Budi Adelar Sukada
Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

REVITALISASI GLODOK SEBAGAI TEMPAT BERSOSIALISASI KOMUNITAS MASYARAKAT TIONGHOA Sharen Sharen; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8504

Abstract

Glodok Pancoran is one of the areas in DKI Jakarta that has high economic and cultural values in the Netherlands, colonizing Indonesia until now. Glodok Pancoran, known as the center of typical Chinese and Betawi trade, ranging from culinary, medicine, and trinkets has great potential as an area of art and cultural tourism in West Jakarta. This research describes the development planning of the Glodok Pancoran to improve the image of the region and maximize the potential of the arts and cultural tourism. The pattern of trading life and daily activities become the basis for designing the design with the aim to increase Jakarta or foreign tourists. Data analysis was performed using theory, namely analysis based on environmental aspects, human aspects and building aspects combined with other theories. The result that will be received is the design concept of the Glodok Pancoran area as an art and cultural tourism area in West Jakarta by taking into account tourism experiences within the area. The result that will be achieved is the design concept Glodok Pancoran area as an art and cultural tourism area in Pinangsia village, West Jakarta by taking into account the experience of tourists in the area. Keywords:  Art and Culture Tourism; Glodok Pancoran; Pecinan                                 Abstrak Kawasan Glodok Pancoran merupakan salah satu kawasan di DKI Jakarta yang memiliki nilai ekonomi dan budaya yang tinggi. Kawasan Glodok telah eksis sejak jaman Belanda menjajah Indonesia sampai saat ini. Glodok Pancoran yang dikenal sebagai pusat perdagangan khas Tionghoa dan Betawi, mulai dari kuliner, obat-obatan, dan pernak-pernik mempunyai potensi yang besar sebagai kawasan wisata seni dan budaya di Jakarta Barat. Studi ini menjelaskan tentang perencanaan perkembangan kawasan Glodok untuk meningkatkan citra kawasan dan memaksimalkan potensi wisata seni dan budaya. Pola kehidupan berdagang dan aktivitas sehari-hari menjadi dasar untuk perancangan desain dengan tujuan untuk meningkatkan wisatawan kota Jakarta maupun mancanegara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teori yaitu analisis berdasarkan aspek lingkungan, aspek manusia dan aspek bangunan yang dipadu dengan teori lainnya. Hasil yang akan dicapai adalah konsep desain kawasan Glodok Pancoran sebagai kawasan wisata seni dan budaya di kelurahan Pinangsia, Jakarta Barat dengan memperhatikan pengalaman wisatawan di dalam kawasan.        
PERPUSTAKAAN LAB Anthony Christianto; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4420

Abstract

The millennial generation is a periodical generation that includes people who were born in the year 1980–2000 who have the will to improve oneself, to be acknowledged, do things instantly and have a deeper understanding about technology. This generation that is well known for pioneering in the field of technological development should be provided with a range of education, both independently or collaboratively, so as to support each individual in creating various innovation for a better future, thus achieving the real self-actualization. To support it, an open space should be available for the millennials to conduct experimental or social and contextual learning for understanding the technological knowledge better. According to the method of the developmental stages of building typology ranging from the prototypical to the stereotypical, the presence of lab-rary (lab library) hopes to give a solution for the millennials to be supplied with the sophisticated and comprehensive technological education, through hands-on experience via experimental laboratory, or a diverse range of theoritical book collection that is accompanied with discussion rooms throughout the plan to enhance the collaborative learning of technology and its advancements. Lab-rary hopes to provide the contemporaneity values for the millennial users that use it as a place to study, co-create, collaborate in a team or as a temporary playroom all built under one single roof that vows to create a living educational platform for the self-improvement of millennials. AbstrakGenerasi milenial merupakan sebuah jenjang generasi yang lahir pada tahun 1980–2000 yang memiliki keinginan untuk mengembangkan potensi diri, diakui, serba instan dan paham lebih dalam di bidang teknologi. Milenial yang seyogyanya merupakan pelopor dalam perkembangan berbasis teknologi wajib dibekali oleh pelbagai edukasi, baik secara mandiri maupun kolaboratif, dalam mendukung individu menciptakan berbagai inovasi untuk masa depan yang lebih baik, agar mencapai tingkat aktualisasi diri yang nyata. Untuk menunjang aktivitas tersebut, diperlukan wadah bagi para milenial dalam melakukan pembelajaran eksperimental maupun secara sosial dan kontekstual dalam mencari ilmu pengetahuan yang lebih dalam. Sesuai dengan metode tipologi perkembangan fungsionalitas perpustakaan dari prototipe hingga stereotipe, kehadiran perpustakaan lab diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi para milenial untuk mendapatkan edukasi teknologi yang mutakhir dan komprehensif, baik secara pengalaman langsung melalui laboratorium-laboratorium praktik yang bersifat eksperimental, maupun melalui koleksi buku teoritikal yang diselingi dengan ruang-ruang diskusi untuk membuka wawasan yang lebih luas akan pengetahuan tentang teknologi. Perpustakaan lab diharapkan dapat menghadirkan nilai-nilai kesejamanan bagi para pengguna milenial yang menggunakan wadah tersebut untuk belajar, berkreasi, berkolaborasi secara kelompok dan mandiri atau sebagai tempat pelesiran sementara yang disatukan di dalam satu atap sebagai ruang edukatif untuk pengembangan diri generasi milenial.
RUANG BERSAMA UNTUK MANUSIA DAN ANJING Merrie Ivana Uktolseja; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 1 (2020): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i1.6770

Abstract

Nowadays, dogs are four-legged animal that are much in demand to be kept as pets because having a pet is one way to relieve stress. The number of dog’s owners in Jakarta is rising every year, but the public place for dog owner’s who wants to travel with their dogs is still lacking. Therefore, just like its’ name, “Human and Canine Sharing Space” intends to creat a place where human can spend their spare time with dogs without any boundary between them. The location chosen for this project is Kebon Jeruk, West Jakarta, because based on data, West Jakarta is the area with the highest number of dog ownership compared to other areas in Jakarta. The design method starts with collecting data by observation and literature study to help getting information needed. Then, the building design process is using the iconic aproach which responded to the area around the site. The outcome of this design process is a multifunctional facility which consists of communal space, restaurant and café for human, as well as playroom, swimming pool, grooming area and hotel for dogs. This project is expected to be a third place that can reduce society’s stress level that needed a break from their everyday routines and accomodating dog lovers’ activities, where human and dogs can gather and socialize. AbstrakKini, anjing adalah hewan berkaki empat yang banyak diminati untuk dipelihara karena memelihara hewan merupakan salah satu cara menghilangkan stress. Jumlah pemilik anjing di Jakarta setiap tahunnya meningkat, namun ruang publik untuk para pemilik anjing yang ingin berpergian dan menghabiskan waktu luang dengan anjing peliharaannya masih terbatas. Maka dari itu, sesuai namanya, “Ruang Bersama untuk Manusia dan Anjing” bertujuan untuk menciptakan tempat di mana manusia dapat menghabiskan waktu luang dengan anjing peliharaan tanpa batas di antara mereka. Lokasi yang dipilih untuk proyek ini adalah Kebon Jeruk, Jakarta Barat, karena berdasarkan data yang ada, Jakarta Barat merupakan area dengan jumlah kepemilikan anjing tertinggi dibandingkan dengan area lain di Jakarta. Metode perancangan dimulai dengan pengumpulan data melalui observasi dan studi literatur untuk membantu mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Kemudian, proses perancangan bentuk bangunan dilakukan dengan pendekatan ikonik yang merespon bentuk muka kawasan sekitar tapak. Hasil dari perancangan ini merupakan sebuah fasilitas multifungsi yang terdiri dari fasilitas ruang komunal, restoran, dan kafe untuk manusia, serta fasilitas ruang bermain, kolam renang, perawatan, dan hotel untuk anjing. Proyek ini diharapkan menjadi tempat ketiga yang dapat mengurangi tingkat stress masyarakat yang membutuhkan istirahat dari rutinitas sehari-hari dan mewadahi aktivitas pecinta anjing, di mana manusia dan anjing dapat berkumpul dan bersosialisasi. 
TEKNOLOGI PERTANIAN BERBASIS EKOLOGI Kevin Kevin; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12418

Abstract

Global Warming is one of the causes of ecological damage. It is caused by human activities that run at high intensity without considering their impact. Freight Transport, on the other hand, is a type of transportation activity that worsens such a condition due to its production of carbon dioxide and natural resources exploitation it exercises. However, Freight Transport activity occurs because a region requires supplies from other regions due to its disability  to meet its own needs. Agricultural Buildings are a solution to such problems by means of providing space that facilitates agricultural activities which could not be carried out because of poor land availability or land quality. This Agricultural Building is located in Pulokerto Village, Gandus District, Palembang City.  It is an agropolitan area that is threatened by urban development and creates damage to land resources. As such, it is a compound of buildings that operate the so-called. Organic Agriculture and Education program equipped with waste processing as well as self-sufficient input of energy from hydro-energy plant. This sub-program aims to ensure that existing agricultural activities do not exploit non-renewable resources and do not cause environmental damage. The compound ultimate is not only to repair and reduce ecological damage but also to become a new agricultural system and become a new agricultural platform where agriculture is one of the important sectors for the survival of life in a city.   Keywords:  Agriculture; Ecology;  Freight Transport; Global Warming.Abstrak Pemanasan Global menjadi salah satu penyebab kerusakan ekologi. Pemanasan Global disebabkan oleh aktivitas manusia yang berjalan dengan intensitas tinggi tanpa mempertimbangkan dampak dari aktivitas tersebut. Freight Transport atau yang lebih dikenal sebagai kegiatan logistik merupakan salah satu jenis aktivitas transportasi yang memperburuk keadaan ekologi akibat karbon dioksida dan eksploitasi sumber daya alam. Aktivitas Freight Transport ini sendiri terjadi karena tidak mampunya suatu daerah memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga membutuhkan pasokan dari daerah lain. Bangunan dengan Teknologi Pertanian Berbasis Ekologi merupakan solusi dari permasalahan yang ada melalui penyediaan ruang pertanian baru yang memfasilitasi aktivitas pertanian yang sebelumnya tidak dapat dilakukan pada suatu area baik karena ketersediaan lahan maupun kualitas lahan yang tidak memenuhi kriteria ruang pertanian. Bangunan Pertanian ini berlokasi di Desa Pulokerto Kecamatan Gandus Kota Palembang dimana desa ini merupakan area agropolitan yang terancam oleh perkembangan kota dan kerusakan sumber daya tanah. Bangunan ini memiliki program yaitu Pertanian Organik dan Edukasi. Program-program ini difasilitasi oleh sub-program pengolahan limbah dan pengolahan energi secara mandiri melalui Hydroenergy Plant. Sub-program ini bertujuan agar aktivitas pertanian yang ada tidak mengeksploitasi sumber daya tidak terbarukan dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Bangunan Pertanian Berbasis Ekologi ini bertujuan memperbaiki dan mengurangi kerusakan ekologi serta menjadi wadah pertanian baru dimana pertanian merupakan salah satu sektor penting untuk kelangsungan kehidupan pada suatu kota.
TEMPAT JAJANAN MAKANAN TERAPUNG DI KAPUK Natasha Intania; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8513

Abstract

Creating a gathering place, activities and interacting should pay attention to the needs of the surrounding environment and also the residents who will visit. By looking at the needs around, the village of Kapuk becomes a place that needs a container to meet the needs of gathering, activities and interacting and also by increasing the economic needs of the surrounding community.The floating food street where it is located in the floating village area is a place of the need. This food place can be used from people who need a workplace, especially housewives who are idle and for anyone who wants to visit. With the iconic shape of the building that divides the road, open in the middle and floating that can give the impression as if emerge from the water surface with a shell-like shape. With the choice of eateries that can be moved differently can make this place has its own uniqueness. The building has a main building that serves as a food retail and is also provided with several eateries and also has a supporting building as a dining option called a boat pod which contains a dining area, a pantry area and also a fishing area. The main building is glass coated for open view. The main structure is supported by curved steel ellipses and tied by floor plates. While supporting buildings can move with the help of solar panels and driven by generators. Keywords: culinary; floating; move; needs; neighbourhoodsAbstrakMewujudkan tempat berkumpul, beraktivitas dan berinteraksi harus memperhatikan kebutuhan lingkungan sekitar dan juga penghuni yang akan berkunjung. Dengan melihat kebutuhan sekitar, maka Kelurahan Kapuk menjadi tempat yang membutuhkan sebuah wadah untuk memenuhi kebutuhan berkumpul, beraktivitas dan berinteraksi dan juga dengan meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar.Tempat Jajanan Makanan Terapung yang letaknya masih berada di dalam Kawasan Kampung Apung merupakan wujud tempat dari sebuah kebutuhan tersebut. Tempat Jajanan Makanan ini dapat digunakan dari masyarakat yang membutuhkan tempat kerja terutama ibu rumah tangga yang menganggur dan untuk siapa saja yang hendak berkunjung. Dengan bentuk bangunan yang ikonis yang membelah jalan, terbuka dibagian tengah dan terapung yang dapat memberikan kesan seakan muncul dari permukaan air dengan bentuk seperti kerang. Dengan adanya pilihan tempat makan yang dapat berpindah- pindah berbeda dapat menjadikan tempat makan ini memiliki keunikan tersendiri. Bangunan memiliki bangunan utama yang berfungsi sebagai retail makanan dan disediakan juga beberapa tempat makan dan juga memiliki bangunan pendukung sebagai pilihan tempat makan yang disebut pod perahu yang dimana berisi area makan, area pantry dan juga area memancing. Bangunan utama dilapisi kaca agar pandangan terbuka. Struktur utama didukung oleh elips baja lengkung dan diikat oleh plat lantai. Sedangkan bangunan pendukung dapat bergerak dengan bantuan panel surya dan digerakkan oleh generator.  
KANTOR UNTUK MILENIAL Albert Satyagraha; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4362

Abstract

Millennial generation is the generation of births from 1980 to 2000, which is currently 20 to 39 years old. Currently the millennial generation fills the second largest generation in Indonesia, which is 40% and will continue to grow in the future. Millennials are people who are easily bored in doing things, they like to move around. The average millennial has moved to 4 times in 10 years. This is a result of a work environment that does not match what they want. They do not like a formal and rigid work environment, where they have to spend time working by sitting at the computer for hours with a set amount of time. Millennials love the freedom to do things. They will try to make themselves as comfortable as possible in work without being bound by time and place. In addition, other influences that make them uncomfortable in their workplaces are the work done just that, without new things and challenges. In dealing with existing problems, we need to learn what millennial characteristics are like, then adjust to the system and work environment they need. Millennials need containers for them to work, which can make them feel comfortable and not feel depressed. This will make them feel work is not a demand and punishment, but a part of the life they live. AbstrakGenerasi millennial adalah generasi kelahiran sekitar tahun 1980 sampai dengan 2000, dimana pada saat ini berumur 20 sampai 39 tahun. Saat ini generasi millenial mengisi angkatan terbesar kedua di Indonesia, yaitu sebesar 40% dan akan terus bertambah ke depannya. Millennial adalah kaum yang mudah bosan dalam melakukan suatu hal, mereka  senang pindah-pindah kerja. Rata-rata millennial pindah kerja hingga 4 kali dalam 10 tahun.  Hal ini merupakan akibat dari lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan yang mereka inginkan. Mereka tidak menyukai lingkungan kerja yang formal dan kaku, dimana mereka harus menghabiskan waktu bekerja dengan duduk di depan komputer selama berjam-jam dengan waktu yang sudah ditentukan. Millenial menyukai kebebasan dalam melakukan sesuatu. Mereka akan berusaha membuat diri mereka senyaman mungkin dalam bekerja tanpa terikat tempat dan waktu. Selain itu, pengaruh lain yang membuat mereka tidak nyaman dalam tempat kerjanya adalah pekerjaan yang dilakukan itu-itu saja, tanpa adanya hal dan tantangan baru. Dalam menghadapi masalah yang ada, kita perlu mempelajari seperti apa karakteristik millenial terlebih dahulu, lalu menyesuaikan dengan sistem dan lingkungan kerja yang mereka butuhkan. Millenial membutuhkan wadah untuk mereka bekerja, yang dapat membuat mereka merasa nyaman dan tidak merasa tertekan. Hal ini akan membuat mereka merasa kerja bukanlah suatu tuntutan dan hukuman, melainkan bagian dari hidup yang dijalaninya. 
FASILITAS USAHA MAKANAN POST COVID Irene Winsome; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i1.10709

Abstract

Covid-19 pandemic, that hit the entire world population, has an impact on society. the transmission of the virus is done so fast forcing people not to interact with others and stay at home. This situation has led to changes in the way people live, the emergence of new lifestyles, and new habits such as physical distancing, work from home, and school from home. People are being forced to be able to adapt to very fast changes. To prevent virus transmission, the Jakarta Government has implemented “Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)”. This policy makes many activities paralyze, many businesses have closed, and laid off many workers from the formal and non-formal sectors. This situation causes an economic decline. The decline in society’s economy due to Covid-19 has encouraged people to be more focused on spending on basic needs while other consumption that is not a priority has decreased. Seeing the culinary business trends that have emerged during this pandemic, as well as the consumption behavior of generations Y and Z, this business needs to be facilitated to fulfill production and marketing activities. Food Service Facility facilitates and carry out activities related to the production, distribution, sale of food products. Food Service Facility accommodates culinary business start-ups, catering businesses, and other food entrepreneurs. With this Food Service Facility existence hoped can help to improve the economy Keywords: Covid-19; Culinary; Economy; Facility Abstrak Pandemic Covid-19 yang menyerang seluruh penduduk dunia memberikan dampak bagi masyarakat. Penyebaran virus Covid-19 yang sangat cepat memaksa masyarakat tidak saling berinteraksi dan berdiam diri di rumah. Hal ini menyebabkan berubahnya cara berhuni masyarakat, timbulnya gaya hidup baru, dan kebiasaan baru seperti physical distancing, work from home, dan school from home. Masyarakat dipaksa untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menekan penyebaran virus, pemerintah Jakarta memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dengan berlakunya kebijakan ini, banyak kegiatan dari masyarakat yang lumpuh, banyak usaha yang tutup, dan merumahkan banyak tenaga kerja dari sektor formal ataupun non formal. Hal ini menyebabkann turunnya ekonomi masyarakat. Perekonomian masyarakat yang turun karena adanya covid-19 mendorong masyarakat lebih memfokuskan pengeluaran pada kebutuhan pokok, sementara konsumsi lainnya yang tidak bersifat prioritas menurun. Melihat tren bisnis kuliner yang bermunculan saat pandemic ini, dan juga perilaku konsumsi generasi Y dan Z, maka usaha tersebut perlu difasilitasi dengan wadah yang dapat memenuhi kegiatan produksi, dan pemasaran. Fasilitas usaha makanan memfasilitasi dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan produksi, distribusi, dan penjualan. Fasilitas usaha makanan post covid-19 mewadahi start-up bisnis kuliner, usaha katering, dan wirausaha makanan lainnya. Dengan keberadaan fasilitas usaha makanan ini, diharapkan dapat membangkitkan ekonomi masyarakat.
WISATA EDUKASI IKAN SEBAGAI TEMPAT RUANG KETIGA Winanta Winanta; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8514

Abstract

AbstrakKehidupan pada daerah Jakarta utara penuh dengan aktivitas dan rutinitas keseharian dengan laut, karena sebagian besar masyarakat disana bekerja sebagai nelayan dan juga menjual hasil tangkapan dari laut. Jenis aktifitas wisata yang dapat dilakukan di Jakarta, lebih tepatnya di Jakarta utara yaitu wisata perairan antara lain yaitu renang, pemancingan, dayung perahu, olahraga air, dan perikanan wisata. Perikanan wisata adalah suatu pemanfaatan usaha perikanan sebagai obyek kunjungan wisata. Kegiatan perikanan wisata dapat berupa penangkapan ikan sebagai hobi (game fishing), pemancingan ikan sebagai hobi (sport fishing), berkunjung ke lokasi budidaya ikan hias yang dilengkapi dengan objek wisata berupa “display” ikan hias (ornamental fish). Tujuan proyek ini untuk mengedukasi masyarakat mengenai ikan dan meningkatkan kualitas sosial masyarakat. Program utama yang ditawarkan pada proyek ini terdapat area display aquarium sebagai edukasi ikan, dan juga penangkaran ikan untuk memberi perkembangbiakkan mengenai ikan, terdapat ruang santap terbuka untuk ruang makan yang disertai suasana ikan, serta dapat juga memancing ikan, dan area penunjang yaitu ruang auditorium sebagai edukasi dan juga tempat sosial bagi masyarakat untuk mengadakan acara maupun aktivitas sosial.Kata Kunci : arsitektur ; edukasi ; ikan ; sosial ; wisataAbstract Life in the North Jakarta area is full of activities and daily routines with the sea, because most of the people there work as fishermen and also sell their catch from the sea. Types of tourism activities that can be carried out in Jakarta, more precisely in North Jakarta, are water tourism, including swimming, fishing, rowing boats, water sports, and fishing tourism. Tourism fisheries are utilization of fishery business as an object of tourist visit. Tourism fishing activities can be in the form of fishing as a hobby (game fishing), fishing as a hobby (sport fishing), visit to an ornamental fish culture location that is equipped with an attraction in the form of "display" (ornamental fish). The aim of this project is to educate the public about fish and improve the social quality of the community. The main program offered in this project is the aquarium display area for fish education, and also fish breeding to provide reproduction about fish, there is an open dining room accompanied by the atmosphere of the fish, and can also fish fishing, and other supporting areas, is the auditorium as education and also a social place for the community to hold events and social activities. Keywords : architecture ; education ; fish ; social ; tourism
NESTER - WADAH REKREASI DAN KEBUGARAN Jesslyn Sulaiman; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 1 (2020): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i1.6756

Abstract

According to Ray Oldenburg Third Place, refers to the place where people spend time between home ('first place') and place of work ('second place'). One example of a third place is a recreation center. According to Daniel D. Mclean, recreation can include a very wide variety of activities, including sports. Sports recreation is a type of sport that is intentionally done for personal gain, for fun. Life in a big city, like Jakarta, which is full of activities and routines can cause boredom and mental stress on the community. Based on data from the International Labor Organization, total working hours in a week in Jakarta increased in 2016 with a total of 32 hours compared to total working hours in 2006 of 27 hours and based on research from the Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD), Indonesia was in position 3 with the country with the worst balance between work and life with a figure reaching 14.3%. According to a psychologist, Kartasasmita, M. Psi, work is the highest cause of stress on a person. With Jakarta's condition like that, needed a facility that can accommodate the recreational and fitness needs of the community in the form of Third Place. The aim of this project is to improve the quality of life of urban communities, in terms of physical and psychological health and fitness. The design method used is comparison which refers to the Place theory in Architecture according to Christian Norberg Schulz. The main programs offered in this project include a fitness area, sports studio, spa, sauna, hydrotherapy pool, jogging track, bicycle track, yoga & meditation park, and supporting areas such as sports retail and dining areas. AbstrakMenurut Ray Oldenburg tempat ketiga (Third Place), mengacu pada tempat di mana orang menghabiskan waktu antara rumah ('tempat pertama') dan tempat bekerja (tempat 'kedua'). Salah satu contoh tempat ketiga adalah pusat rekreasi. Menurut Daniel D. Mclean, rekreasi dapat mencakup berbagai kegiatan yang sangat luas, termasuk olahraga. Rekreasi olahraga merupakan jenis olahraga yang sengaja dilakukan untuk kepentingan pribadi, untuk bersenang-senang. Kehidupan di kota besar, seperti Jakarta yang penuh dengan aktivitas dan rutinitas dapat menimbulkan kejenuhan dan tekanan mental pada masyarakatnya. Berdasarkan data dari International Labour Organization, total jam kerja dalam seminggu di Jakarta meningkat pada tahun 2016 dengan total 32 jam dibandingkan dengan total jam kerja pada tahun 2006 yaitu 27 jam dan berdasarkan penelitian dari Organisation For Economic Co-Operation And Development (OECD), Indonesia berada di posisi 3 dengan negara yang paling buruk keseimbangan antara kerja dan kehidupan dengan angka mencapai 14,3%. Menurut seorang psikolog, Kartasasmita, M. Psi, pekerjaan merupakan penyebab stress tertinggi pada seseorang. Dengan kondisi Jakarta yang seperti itu, diperlukan sarana yang dapat mewadahi kebutuhan rekreasi dan kebugaran masyarakat berupa Third Place. Tujuan proyek ini untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan, dalam hal kesehatan dan kebugaran baik fisik maupun psikis tubuh. Metode desain yang digunakan yaitu komparasi yang mengacu kepada teori Place dalam Arsitektur menurut Christian Norberg Schulz. Program utama yang ditawarkan pada proyek ini terdapat area fitness, studio olahraga, spa, sauna, hydrotherapy pool, jogging track, bicycle track, yoga & meditation park, dan area penunjang seperti sport retail dan tempat makan. 
PUSAT KEGIATAN MANUFAKTUR BERSAMA Pascalis Arya; Budi Adelar Sukada
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4461

Abstract

Millennials are the dominant generation population in today's productive age. After conducting a study of this generation, one of the prominent characteristics of millennial is its interest in climate change and the environment. Another prominent characteristic is entrepreneurship as the fourth most important priority for millennials in the future. Current environmental issues are still a topic for discussion, especially the problem of plastic waste. According to data stated in the 2018 Indonesian Environment Statistics, DKI Jakarta produces 7,165.53-tonnes of waste in 2018. According to the DKI Jakarta Provincial Sanitation Office, organic waste, paper and plastic are the largest compositions produced with a percentage of each, 53.75 %, 14.92% and 14.02%. This shows that the use of plastic is still dominant in Jakarta. The Head of the DKI Jakarta Environment Agency also stated that the TPST Bantargebang will be full in 2011, so reducing the amount of waste is an urgency in Jakarta. Responding to this, the Shared Manufactory Hub, became a vessel to increase awareness of non-wasteful lifestyles and reduce waste, as well as awareness to use recycled materials. The Shared Manufactory Hub is also a place for millennials, individuals and communities, to collaborate in designing and building innovative products made from recycled plastic. Shared Manufactory Hub is located close to the DKI Jakarta Waste Bank as a supplier of raw plastic waste. This manufacturing center provides a variety of related facilities, ranging from idea search, design, production, to publication. The synergy between industry and manufacturing allows the development of manufacturing businesses to become easier because of the ease of obtaining the basic ingredients for making innovative products.AbstrakGenerasi milenial merupakan populasi generasi yang dominan di usia produktif saat ini. Setelah melakukan studi mengenai generasi ini, salah satu karakterisik yang menonjol dari milenial adalah minatnya terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Karakterisik yang menonjol lainnya adalah kewiraswastawan sebagai prioritas peringkat keempat terpenting bagi milenial di masa depan. Isu lingkungan saat ini masih menjadi topik hangat untuk dibicarakan, terutama masalah sampah plastik. Menurut data yang tertera pada Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018, DKI Jakarta memproduksi 7.165,53 ton sampah pada tahun 2018. Menurut Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, sampah organik, kertas dan plastik merupakan komposisi paling besar yang diproduksi dengan persentasi masing-masing, 53.75%, 14.92%, dan 14.02%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan plastik masih dominan di Jakarta. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta juga menyatakan bahwa TPST Bantargebang akan penuh pada tahun 2011, maka pengurangan jumlah sampah merupakan sebuah urgensi di Jakarta. Menanggapi hal tersebut, Pusat Kegiatan Manufaktur Bersama, menjadi sebuah wadah untuk meningkatkan kepedulian akan pola hidup yang tidak boros dan mengurangi sampah, serta kesadaran untuk memakai bahan daur ulang. Pusat kegiatan ini juga menjadi wadah bagi generasi milenial, individu maupun komunitas, untuk berkolaborasi dalam merancang dan membangun produk inovatif berbahan dasar plastik daur ulang. Pusat Kegiatan Manufaktur Bersama berlokasi dekat dengan Bank Sampah Induk DKI Jakarta sebagai supplier sampah plastik mentah. Pusat kegiatan manufaktur ini menyediakan berbagai macam fasilitas yang berhubungan, mulai dari pencarian ide, perancangan, produksi, hingga publikasi. Adanya sinergi antara industri dengan manufaktur memungkinkan pengembangan usaha manufaktur menjadi lebih mudah karena kemudahan memperolah bahan dasar pembuatan produk inovatif.