Marietta Shanti
Faculty of Medicine Universitas Padjajaran, Bandung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit Pada Anak Sehat Usia 10-14 Tahun Di Bandung dan Hubungannya dengan Panjang Tungkai Lindawati, Lindawati; Shanti, Marietta; Damiati, Tri
Jurnal Kedokteran Vol 5 No 3 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Uji jalan 6 menit (6MWT) merupakan uji latih submaksimal, dengan variabel utama yang diukur adalah jarak tempuh dalam 6 menit. Jarak tempuh 6 MWT akan dipengaruhi oleh kecepatan jalan yang akan meningkat seiring dengan pertumbuhan anak, terutama disebabkan karena peningkatan panjang langkah. Pertambahan panjang tungkai akan memengaruhi pertambahan panjang langkah. Metode: deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Hasil: Jarak tempuh 6MWT di lintasan 15 meter pada anak laki-laki usia 10, 11, 12, 13 dan 14 tahun adalah 485,5 (395-585) m, 521 (432-660) m, 524 (431-694,2) m, 560 (449-675) m, dan 540 (439-664,5) m. Jarak tempuh 6MWT pada lintasan 15 meter untuk anak perempuan usia 10, 11, 12, 13, dan 14 tahun adalah 497 (353-742) m, 553 (420-662) m, 559 (428,1-658) m, 551,3 (373-685) m, dan 545,6 (464-600) m. Panjang tungkai berkorelasi bermakna dengan jarak tempuh 6MWT (p<0,001). Berdasarkan uji regresi didapatkan rumus prediksi jarak tempuh 6MWT untuk anak sehat usia 10-14 tahun pada lintasan 15 m yaitu 6,872 x panjang tungkai (cm). Kesimpulan: Panjang tungkai memiliki korelasi dengan jarak tempuh 6MWT, dan dapat digunakan untuk memprediksi jarak tempuh 6MWT pada anak sehat usia 10-14 tahun di lintasan 15 m.
Peningkatan Kemampuan Berjalan dan Energy Expenditure pada Palsi Serebral yang Menjalani Latihan Penguatan dengan Metode Periodisasi Sari, Dian Marta; Shanti, Marietta; Hilmanto, Dany
Majalah Kedokteran Bandung Vol 49, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v49n1.987

Abstract

Pada tahun 2014, Bandung memiliki angka kasus demam dengue (DD) tertinggi dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Upaya pengendalian DD telah dilaksanakan sejak beberapa dekade yang lalu. Salah satu upaya adalah dengan mengeliminasi tempat perkembangbiakan nyamuk melalui peran serta masyarakat. Penelitian ini bertujuan menilai partisipasi masyarakat Kota Bandung dengan mengetahui tempat-tempat perkembangbiakan Aedes aegypti baik di dalam maupun di luar rumah. Sampling dilakukan di 16 kelurahan di Kota Bandung yang telah dipilih berdasar atas angka kejadian DD, kepadatan penduduk, ketinggian permukaan, dan status sosial-ekonomi periode 2015. Populasi penelitian adalah rumah-rumah yang terdapat di 16 kelurahan tersebut. Jumlah sampel penelitian ini adalah 1.983 rumah yang merupakan perwakilan dari tiap kelurahan. Sampling jentik dilakukan pada berbagai tempat penampungan air, baik penampungan alami maupun buatan di sekitar pemukiman penduduk. Jentik yang ditemukan dimasukkan ke dalam wadah dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dan dihitung jumlahnya. Hasil menunjukkan tempat perkembangbiakan nyamuk yang paling dominan adalah bak mandi (50%), talang air (24%), dan dispenser (15%). Data entomologi diperoleh hasil House index (HI) 24%, Container index (CI) 12%, dan Breteau index (BI) 36%. Hasil tersebut menunjukkan masih kurangnya peran serta masyarakat untuk mencegah DD dengan membasmi tempat perkembangbiakannya dan Kota Bandung masih berpotensi untuk terjadi penyebaran penyakit DD. [MKB. 2016;49(1):42–7]Kata kunci: Aedes aegypti, Bandung, demam dengue, tempat perkembangbiakan, partisipasi masyarakat Community Participation on Vector Control Based on Aedes aegypti’s Breeding Sites in BandungIn 2014, Bandung has the highest number of Dengue Fever cases of 27 districts and cities in West Java. Dengue Fever control efforts have been implemented for several decades. One of the efforts is the eradication of the vector breeding site with community participation. The aim of this study was to assess community participation by identifying Aedes aegypti’s breeding sites, both indoor and outdoor, in Bandung area. Sampling was conducted on houses in 16 villages throughout Bandung area. The sampling points were selected according to the Dengue Fever event number, population density, height, and socio-economic status. The total sample points were 1983 houses. Larvae from sample points were collected from various water containments, both natural and manmade, around the settlement. The larvae samples were then brought to the laboratory to be identified and counted. Results indicated the dominant breeding sites were bathtub (50%), gutter (24%), and dispenser (15%). Entomological survey resulted in 24% HI, 12% CI, and 36% BI. This indicates the lack of community participation in preventing DF by eradicating vector’s breeding sites and Bandung is still potential for DF outbreak. [MKB. 2016;49(1):42–7]Key words: Aedes aegypti, Bandung, breeding site, dengue fever, community pasticipation 
REHABILITASI CHRONIC ANKLE INSTABILITY Goesasi, Rachmat Zulkarnain; Shanti, Marietta; Sungkar, Ellyana; Lim, Andry Setiawan
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 4 (2024): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ankle sprain merupakan salah satu cedera muskuloskeletal yang paling umum terjadi. Sekitar 30% kasus dapat berkembang menjadi chronic ankle instability yang dapat membatasi aktivitas penderita secara signifikan. Chronic ankle instability (CAI) didefinisikan sebagai episode instabilitas ankle yang berulang dan terjadi 6-12 bulan pasca cedera awal. Anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang radiologis sangat diperlukan untuk mendapatkan diagnosa dan membedakan instabilitas ankle anatomis dan fungsional. Perbedaan antara keduanya sangat esensial untuk menentukan tata laksana yang sesuai. Apabila terjadi kegagalan tata laksana konservatif, maka tindakan operatif diperlukan untuk mengembalikan stabilitas ankle. Rehabilitasi pada kasus CAI dapat mengoptimalkan proses normalisasi stabilitas sendi serta merestorasi fungsi ambulasi dan keseimbangan. Kata kunci: ankle instability, rehabilitasi, sprain DOI : 10.35990/mk.v7n4.p420-431
Effectiveness in Dynamic Balance: a Comparison between Foot Muscle Strengthening Using Elastic Band and without Elastic Band in Children Aged 8–12 with Flexible Flatfeet Listyorini, Indri; Shanti, Marietta; Prabowo, Tertianto
International Journal of Integrated Health Sciences Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2234.739 KB)

Abstract

Objective: To compare the effects of foot muscle strengthening exercises with and without elastic band to the dynamic balance function in children aged 8–12 years with flexible flatfeet.Methods: Forty-one children (aged 8–12 years) with flexible flatfeet and dynamic balance problem were randomly allocated into either the intervention or control group. Both groups received thrice weekly training for 6 weeks. The foot strengthening exercise regimens consisted of pronation, supination, short foot, and tiptoeing using elastic band for the intervention group and without elastic band for the control group. Star Excursion Balance Test (SEBT) was tested before and after 6 weeks of training. Results: A statistically significant difference of normalized SEBT scores was found for both groups in both legs (p=0.00, p<0.05). The intervention group was significantly better than the control group for both right and left legs (p=0.00, p<0.05). Conclusions: Foot muscle strengthening either with or without elastic band improves dynamic balance in children aged 8–12 years with flexible flatfeet. Exercise given with elastic band significantly shows better improvement in the dynamic balance compared to without elastic band.Keywords: Flexible flatfeet, strengthening exercises, elastic band, dynamic balance, star excursion balance test DOI: 10.15850/ijihs.v3n1.404