Carina Tjandradipura
Universitas Kristen Maranatha

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

REPRESENTASI DAN ORIENTASI SIMBOL PENGHORMATAN DALAM DINAMIKA RUANG IBADAH AGAMA BUDDHA (Studi Kasus: Ruang Ibadah Cetiya di Bandung) Carina Tjandradipura; Ferlina Sugata
Ide dan Dialog Desain Indonesia (Idealog) Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Idealog Volume 1 nomor 1
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/idealog.v1i1.839

Abstract

Setiap umat beragama pada umumnya memiliki simbol penghormatan untuk memuja keagungan dan kebesaran seseorang yang dianggap sangat penting dalam agama masing-masing. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh perkembangan dunia arsitektur dan penyesuaian aktivitas peribadatan berbeda-beda pula sehingga mempengaruhi munculnya tatanan ruang yang beragam pada salah satu ruang ibadah umat agama Buddha yakni cetiya. Dalam perkembangan bentuk ruang cetiya tersebut, aktivitas dalam cetiya ini pun mengalami perubahan yakni sebagai wadah aktivitas ritual dan interaksi keagamaan sehingga memberikan dampak terhadap esensi makna bagi sebuah aktivitas spiritual. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi sejarah dan perkembangan bentuk, fungsi dan makna cetiya pada masa awal muncul hingga saat ini, dengan mengidentifikasi tipe cetiya di ranah publik dan privat, dan masih difungsikan sesuai awal terbentuknya namun telah mengalami pergeseran dalam aspek wadah fisik dan kontennya; serta mengetahui sejauh mana terjadi pergeseran tersebut dengan menganalisis faktor-faktor mendorong terjadinya hal tersebut. Metode analisis yang digunakan adalah kajian fenomenologis, yakni mencari faktor pendorong dengan teknik kualitatif rasionalistik sehingga teknik pengolahan datanya merupakan analisis hubungan dari kedua variabel yang dijabarkan menjadi faktor-faktor dan kemudian dilanjutkan denganmenggunakan tabulasi sederhana, sehingga menghasilkan sistematika dari faktor-faktor tersebut. Pada saat ini cetiya telah mengalami perubahan bentuk menjadi sebuah ruang atau bangunan tempat peribadatan pribadi maupun kelompok tertentu, yakni berupa sudut ruangan atau kamar khusus di sebuah fungsi hunian atau kantor. Pergeseran fungsi yang kini terjadi, tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap penataan pola ruang dan tetap dapat memperlihatkan representasi simbol Buddha dengan orientasi ruang memusat serta tetap terjaganya hierarki sebagai ruang ibadah privat dan khusuk walaupun dengan elemen pelingkup dan atributruang yang berlainan. Berdasarkan hasil temuan penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa simbol masih dikenal hingga saat ini namun direpresentasikan secara berbeda dari konsep awalnya yang berupa tempat suci atau penyimpanan benda suci Buddha. Penggunaan nama masih tetap digunakan dan fungsi cetiya sebagairuang ibadah yang menampung aktivitas penghormatan pun masih dipertahankan.
Peningkatan Kualitas Keterampilan Masyarakat melalui Pembuatan Aksesoris, Pembuatan PowerPoint, dan Desain Interior Elliati Djakaria; Seriwati Ginting; Astrid Austranti Yuwono; Carina Tjandradipura; Isabella Isthipraya Andreas
Dikmas: Jurnal Pendidikan Masyarakat dan Pengabdian Vol 3, No 1 (2023): March
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/dikmas.3.1.159-168.2023

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi anggota jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Cigugur terdiri dari desain ulang interior ruang ibadah yang mengadaptasi budaya Sunda, pelatihan membuat presentasi PowerPoint yang menarik, serta pelatihan membuat aksesoris. Tujuan ketiga kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas hidup saat beribadah serta di kehidupan sehari-hari khususnya di bidang keterampilan, sehingga membuka jalan untuk berkreasi dan berwirausaha. Metode pelaksanaan pengabdian yang digunakan adalah dengan ceramah, pelatihan, dan pendampingan. Hasil kegiatan ini adalah terwujudnya desain ruang ibadah yang kondusif serta bernuansa Sunda, anggota jemaat yang memiliki keterampilan membuat PowerPoint yang menarik, serta keterampilan membuat aksesoris berupa kalung, gelang, dan bros yang memiliki nilai jual.
Pemanfaatan Eco Enzyme Untuk Mendukung Ekonomi Sirkular & Penciptaan Lingkungan Hidup Sehat Yang Berkelanjutan Yunita Setyoningrum; Astrid Austranti Yuwono; Carina Tjandradipura; Miky Endro Santoso
Dikmas: Jurnal Pendidikan Masyarakat dan Pengabdian Vol 4, No 1 (2024): March
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/dikmas.4.1.7-18.2024

Abstract

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan, termasuk di dalamnya adalah pengurangan dan penanganan sampah. Untuk mengatasinya, diperlukan upaya dari segala lapisan masyarakat dan berbagai pihak, termasuk masyarakat dalam unit terkecil yaitu keluarga. Pola ekonomi sirkular dilakukan perubahan kegiatan menjadi “Reduce – Reuse – Recycle - Recovery - Repair”.  Konsep ekonomi sirkular bukan hanya berkaitan dengan pengelolaan limbah, tetapi juga bagaimana melakukan desain bahan baku, desain produk, serta proses produksi sehingga bahan baku dan produk yang dihasilkan dapat didaur ulang dan memiliki siklus penggunaan yang lebih panjang. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah mendukung strategi ekonomi sirkular yang diterapkan pada penggunaan produk, perilaku, dan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tanpa mengurangi dan mengubah akses sumber daya untuk generasi masa depan.  Dengan berpijak pada roadmap pengabdian kepada masyarakat yaitu “Praktik yang mendukung keberlanjutan (sustainability)”, dilakukanlah kegiatan pelatihan membuat eco enzyme dengan memanfaatkan limbah kulit buah dan sayur dari toko buah. Target mitra kegiatan adalah warga Kelurahan Cipaganti Kota Bandung yang terdiri dari 7 RW dan 52 RT.  Dalam hal ini, target yang disasar adalah kelompok ibu PKK.  Strategi ini dianggap paling efektif dan tepat sasaran karena ibu-ibu rumah tangga diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam unit masyarakat terkecil, yakni keluarga. Pembuatan eco enzyme berisiko gagal karena prosesnya cukup panjang, oleh karena itu pelatihan yang terstruktur diperlukan untuk menjelaskan kepada mitra pengabdian mengenai proses pengerjaan dan tujuan dari setiap proses tersebut.  Selain itu, agar tepat sasaran pada solusi yang diperlukan mitra, penting dilaksanakan juga edukasi yang tepat mengenai penggunaan dan manfaat dari cairan eco enzyme ini bagi aneka keperluan rumah tangga sehari-hari serta dampak positifnya bagi kesehatan lingkungan. Pembekalan keterampilan mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat ini diharapkan juga mampu membantu memberdayakan ibu-ibu rumah tangga khususnya warga Kelurahan Cipaganti Kota Bandung dalam kegiatan ekonomi sirkular yang produktif.