This study analyses the effects of Instagram use among university students in West Jakarta, with a focus on pornography issues. As a platform that prioritises visuals, Instagram has become a platform for social interaction. Using a qualitative approach and phenomenological methods, this study investigates how features such as stories, direct messages, and comments enable creative communication while also generating potential risks such as the emergence of explicit content. All of this indicates that Instagram is not only a communication platform but also a platform that shapes the norms, values, and social perceptions of its users. According to media ecology theory, this platform can create virtual communities and strengthen social networks, but it can also create problems such as social media pressure and a lack of face-to-face interaction. Wise use is necessary to maximise positive energy and minimise negative energy on Instagram. Not only that, Instagram's algorithm, which regulates content based on user preferences, is sometimes unable to filter out negative content. Penelitian ini menganalisis efek penggunaan media sosial instagram di kalangan mahasiswa/wi di Jakarta Barat, dengan fokus pada isu-isu pornografi. Sebagai platform yang mengedepankan visual, Instagram telah menjadi platform interaksi sosial. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi, penelitian ini menyelidiki bagaimana fitur-fitur seperti stories, direct message, dan comment memungkinkan komunikasi yang kreatif sekaligus menghasilkan potensi yang berisiko seperti munculnya konten eksplisit. Semua ini menunjukkan bahwa Instagram bukan hanya sebuah platform komunikasi tetapi juga sebuah platform yang membentuk norma, nilai, dan persepsi sosial pengguna instagam. Menurut teori ekologi media, platform ini dapat menciptakan komunitas virtual dan memperkuat jaringan sosial, tetapi juga dapat menciptakan masalah seperti tekanan di media sosial dan kurangnya interaksi tatap muka dan penggunaan yang bijak diperlukan untuk memaksimalkan energi positif dan meminimalkan energi negatif di instagram. Bukan hanya itu, algoritma Instagram yang mengatur konten berdasarkan preferensi pengguna kadang-kadang tidak bisa menyaring konten negatif.