Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGGUNAAN XILANASE PADA PEMUTIHAN DISSOLVING PULP Acacia crassicarpa Susi Sugesty; Teddy Kardiansyah; Wieke Pratiwi
JURNAL SELULOSA Vol 5, No 02 (2015): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.861 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v5i02.80

Abstract

The use of xylanase in pulp bleaching process is intended to reduce chemicals consumption in pulp industry that still using chlorine compounds (chlorine dioxide), so the bleaching stage needs to be modified without reducing the quality of dissolving pulp. Dissolving pulp was produced from six-year-old Acacia crassicarpa as raw material by the Prehydrolysis-Kraft process, then the pulp was bleached with the ECF (elemental chlorine free) process using xylanase (X) and oxygen (O) as comparison at the early stage of bleaching. The sequences of process include X/ODEDED (xylanase or oxygen; chlorine dioxide; extraction-1; chlorine dioxide-1; extraction-2; chlorine dioxide -2). Results showed that the dissolving pulp with active alkali of 22%, sulphidity of 30%, the temperature of 165oC, and the ratio of 1:4 is the optimal condition. Cellulose content, viscosity and brightness were above 94%, 6.2 cP and 88% ISO, respectively.The dissolving pulp produced with the application of xylanase has better quality than the oxygen one, and meets the requirement according to Indonesia National Standard (SNI 0938:2010, pulp rayon).Keywords: Acacia crassicarpa, xylanase, Prehydrolysis-Kraft, dissolving pulp, rayon pulpABSTRAKPenggunaan xilanase pada proses pemutihan pulp dimaksudkan untuk mengurangi konsumsi bahan kimia yang digunakan selama ini di industri pulp, yang masih menggunakan senyawa klorin (klorin dioksida), untuk itu perlu dilakukan modifikasi pada tahap pemutihannya tanpa mengurangi kualitas dissolving pulp yang dihasilkan. Pembuatan dissolving pulp dilakukan menggunakan bahan baku kayu Acacia crassicarpa berumur 6 tahun dengan proses Prahidrolisa–Kraft, selanjutnya pulp diputihkan dengan proses ECF (Elemental Chlorine Free) menggunakan xilanase (X) dan oksigen (O) sebagai pembanding pada awal pemutihan dengan 6 tahapan proses, yaitu X/ODEDED (xilanase atau oksigen; klorin dioksida; ekstraksi-1; klorin dioksida-1; ekstraksi-2; klorin dioksida-2) dengan perlakuan oksigen sebagai pembanding. Hasil pembuatan dissolving pulp dengan alkali aktif 22%, sulfiditas 30%, suhu 165oC, rasio 1:4 adalah kondisi yang optimal. Kandungan selulosa, viskositas dan derajat cerah yang diperoleh masing-masing yaitu di atas 94%, 6,2 cP dan 88% ISO. Kualitas dissolving pulp hasil pemutihan dengan penambahan xilanase lebih tinggi daripada menggunakan oksigen dan memenuhi persyaratan spesifikasi SNI 0938:2010, pulp rayon. Kata kunci : Acacia crassicarpa, xilanase, Prahidrolisa-Kraft, dissolving pulp, pulp rayon
Tantangan Industri Cat Dalam Negeri dalam Menghadapi Global Lead Paint Elimination by 2020 Deni Cahyadi; Daniel Fajar Puspita; Wieke Pratiwi
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.12 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v5i2.62

Abstract

This study dealt with global development of lead content in paints product, local industries readiness, and some possible strategic and technical steps for facing the Global Lead Paint Elimination Programme (GAELP) by 2020. Analysis of lead content in several paints in Indonesian market in August 2015 showed that the lead content in paints were as follows: waterbased paints in the range of 10-48 mg/kg, enamel decoration paints 616-2254 mg/kg, oilbased roadmarking paint 5876 mg/kg, antifouling paints 27 mg/kg, and alkyd protective paint 50 mg/kg. Some big paint industries usually have produced paints with lead content below 90 mg/kg or even declare a lead free label. However most middle and small paint industries do not yet produce any lead free paints. Therefore to face Global Lead Paint Elimination by 2020, it is necessary to revise the technical regulation, Indonesian National Standard (SNI), conduct dissemination and publication, also enhance research and development on lead substitute material. Training and technical assistance may be also needed for Small and Medium Enterprise (SME).Kajian ini menjelaskan mengenai perkembangan kandungan timbal dalam cat, kesiapan industri lokal, dan beberapa langkah strategis dan teknis yang dapat dilakukan oleh pihak terkait untuk menghadapi rencana penghilangan kandungan timbal pada produk cat pada tahun 2020. Pengujian beberapa produk cat yang dipasarkan di Indonesia pada Agustus 2015, menunjukkan bahwa cat tembok waterbased mengandung timbal antara 10-48 mg/kg, cat enamel memiliki kandungan timbal pada kisaran 616-2254 mg/kg, cat marka jalan jenis oilbased mengandung timbal kira-kira 5876 mg/kg, cat antifouling sebesar 27 mg/kg, dan cat alkyd untuk keperluan protective coatings sebesar 50 mg/kg. Beberapa industri cat besar sudah mampu menghasilkan produk cat dengan kandungan timbal di bawah 90 mg/kg dan mencantumkan label lead free pada kemasan produknya. Tetapi industri cat menengah dan kecil belum memproduksi cat dengan kandungan timbal di bawah 90 mg/kg. Karena itu untuk menyongsong program global kandungan timbal di bawah 90 mg/kg menuju tahun 2020, pemerintah harus segera melakukan pembenahan regulasi teknis, revisi SNI, sosialisasi dan publikasi ilmiah, serta meningkatkan penelitian dan pengembangan bahan pengganti timbal. Pelatihan dan pendampingan teknis mungkin juga perlu dilakukan kepada Industri Kecil dan Menengah (IKM).