Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PELAKSANAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA DI KELAS V SD NEGERI 2 RIDGE I BIAK PAPUA TAHUN AJARAN 2016/2017 Rosdianah Rosdianah; Patma Tuasikal
INVENTA: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Inventa Maret 2018
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.107 KB) | DOI: 10.36456/inventa.2.1.a1626

Abstract

Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri 2 Biak pelaksanaan model pembelajaran Tipe Make A Match mampu meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), namun kenyataan dilapangan menunjukan bahwa peserta didik cenderung diam jika diberi pertanyaan. Karena model pembelajaran yang dilaksanakan selama ini kurang variatif, hanya bersifat konvensional pada setiap pembelajaran, serta kurang penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang inovatif, sehingga model yang digunakan guru mata pelajaran IPA berorientasi pada model ekspositori, yaitu hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan latihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Model pembelajaran Cooperatif Tipe Make A Match dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Biak tahun pelajaran 2016/2017 di Kecamatan Samofa, Kabupaten Biak_Numfor .Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Populasi dan Sampel penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPA dengan teknik random sampling yang berjumlah 3 guru Mata Pelajaran IPA dan 27 Responden siswa Kelas V SD Negeri 2 di tambah 1 orang wali kelas. Data penelitian dikumpulkan melalui metode teknik observasi, angket, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan deskriptif kualitatif dengan yaitu. Display data, analisa data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan model Cooperative Learning Tipe Make A Match minat belajar siswa cukup baik yang dilihat berdasarkan Jawaban Responden 27 Siswa yang menunjukan bahwa Pelaksanakan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match meningkatkan minat belajara siswa pada Mata pelajaran IPA, yang dilihat berdasarkan kerjasama antara kelompok dan terciptanya kemandirian. Adapun faktor pendorong dan penghambat dalam pelaksanaan model Cooperative Learning Tipe Make A Match bersifat faktor ekternal dan internal, ekternal berkaitan dengan Kompetensi guru, penggunaan model yang tepat sesuai materi pembelajaran sedangkan internal berkaitan dengan kematangan siswa yaitu mentalnya, selalu melakukan latihan serta motivasi dari dalam diri serta lingkungan dan keluarga.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE STAY ONE STRAY (TSOS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 023 PULAU KIJANG KECAMATAN RETEH Rosdianah Rosdianah
JURNAL PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33578/pjr.v3i2.7070

Abstract

The purpose of this study was to improve student learning outcomes by applying the Type Three Stay One Stray (TSOS) Cooperative Learning Model. This research was conducted at 023 Public Primary School Pulau Kijang, Reteh District. This research is a classroom action research which consists of two cycles. Each cycle consists of action planning, action, observation and reflection. The results of the study show, seen from the initial data, students who completed as many as 6 people with a class average of 65. In the first cycle, there was an increase of an average of 71.3 and in the second cycle there was an increase with a class average of 86.4. Then there is an overall increase from the basic score to the second cycle of 21.4. while the number of students who completed in the first cycle were 9 people with a percentage of 64.2%, in the second cycle as many as 12 people with a percentage of 85.7%. the increase in the percentage of completeness from the basic score to the second cycle was 42.9%.
PENERAPAN POHON PELACAKAN DALAM MENCARI LINTASAN YANG DAPAT DILALUI OLEH SEEKOR SEMUT PADA BIDANG KARTESIAN DENGAN METODE BREADTH FIRST SEARCH Rosdianah Rosdianah
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer) Vol 3, No 1 (2016): Februari 2016
Publisher : STMIK Budi Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30865/jurikom.v3i1.52

Abstract

Pohon Pelacakan adalah suatu metode pelacakan yang dapat diterapkan untuk mencari solusi pada bidang ilmu Artificial Intelligence (AI). Salah satu contoh persoalan AI yang memerlukan penerapan pohon pelacakan adalah dalam pencarian lintasan yang dapat dilalui oleh seekor semut melalui bidang kartesian. Bidang Kartesian merupakan sistem dua dimensi sistem koordinat yang terdiri dari dua salib sumbu yang saling tegak lurus. Pencarian dimulai dari posisi awal semut sebagai node akar, selanjutnya metode BFS mencari solusi dengan mengembangkan node akar ke level-level berikutnya, semua pergerakan yang memungkinkan, tidak melanggar ketentuan dan syarat serta menghasilkan kondisi baru yang dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Pencarian berakhir apabila tidak ada lagi node atau kondisi baru yang dapat dikembangkan. Semua node yang merupakan posisi tujuan merupakan solusi. Hasil penelitian ini adalah sebuah perangkat lunak dapat digunakan untuk bermain ‘Permainan Semut Mencari Permen’ pada sebuah komputer. Kata Kunci : Pohon Pelacakan, Bidang Kartesian, Metode Breadth First Search.
Edukasi Gizi Pengaturan Pola Makan dan Gizi Seimbang Untuk Pencegahan Gangguan Menstruasi Pada Remaja di SMA 10 Bontoramba Kab Jeneponto Irmawati.S; Rosdianah Rosdianah; Syamsur Yanita; Nurul Ikawati
jurnal ABDIMAS Indonesia Vol. 2 No. 2 (2024): Juni : Jurnal ABDIMAS Indonesia
Publisher : STIKes Ibnu Sina Ajibarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59841/jurai.v2i2.1107

Abstract

Dysmenorrhea is pain in the lower abdomen that occurs before or during menstruation, often accompanied by symptoms such as sweating, headache, nausea, vomiting, and shaking. The negative impacts of primary dysmenorrhea in teenagers are academic decline, loss of concentration, and not attending class. One of the causes of dysmenorrhea is lack of knowledge about the cause of menstrual disorders such as unbalanced nutritional intake. The solution to increase this knowledge is by providing nutrition education about balanced diet and nutrition. All community partnership program activities consisting of counseling, discussion, and evaluation which are conducted online. The measurement of success was carried out by distributing a pre-posttest questionnaire about knowledge of balanced diet and nutrition using the google form. The results of the pretest showed that only 22% of teenagers had good knowledge. After being given education, it showed an increase in knowledge of 75%.
Pencegahan Stunting Melalui Penyuluhan Pemberian Makanan Tambahan pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bontomangape, Kabupaten Takalar Rosdianah Rosdianah; Irmawati.S; Maria ana Marlina; Eka Wardani
Compromise Journal Community Proffesional Service Journal Vol. 2 No. 3 (2024): Compromise Journal: Community Professional Service Journal
Publisher : LPPM STIKES KESETIAKAWANAN SOSIAL INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57213/compromisejournal.v2i3.299

Abstract

Stunting is a problem that is increasingly found in developing countries, including Indonesia. According to the United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), one in three children is stunted. The aim of this community service activity is to provide additional food to children under five. The method used was lectures and questions and answers to mothers about eating tambhana. This activity was carried out in the Bonomangape Village Office Room, Takalar Regency on June 10 2024, which was attended by 12 mothers who have toddlers. The results of supplementary feeding activities using leaflets and plipcharts on supplementary feeding behavior showed that only 4 people (33.33%) had good knowledge in the pre-test knowledge, and after education and mentoring, then a post-test was carried out, those who had good knowledge increased to 10 people (83.33%) so that by providing education and mentoring will increase motivation and change behavior in providing additional food to toddlers