Lethrinus Atkinson) is part of a group of demersal fish associated with reef fish. L. Atkinson belongs to the family Lethrinidae which has high economic value. L. Atkinson in Wakatobi waters is caught by traps, Muro Ami nets, hand lines, and spear guns. This study aims to study reproductive biology and population parameters, including the average value of the length at first capture (Lc) and the average height at first mature (Lm), growth, mortality rate and utilization rate of L. Atkinson. The research activity was carried out in April-December 2018 in Wakatobi, Southeast Sulawesi. The results showed that the spawning season for L. Atkinson occurred in September-December. The sex ratio between male and female fish was unbalanced (0.55:1.0). The length-weight relationship of L. Atkinson is isometric. The average value of the length at first capture (Lc=24.16 cm) was smaller than the average value of the measurement at first mature, both male and female (male Lm=30.7 cm and female Lm=27, 18 cm). The asymptotic length of L. Atkinson (L∞) was 38.2 cm, and the growth rate (K) was 0.20/year. The natural mortality rate of L. Atkinson is greater than the fishing mortality rate (M>F). The level of utilization of L. Atkinson in Wakatobi in optimal conditions. The implication of the management of L. Atkinson is to determine the minimum legal size and reduce fishing during the spawning season.