Zulkarnen Zulkarnen
Universitas Al Azhar Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Budaya Timur Tengah Pasca Arab Spring (Analisis Deskriptif Budaya Arab) Zulkarnen Zulkarnen
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.413 KB) | DOI: 10.36722/sh.v4i2.260

Abstract

Abstrak - Musim Semi Arab adalah fenomena yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang timbul dari dinamika sosial yang menginginkan orde baru yang dapat mengubah keadaan suatu negara dalam bentuk protes atau pemberontakan yang dilakukan oleh pro-demokrasi di Timur Tengah dan Afrika Utara melawan rezim otoriter di wilayah yang dimulai sekitar tahun 2010 hingga 2011. Dalam studi Budaya Arab bukanlah fenomena baru di Timur Tengah, karena Hitti (2006) mengatakan bahwa budaya Arab egaliter dan geografi gurun tandus khas adalah faktor yang membentuk karakter dan kepribadian utama yang keras dan pantang menyerah. Analisis deskriptif tentang pendekatan kualitatif terhadap budaya Arab fenomena Musim Semi Arab sangat langka sehingga, penulis berharap tulisan ini bisa menggambarkan studi budaya Arab dalam fenomena Musim Semi Arab. Orde baru yang merupakan harapan utama dinamika sosial masih jauh dari harapan, sehingga dalam tulisan ini penulis memberikan alternatif untuk pembentukan sebuah teori berbasis masyarakat regional dan berbasis masyarakat masyarakat Arab pasca Islam. Kata Kunci – Arab Spring, Dinamik, Budaya, Arab Abstract - Arab Spring is a phenomenon that occurs in the countries of the Middle East arising from a social dynamic who want a new order that can change the state of a country in the form of protest or rebellion committed by the pro-democracy in the Middle East and North Africa against authoritarian regimes in the region that started around the year 2010 up to 2011. In the Arab Cultural studies is not a new phenomenon in the Middle East, because Hitti (2006) says that Arab culture egalitarian and typical barren desert geography is a factor which form the main character and personality are hard and unyielding. Descriptive analysis of the qualitative approach to the Arab culture of the Arab Spring phenomenon is so rare that, the author hopes this paper can describe the Arab culture studies in the phenomenon of the Arab Spring. New order which is the main hope of social dynamics is still far from the hope, so in this paper the authors provide an alternative to the establishment of a regional and community based theory of post-Islamic Arab society institutions. Keywords - Arab Spring, Dynamics, Culture, Arab
Budaya Struktur Pemerintahan Republik Islam Iran Zulkarnen Zulkarnen
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.243 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i1.194

Abstract

Abstrak - Kelahiran Republik Islam Iran tidak lepas dari peran Ayatollah Imam Khomeini, pemimpin spiritual ulama, sekaligus pemimpin politik yang sangat dihormati di Iran. Imam Khomeini adalah salah satu tokoh terpenting di balik revolusi Iran dan kelahiran Republik Islam Iran. Karena perannya dalam memimpin revolusi Iran bahwa Imam Khomeini ditunjuk sebagai Pemimpin Revolusi Islam, sebagaimana tercantum dalam konstitusi Iran yang disahkan pada bulan Desember 1979. Salah satu gagasan paling menonjol dalam pemikiran politik Imam Khomeini adalah idenya tentang Wilayatul Faqih (tata kelola faqih) yang pada dasarnya menuntut kepemimpinan pada umumnya, termasuk kepemimpinan politik, harus berada di tangan yang terpercaya. Pemikiran politik Imam Khomeini tentang Wilayatul Faqih yang menjadi bagian terpenting dalam struktur politik Republik Islam Iran adalah menekan imamah yang didefinisikan sebagai kepemimpinan religius dan politis serta dilakukan oleh faqih.  Wilayatul faqih merupakan kelanjutan dari doktrin Imamah dalam teori politik Syiah khususnya Shia Imami. Struktur ini bukanlah ide baru dalam pemikiran kalangan Syi'ah. Imam Khomeini yang kemudian mengembangkan dan mempraktikkan wilayatul faqih ke dalam sistem pemerintahan modern Iran. Dalam menerapkan gagasannya, Imam Khomeini berhasil menggabungkan struktur pemerintahan religius dengan institusi demokrasi. Namun, Imam Khomeini memiliki definisi demokrasi yang berbeda dengan demokrasi murni dan demokrasi liberal. Dia mengatakan bahwa kebebasan demokratis harus dibatasi dan kebebasan yang diberikan harus dilakukan dalam batas-batas hukum Islam. Meski demikian dapat dikatakan bahwa konsep Wilayatul faqih merupakan salah satu varian demokrasi. Dalam konsep keseimbangan dan mekanisme penyelarasan (checks and balances) ini harus berjalan, meski lembaga tersebut berada di bawah kewenangan wali faqih. Menurut Imam Khomeini tanpa pengawasan Wilayatul faqih, pemerintah akan lalim. Jika peraturan tersebut tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan jika Presiden dipilih tanpa arahan faqih, peraturan tersebut tidak berlaku. Sistem pemerintahan Republik Islam Iran dapat diklasifikasikan ke dalam sistem demokrasi agama, apapun istilahnya diberikan; baik istilah "Teo-Demokrasi" Maududi, "Theistic Democracy" Moh. Natsir "Islamo-Demokrasi" Nurcholis Madjid, Demokrasi, Islam atau apapun yang mencapnya pada dasarnya sama. Sebagai konsekuensi logis, Implikasi struktur gagasan Khomeini tentang demokrasi Islam adalah model dan bentuk pemerintahan alternatif yang bisa menjadi referensi bagi negara-negara Muslim lainnya di masa depan. Kata Kunci – Wilayatul Faqih, Implementasi, Sistem, Struktur Abstract-The birth of the Islamic Republic of Iran can not be separated from the role of Ayatollah Imam Khomeini, a cleric's spiritual leader, as well as a highly respected political leader in Iran. Imam Khomeini was one of the most important figures behind the Iranian revolution and the birth of the Islamic Republic of Iran. Because of its role in leading the Iranian revolution that Imam Khomeini was appointed as Leader (leader) of the Islamic revolution, as listed in the Iranian constitution which was passed in December 1979.One of the most prominent ideas in the political thought of Imam Khomeini was his idea about Wilayatul Faqih (governance of the faqih) which basically calls for leadership in general, including political leadership, should be in trusted hands. Imam Khomeini's political thinking about Wilayatul Faqih who became the most important part in the political structure of the Islamic Republic of Iran is putting pressure on the Imamat which is defined as a religious and political leadership as well as carried by the faqih. Wilayatul faqih is a continuation of the doctrine of Imamat in Shi'i political theory in particular Shia Imami. This structure is not a new idea in the thinking among the Shi'a. Imam Khomeini who later develop and practice Wilayatul faqih into Modern Iranian system of government.In applying his ideas, Imam Khomeini succeeded in combining the religious government structure with democratic institutions. However, Imam Khomeini has a different definition of democracy with pure democracy and liberal democracy. He said democratic freedoms should be restricted and the freedom granted shall be exercised within the limits of Islamic law. Nevertheless it can be said that the concept Wilayatul faqih is one variant of democracy. In this concept of balance and alignment mechanisms (checks and balances) must be running, although the institution is located under the authority of guardians faqih. According to Imam Khomeini without the supervision of Wilayatul faqih, the government will be despotic. If the rule is inconsistent with God's will and if the President shall be elected without the direction of a faqih, the rule is not valid. System of government of the Islamic Republic of Iran can be classified into a religious democratic system, whatever the term is given; either the term "Teo-Democracy" Maududi, "Theistic Democracy" Moh. Natsir "Islamo-Democracy" Nurcholis Madjid, Democracy, Islam or anything that labeled him basically the same. As a logical consequence, Implications of the structure of Khomeini's notion of Islamic democracy is a model and an alternative form of government that could be a reference for other Muslim countries in the future.  Keyword - Wilayatul Faqih, Implementation, System, Structure
Deskripsi Pranata Masyarakat Arab dalam Film “Kingdom Of Heaven” Zulkarnen Zulkarnen; Aliudin Mahyudin; Febry P Y; Vanny Rahmi Putri; Ririn Widiyastuti
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 4 (2016)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.398 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i4.225

Abstract

Abstrak - Penelitian ini membahas mengenai “Kingdom of Heaven” yang merupakan film yang digarap oleh industri perfilman Hollywood yang menceritakan sejarah umat manusia yang pernah terjadi di abad ke-11. Perkembangan situasi di Palestina yang belum juga memperoleh titik damai antara Palestina dan Israel, menjadi titik awal mengapa perindustrian Hollywood memproduksi sebuah film untuk mengingatkan kembali akan sebuah jalan sejarah  yang pernah ditempuh oleh Palestina. Tim peneliti mencoba memberikan tambahan dan juga analisis kritis dari film “Kingdom of Heaven” yang diharapkan dapat dijadikan bahan kajian guna terciptanya rekayasa sosial dari tatanan baru yang damai di bumi Palestina. Penelitian ini terbatas pada analisis pranata masyarakat dan masih memerlukan kajian budaya khususnya sub pranata sosial lainnya yang belum dianalisis, sehingga dapat memberikan sumbangsih yang dapat mendukung dalam memberikan gambaran yang utuh akan rekayasa sosial yang diharapkan dapat diimplementasikan guna terciptanya Yerusalem yang damai. Penelitian ini juga mendeskrpsikan figur Shalahuddin yang tidak ditemukan atau masih sangat minim digambarkan dalam film ini. Perlu kiranya sebagai saran dari penelitian ini agar penelitian budaya harus terus ditingkatkan, khususnya studi kawasan Timur Tengah yang sampai hari ini masih jauh dari kedamaian dan sedang mencari format rekayasa sosial yang mendukung terciptanya situasi dan budaya masyarakat yang kondusif. Industri perfilman hendaknya dapat lebih mengeksplor lagi sumber-sumber sejarah yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah film non-fiksi, sehingga penonton dapat mengambil manfaat setelah menyaksikannya karena film hari ini menjadi media yang sangat potensial dalam menyampaikan sebuah pesan.  Kata Kunci – Palestina, Kerajaan, Surga, Islam, Salib Abstract - This study discusses "Kingdom of Heaven" which is a film produced by the Hollywood film industry that tells the history of mankind that has ever happened in the 11th century. The development of the situation in Palestine isn’t yet to gain a point of peace between Palestine and Israel it became the starting point of why industrial Hollywood produced a film for recalling the history has that taken place by the Palestinians. The researcher to provide an additional and critical analysis of the film "Kingdom of Heaven" that is expected to be used as study materials for the creation of social engineering for a new order of peace in Palestine. This study is limited to the analysis of public institutions and still needs research in culture, especially sub social institutions that have not been analyzed, so as to contribute support that provides a complete picture of the social engineering which is expected to be implemented in order to create a peaceful Jerusalem. The study also describes Saladin’s figure that cannot be found or is still portrayed minimally in this film. We should also bear as a suggestion from this study that the culture research should be improved, especially the study of the Middle East are region to this day which is still far from peace and are still looking for a format that supports the creation of a conducive social engineering and cultural situation. The film industry should also be able to further explore more historical sources used as a basis for making non-fiction films, so that the audience can benefit after seeing the movie. Because films today become a potential media in conveying a message.  Keywords - Palestina, Kingdom, Heaven, Islam, Salib
Diaspora Masyarakat Keturunan Arab di Jakarta Zulkarnen Zulkarnen
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.01 KB) | DOI: 10.36722/sh.v4i3.270

Abstract

Abstrak - Diaspora adalah penyebaran orang dari satu negara asli ke negara lain (Cambridge Dictionary, 2017), sementara Sujatmiko (2014: 55) memberikan definisi yang sedikit berbeda dengan menyebutnya sebagai istilah yang mengacu pada bangsa atau penduduk etnis yang dipaksa atau dipaksa untuk meninggalkan tanah air tradisional etnik; penyebaran mereka di berbagai belahan dunia; dan perkembangan yang telah dihasilkan karena budaya dan penyebarannya. Masyarakat Arab menjunjung tinggi peraturan dan menjalankannya sama seperti menjalankan perintah Tuhan dan yang memecahnya berarti menghina Garda Tertinggi (Hitti, 2010), ini menjadi dasar studi budaya Arab di mana konsep masyarakat egalitarian dan geografi tandus dengan gurun khas merupakan faktor utama. Dalam membentuk karakter dan kepribadian yang keras dan pantang menyerah. Setelah melakukan Diaspora ke Indonesia khususnya di Jakarta, terjadi beberapa hal menarik untuk dipelajari secara kultural sehingga dalam penelitian ini terbatas pada penyebab diaspora, pemetaan permukiman mereka, dan pelestarian budaya mereka di Jakarta. Studi ini akan melakukan beberapa langkah untuk menyiapkan data awal yang akan digunakan untuk berbagai studi budaya melawan masyarakat keturunan Arab oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu dan mempermudah masyarakat dalam membaca, mengeksplorasi, dan memahami masyarakat keturunan Arab dan mengungkapkan banyak sisi budaya mereka yang kaya akan filsafat esensial.Kata Kunci – Diaspora, Arab, BudayaAbstract - Diaspora is the spreading of people from one original country to other countries (Cambridge Dictionary, 2017), while Sujatmiko (2014: 55) gave slightly different definition by calling it as a term that refers to nation or forced or encouraged ethnic population to leave their traditional ethnic homeland; their deployment in various parts in the world; and the development that has been generated because of their culture and deployment. Arab society upholds the rules and runs it as same as runs God’s command and who break it means insulting The Supreme Guard (Hitti, 2010), it becomes fundamental of Arab culture study where egalitarian society concept and barren geography with desert typical are a major factor in shaping loud character and personality and unyielding. After doing Diaspora to Indonesia especially Jakarta, it happened several interesting things to be culturally studied that in this study is limited in the cause of diaspora, mapping of their settlement, and the preservation of their culture in Jakarta. The study will do several steps preparing an initial data that will be utilized to various culture studies against society of Arab descendant by any interested parties. It is expected the result of the study can help and make easier the people in reading, exploring, and understanding the society of Arab descendant and reveal many of their culture sides that rich in essential philosophy.Keywords - Diaspora, Arab, Culture
Belajar Kemahiran Berbahasa Asing Mahasiswa Fakultas Sastra Melalui Aktifitas dan Program Kerja Organisasi Kemahasiswaan (Studi Analisis Program Kerja Organisasi Mahasiswa) Faisal Hendra; Zulkarnen Zulkarnen
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 4 (2016)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.446 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i4.223

Abstract

Abstrak - Penelitian ini berjudul, Belajar Kemahiran Berbahasa Asing  Mahasiswa Fakultas Sastra Melalui Aktifitas dan Program Kerja Organisasi Kemahasiswaan (Studi Analisis Program Kerja Organisasi Mahasiswa). Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana tingkat partisipasi dan keikutsertaan mahasiswa Fakultas Sastra yang tergabung dalam organisasi mahasiswa dalam menjalankan program kerja organisasi mereka berbasis kemahiran berbahasa yang diopelajari di Fakultas Sastra. Penelitian ini bersifat kualitatif, dari hasil yang diperoleh, peneliti menganalisa dan menarasikan data-data yang didapatkan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, Fakultas Sastra UAI dalam membina organisasi kemahasiswaan mahasiswa sudah melakukan pembinaan dengan baik, walaupun masih perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Konsep kekeluargaan menjadi dasar pengelolaan organisasi di FS. Program kerja yang dibuat dan dilaksakan oleh organisasi kemahasiswaan ada yang sudah menunjang proses pembelajaran kemahiran berbahasa, ada juga yang tidak.  Masih perlu ditingkatkan lagi bentuk dan pengelolaan program kerjanya. Untuk partisipasi, keaktifan dan keikutsertaan mahasiswa Fakultas Sastra yang tergabung dalam organisasi dalam mengelola organisasi mereka masih beragam. Tingkat partisipasi mereka dimasing-masing organisasi berbeda, ada yang kecil ada juga yang sudah masuk kategori baik. Kata kunci - Kemahiran Berbahasa, Aktifitas, Program Kerja, Organisasi Kemahasiswaan Abstract - This study entitled, Learning Proficiency in Foreign Language for Students Faculty of Letters through Activities and Student organization’s Work Program (the Analyzation within the Student Organization’s work program). This research was conducted to see how far the participation and involvement of students in Faculty of Letters, those who joined in the student’s organization, in running their organization work program based on the language proficiency studied in the Faculty of Letters. This research is qualitative. It has conducted by the researcher’s analyzation and narration from the data obtained. The results of the research shows that, UAI Faculty of Letters have done good coaching in fostering it student organizations, although it still needs improvement in its quality and quantity.The concept of kinship becomes the basis of organizational management in FS. The student organization has created work programs. Some of the work program that has been implemented by the student organizations supported the learning process language skills, yet some others are not. The student organization still needs to improve the form and management of the work program. The students in Faculty of Letters conduct their participation (in term of being active and cooperative within working on the work program) diversely. Some shows very little effort of participation in the work program, and others shows very good effort of participation. Keywords - Language Skills, Activities, Work Program, Student Organization