Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kejadian Kaki Diabetik Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Faktor yang Berkontribusi Septi Kurniasari; Elly Nurachmah; Dewi Gayatri
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 3 (2008): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i3.213

Abstract

AbstrakKaki diabetik merupakan komplikasi yang sangat menakutkan bagi pasien DM karena risiko amputasi yang sangat tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian kaki diabetik pada pasien DM. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pengumpulan data secara cross sectional. Sampel sebanyak 136 pasien DM yang mempunyai kelainan bentuk kaki dan luka kaki. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan senam kaki, perawatan kaki, kepatuhan dalam pencegahan luka, kontrol gula darah, pengetahuan, dan diet dengan kejadian kaki diabetik. Analisis multivariat menunjukkan hanya ada 3 variabel yang merupakan faktor paling berkontribusi yaitu senam kaki, kepatuhan dalam pencegahan luka, dan pengetahuan. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah melakukan konseling dan senam diabetes secara rutin. AbstractFoot problems in diabetes is one the most frightening complications for diabetic patients because of the possibility of amputation. The purpose of this study was to analyze the factors which contribute to foot problems. This research was an analytic descriptive research with cross sectional method design. The sample used for this study was 136 diabetic patients who suffered from foot problems or deformities. The result from bivariate analysis showed that there was a relationship between foot exercise, foot care, compliance in preventing foot injury, control of blood glucose level, patient’s knowledge, and diet with the incidence of foot problems. Whilst the multivariate analysis showed there were only 3 variables which contributed to this incidence. They were foot exercise, compliance in preventing foot injury and patient’s knowledge. This study recommended to have a routine counseling and diabetic exercise regulary.
Pengaruh Pemberian Teknik Range Of Motion (Rom) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragic (Snh) Herlina; Fajar Yudha; Septi Kurniasari; Yoga Nicolas Pradipta
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : STIKes IMC Bintaro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction Stroke sufferers can recover completely if treated within the first 6 hours (the golden period), but if it is too late, long-lasting disability or physical weakness can occur. To reduce the sequelae of stroke, in addition to being done with physiotherapy, ROM (Range of Motion) exercises can be done. The ROM technique is a series of simple exercises to increase muscle strength. The purpose of this study was to determine the effect of giving the ROM technique on the muscle strength of stroke patients. Quasi-experimental research design pre and post test design with a total sample of 26 people and purposive sampling technique. Data were collected using observation sheets and univariate and bivariate data analysis. The results showed that before the ROM intervention most of the SNH patients with "Slightly Bad" (score 2) and "Medium" (score 3) each were 12 people (50%), after the ROM intervention the muscle strength mostly became "Good". ” (score 4) as many as 15 people (62.5%). The results of the Paired t-Test statistical analysis obtained a value of p = 0.000 (p 0.05), meaning that there was an effect of giving the ROM technique on muscle strength in SNH patients in the Flamboyant Room of Mardi Waluyo Hospital, Metro Lampung.
Pengaruh Pemberian Teknik Range Of Motion (Rom) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragic (Snh) Herlina; Fajar Yudha; Septi Kurniasari; Yoga Nicolas Pradipta
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro Vol 6 No 1 (2023): Jurnal Kesehatan STIKes IMC BINTARO
Publisher : STIKes IMC Bintaro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63448/pcdw9m09

Abstract

Pendahuluan Penderita stroke dapat sembuh sempurna bila ditangani dalam waktu 6 jam pertama (golden periode),namun apabila terlambat dapat terjadi kecacatan atau kelemahan fisik yang berlangsung lama. Untuk mengurangigejala sisa stroke, dapat dilakukan dengan fisioterapi adalah latihan ROM. Latihan Range of Motion (ROM)merupakan rangkaian latihan sederhana untuk meningkatkan kekuatan otot. Selama perawatan kadang latihan ROMjarang dinilai keefektifannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan pemberian teknik ROMterhadap kekuatan otot pasien Stroke. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen pre dan post test design.jumlah sampel 26 orang dan teknik accidental sampling. Pengambilan data menggunakan lembar observasi dananalisis data secara univariat dan bivariat. Hasil analisis penelitian menunjukkaan sebelum intervensi ROM sebagianbesar dengan kekuatan otot Sedikit Buruk (skor 2) dan Sedang (skor 3) masing-masing sebanyak 12 orang (50%),setelah intervensi ROM kekuatan otot sebagian besar menjadi Baik (skor 4) yaitu sebanyak 15 orang (62,5%).Berdasarkan analisis statistik menggunakan Paired t-Test diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), artinya terdapatpengaruh pemberian teknik Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien Stroke Non Hemoragik(SNH) di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro Lampung
Hubungan Kepatuhan Konsumsi Obat Anti Epilepsi dengan Kejadian Kekambuhan Kejang pada Pasien Epilepsi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2024 Dina Nur Efrilia; Fitri Anita; Septi Kurniasari
Sci-tech Journal Vol. 3 No. 2 (2024): Sci-Tech Journal (STJ) In Press
Publisher : MES Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56709/stj.v3i2.486

Abstract

Epilepsi merupakan suatu penyakit yang terjadi pada sistem neurologis yang ditimbulkan karena adanya aktivitas listrik yang abnormal pada otak dengan ditandai gejala berupa kejang berulang. Pengobatan utama yang diberikan kepada pasien epilepsi adalah OAE (obat anti epilepsi) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang. Pengobatan menggunakan OAE digunakan dalam jangka waktu panjang. Lamanya pengobatan dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepatuhan konsumsi OAE dengan kejadian kekambuhan kejang pada pasien epilepsi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2024. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional yang dilaksanakan di Poliklinik Saraf. Tehnik pengambilan Sampling pada penelitian ini adalah Purposive yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Sampel pada penelitian ini sebanyak 86 orang responden. Instrumen yang digunakan untuk kepatuhan konsumsi obat berupa kuesioner ARMS (Adherence Refill Medication Scale) dengan 2 tingkatan yaitu patuh dan tidak patuh. Kejadian kejang diperoleh dari hasil wawancara pasien ada atau tidaknya kejang selama sebulan terakhir. Penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu uji Chi-Square.Hasil penelitian dari 86 responden didapatkan 54 responden (62,8%) patuh dalam mengkonsumsi OAE dan 49 (57,0%) responden tidak mengalami kejang. Berdasarkan hasil yang didapat yaitu p-value 0,000 (p<0,05) yang berarti Ho ditolak, sehingga disimpulkan bahwa adanya hubungan kepatuhan konsumsi OAE dengan kekambuhan kejang. Saran dari peneliti untuk responden dan keluarga serta petugas kesehatan adalah dapat dijadikan tambahan informasi mengenai faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan kejang dan petugas kesehatan dapat menyusun strategi pencegahan dan penanggulangan kekambuhan kejang pada pasien epilepsi.