p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JURNAL SELULOSA
Teddy Kardiansyah
Balai Besar Pulp dan Kertas

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

POTENSI DAN PELUANG TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PULP DAN KERTAS: STUDI KASUS DI INDONESIA Erwinsyah .; Atika Afriani; Teddy Kardiansyah
JURNAL SELULOSA Vol 5, No 02 (2015): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (891.999 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v5i02.79

Abstract

Oil palm biomass derived from oil palm processing plant has a very abundant availability or nearly equal to the yield of crude palm oil. This paper provides a review of the chemical and fibers characteristics from the empty fruit bunches of oil palm tree associated with the properties of pulp and papermaking. Potential use of fibers from oil palm tree, which is included in the group of nonwood, as raw material for pulp and paper is large enough for wood substitution. Opportunities to use oil palm tree fibers as raw material for pulp and paper in industrial scale is very prospective. Keywords: empty fruit bunches, characteristics, utilization, pulp, paperABSTRAKBiomassa sawit yang berasal dari pabrik pengolahan sawit memiliki ketersediaan sangat melimpah atau hampir sama dengan rendemen minyak sawit mentah. Makalah ini memberikan tinjauan mengenai karakteristik kimia dan serat dari tandan kosong sawit terkait dengan sifat-sifat pembuatan pulp dan kertas. Potensi penggunaan serat dari tanaman sawit yang termasuk dalam kelompok nonkayu sebagai bahan baku pulp dan kertas cukup besar, untuk substitusi kayu. Peluang penggunaan serat tanaman sawit serta pemanfaatannya sebagai bahan baku pulp dan kertas skala industri cukup prospektif.Kata kunci: tandan kosong sawit, karakteristik, pemanfaatan, pulp, kertas
BIOREMEDIASI LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM TANAH TERKONTAMINASI LIMBAH SLUDGE INDUSTRI KERTAS PROSES DEINKING Henggar Hardiani; Teddy Kardiansyah; Susi Sugesty
JURNAL SELULOSA Vol 1, No 01 (2011): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.508 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v1i01.18

Abstract

Sludge waste of deinking process as toxic and hazardous material from spesific source containing Pb metal from waste water soluble ink. According to regulation of Ministry of Environmental no.33/2009 that all the industries are mandatory to clean up contaminated soil from hazardous waste. Therefore this bioremediation research need to be conducted using consortium microbes. This research was conducted by applying variation of incubation 0 – 60 days and inoculum 5%, 10% and 15% (v/w). Key success parameter of bioremediation is transformation of metal from active to inactive phase in contaminated soil by microbial activity stated by deceases of soluble-exchangeable Pb and increases of residual Pb. The 1:1:1:1 consortium microbes of PG 65-06 (A) : PG 97-02 (B) : MR 1.12-05 (C) : A1 (D) reached an optimum condition with 10% inoculum and 40 days incubation indicated by decrease of coefficient distribution until 21% in soluble-exchangeable Pb from initial 19,36 mg/kg to 15,91 mg/kg and increase of coefficient distribution until 146% in residual Pb from initial 7,77 mg/kg to 17,00 mg/kg. Germination index value 84,3-136,7% means contaminated soil is not toxic to plants.Key words : bioremediation, soil contaminated, deinking waste paper industries, heavy metal PbABSTRAKLimbah sludge proses deinking sebagai B3 dari sumber spesifik karena mengandung logam Pb dari tinta yang larut dalam air limbah. Menurut Kep.Men. LH no. 33/2009 semua industri wajib melakukan pemulihan lahan tekontaminasi limbah B3. Oleh karena itu perlu dilakuan penelitian bioremediasi menggunakan mikroba konsorsium. Penelitian dilakukan dengan variasi waktu inkubasi dari 0 – 60 hari dan jumlah inokulum 5%, 10%, dan 15% (v/w). Keberhasilan bioremediasi adalah mengubah logam aktif dalam tanah menjadi tidak aktif oleh aktifitas mikroba, dinyatakan dengan penurunan nilai koefisien distribusi fase tertukarkan dan peningkaan fase residual Pb. Mikroba konsorsium PG 65-06 (A) : PG 97-02 (B) : MR 1.12-05 (C) : A1 (D) dengan perbandingan 1:1:1:1 menghasilkan kondisi optimum untuk penambahan inokulum 10% dan waktu inkubasi 40 hari dengan penurunan koefisien distribusi fase tertukarkan Pb sebesar 21% yang semula 19,3 mg/kg menjadi 15,91 mg/kg dan peningkatan fase residual Pb sebesar 146% yang semula 7,77 mg/kg menjadi 17,00 mg/kg. Nilai germination index pada kisaran 84,3-136,7% yang berarti tanah tersebut sudah tidak bersifat toksik pada tanaman.Kata kunci : bioremediasi, tanah terkontaminasi, limbah deinking industri kertas, logam berat Pb 
PATI TERMODIFIKASI ENZIMATIS SEBAGAI KOMPONEN PEREKAT BAHAN SALUT KERTAS CETAK Nina Elyani; Jenni Rismijana; Teddy Kardiansyah; Cucu ,
JURNAL SELULOSA Vol 2, No 01 (2012): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.61 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v2i01.29

Abstract

This research has been conducted through several steps. Step I was base papermaking using 80% LBKP and 20 % NBKP. They were refine separately up to 300 ml CSF, then mixed with 15% CaCO3, 0.6% AKD, 0.5% poliacrylamide, and 1,5% cationic starch to dry-weight of fibers. Step II was modifying starch enzymaticaly at 70-75°C, pH 6.5 - 7.0, amylase 0,05% for 15 minutes. Step III was base-paper coating with varied adhesives. Variation I use natural starch, Variation II use enzymatic modified starch, Variation III use commercial starch each of 8%. Testing for the handsheets comprise of brightness, roughtness, picking strength, water penetration, and pH. The results showed that the viscosity for natural starch, enzymatic starch and commercial starch respectively at 8000 cPs, 26 cPs and 114 cPs. The use of enzymatic modified starch give the best paper properties. The experiments has replicated in a laboratory of paper industry, with the same results, using clay and CaCO3 at 40:60 ratio, enzymatic starch, commercial starch, and natural starch.Keywords: starch, coated printing paper, amylase, viscosity.  ABSTRAK Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap I adalah pembuatan kertas dasar dengan menggunakan bahan baku 80% serat pendek atau leaf bleached kraft pulp (LBKP) dan 20% serat panjang atau needle bleached kraft pulp ( NBKP) digiling secara terpisah hingga mencapai derajat giling 300 ml CSF. Selanjutnya pulp dicampur ke dalam bahan kimia yang terdiri 15 % CaCO3, 0,6% AKD, 1,5% pati kationik dan Poliakrilamida sebesar 0,5% terhadap berat kering pulp. Lembaran dibuat pada gramatur 60 g/m2. Tahap II adalah pembuatan pati termodifikasi enzimatis pada kondisi inkubasi suhu sekitar 70 – 75oC, pH : 6,5 – 7,0, waktu selama 15 menit dengan penambahan amilase sebesar 0,05%. Tahap III adalah proses penyalutan kertas dasar dengan pati termodifikasi enzimatis, sebagai pembanding menggunakan pati alam maupun pati komersial. Kemudian dilakukan pengujian terhadap lembaran yang dihasilkan meliputi : derajat putih, kekasaran, penetrasi minyak, ketahanan cabut, daya serap air dan pH. Selanjutnya dilakukan uji coba di industri dengan komposisi pigmen kaolin dan kalsium karbonat 40 : 60 menggunakan pati enzim, pati komersial, dan pati alam. Hasil percobaan menunjukkan bahwa viskositas untuk pati alam, pati enzim dan pati komersial masing-masing adalah sebasar 8000 cPs, 26 cPs dan 114 cPs. Penggunaan pati modifikasi enzim memberikan sifat kertas yang paling baik. Hasil replikasi percobaan di laboratorium industri, pati enzim juga menghasilkan sifat kertas yang lebih baik.Kata kunci: pati, kertas cetak salut, amilase, viskositas.  
PENGGUNAAN XILANASE PADA PEMUTIHAN DISSOLVING PULP Acacia crassicarpa Susi Sugesty; Teddy Kardiansyah; Wieke Pratiwi
JURNAL SELULOSA Vol 5, No 02 (2015): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.861 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v5i02.80

Abstract

The use of xylanase in pulp bleaching process is intended to reduce chemicals consumption in pulp industry that still using chlorine compounds (chlorine dioxide), so the bleaching stage needs to be modified without reducing the quality of dissolving pulp. Dissolving pulp was produced from six-year-old Acacia crassicarpa as raw material by the Prehydrolysis-Kraft process, then the pulp was bleached with the ECF (elemental chlorine free) process using xylanase (X) and oxygen (O) as comparison at the early stage of bleaching. The sequences of process include X/ODEDED (xylanase or oxygen; chlorine dioxide; extraction-1; chlorine dioxide-1; extraction-2; chlorine dioxide -2). Results showed that the dissolving pulp with active alkali of 22%, sulphidity of 30%, the temperature of 165oC, and the ratio of 1:4 is the optimal condition. Cellulose content, viscosity and brightness were above 94%, 6.2 cP and 88% ISO, respectively.The dissolving pulp produced with the application of xylanase has better quality than the oxygen one, and meets the requirement according to Indonesia National Standard (SNI 0938:2010, pulp rayon).Keywords: Acacia crassicarpa, xylanase, Prehydrolysis-Kraft, dissolving pulp, rayon pulpABSTRAKPenggunaan xilanase pada proses pemutihan pulp dimaksudkan untuk mengurangi konsumsi bahan kimia yang digunakan selama ini di industri pulp, yang masih menggunakan senyawa klorin (klorin dioksida), untuk itu perlu dilakukan modifikasi pada tahap pemutihannya tanpa mengurangi kualitas dissolving pulp yang dihasilkan. Pembuatan dissolving pulp dilakukan menggunakan bahan baku kayu Acacia crassicarpa berumur 6 tahun dengan proses Prahidrolisa–Kraft, selanjutnya pulp diputihkan dengan proses ECF (Elemental Chlorine Free) menggunakan xilanase (X) dan oksigen (O) sebagai pembanding pada awal pemutihan dengan 6 tahapan proses, yaitu X/ODEDED (xilanase atau oksigen; klorin dioksida; ekstraksi-1; klorin dioksida-1; ekstraksi-2; klorin dioksida-2) dengan perlakuan oksigen sebagai pembanding. Hasil pembuatan dissolving pulp dengan alkali aktif 22%, sulfiditas 30%, suhu 165oC, rasio 1:4 adalah kondisi yang optimal. Kandungan selulosa, viskositas dan derajat cerah yang diperoleh masing-masing yaitu di atas 94%, 6,2 cP dan 88% ISO. Kualitas dissolving pulp hasil pemutihan dengan penambahan xilanase lebih tinggi daripada menggunakan oksigen dan memenuhi persyaratan spesifikasi SNI 0938:2010, pulp rayon. Kata kunci : Acacia crassicarpa, xilanase, Prahidrolisa-Kraft, dissolving pulp, pulp rayon
Dissolving Pulp dari Kayu dan Nonkayu: Tinjauan Proses Pembuatan dan Karakteristiknya Reynaldo Biantoro; Krisna Septiningrum; Teddy Kardiansyah
JURNAL SELULOSA Vol 10, No 01 (2020): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25269/jsel.v10i01.294

Abstract

Pemanfaatan derivat selulosa menjadi viskosa rayon saat ini berkembang secara signifikan; dalam hal ini pulp khusus yang digunakan adalah dissolving pulp. Dissolving pulp ini memiliki karakteristik tertentu seperti kandungan selulosa tinggi (> 90%), kadar hemiselulosa rendah, lignin dan kandungan ekstraktif (kurang dari 10%), reaktivitas selulosa tinggi dengan tingkat distribusi berat molekul dan kecerahan tinggi, serta memiliki viskositas sekitar 200-300 dm3/kg. Saat ini, pembuatan dissolving pulp diarahkan untuk penggunaan bahan baku kayu dan non-kayu yang melimpah dengan menggunakan metode ramah lingkungan. Secara umum terdapat empat metode utama termasuk teknologi konvensional dan terbaru yang dapat digunakan untuk membuat dissolving pulp seperti: 1. Metode bisulfit menggunakan gas SO2 dengan yield sekitar 55 -75%; 2. Metode sulfit-soda yang mampu menghasilkan kandungan selulosa yang tinggi (hingga 96%); 3. Pra-hidrolisis kraft yang merupakan metode populer dalam pembuatan dissolving pulp dan 4. Konversi pulp kertas menjadi dissolving pulp. Dalam makalah ini dibahas pembuatan dissolving pulp menggunakan enzim seperti xilanase dan mono komponen endoglukanase dan kombinasi antara mekanik, kimia dan metode enzimatik. Kata kunci: dissolving pulp, pra-hidrolisis kraft, enzim, konversi pulp kertas
Pengaruh Alkali Aktif terhadap Karakteristik Pulp Kraft Putih Acacia mangium dan Eucalyptus pellita Teddy Kardiansyah; Susi Sugesty
JURNAL SELULOSA Vol 10, No 01 (2020): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25269/jsel.v10i01.291

Abstract

Industri pulp Indonesia saat ini memiliki masalah dalam penyediaan bahan baku kayu Acacia mangium, karena serangan penyakit tanaman dan hama. Hal ini harus diantisipasi melalui bahan baku alternatif pengganti Acacia mangium, spesies Eucalyptus pellita dipilih karena lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kualitas pulp kraft putih E. Pellita. Penelitian pembuatan pulp kertas dilakukan dengan proses kraft dengan bahan baku A. mangium dan E. pellita. Pemasakan dilakukan dengan variasi alkali aktif 16-20%, sulfiditas 28,7%, pada suhu 165 °C, rasio larutan pemasak terhadap kayu 3,5:1 dan faktor H 1.022. Pemutihan pulp dilakukan dengan proses ECF (Elemental Chlorine Free) dengan tahapan OD0EoD1. Karakteristik pulp kraft hasil pemasakan A. mangium lebih tinggi pada parameter rendemen tersaring, bilangan kappa dan viskositas dibandingkan dengan E. pellita. Penggunaan alkali aktif 16% pada pemasakan A. mangium lebih rendah dari  E. pellita (18%), namun kualitasnya dapat memenuhi spesifikasi kualitas pulp kraft putih sesuai SNI 6107:2015 (Pulp Kraft Putih Kayu daun) pada parameter derajat giling, derajat putih dan sifat fisik.  Karakteristik pulp kraft putih A. mangium lebih tinggi pada parameter derajat giling, derajat putih dan sifat fisik dibandingkan dengan E. pellita. Namun demikian E. pellita berpotensi untuk dikembangkan di Hutan Tanaman Industri sebagai bahan baku pulp.Effect of Active Alkali on Characteristic of Acacia mangium and Eucalyptus pellita Bleached Kraft PulpAbstractThe Indonesian pulp industry currently has problems in supplying Acacia mangium wood raw materials, due to plant disease and pest attacks. This could be anticipated through alternative raw materials to substitute Acacia mangium, the Eucalyptus pellita species chosen because it is more resistant to pests and diseases. This study was conducted to determine the quality characteristics of E. Pellita bleached kraft pulp. The research on making paper pulp using A. mangium and E. pellita was carried out by means of the kraft process. The cooking was carried out with a variation of 16-20% active alkali, 28.7% sulfidity, at a temperature of 165°C, a liquor to wood ratio of  3.5:1 and an H factor of 1.022. The bleaching of the pulp has been carried out using the ECF (Elemental Chlorine Free) process with the OD0EoD1 stage. Characteristics of kraft pulp from A. mangium cooking were higher in the screening yield, kappa number and viscosity compared to E. Pellita. The use of 16% active alkaline in cooking of  A. mangium is lower than E. pellita (18%), but the quality can meet the quality specifications of white kraft pulp according to SNI 6107: 2015 (White Kraft Leaf Wood Pulp) on the parameters of milled degree, whiteness and properties. The characteristics of A. mangium white kraft pulp were higher in parameters of grind degree, whiteness and physical properties compared to E. pellita. However, E. pellita has the potential to be developed in Industrial Plantation Forests as raw material for pulp. 
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN GUAR GUM PADA PEMBUATAN KERTAS ARSIP DARI PULP COTTON LINTER (The Effectiveness of The Use of Guar Gum In Archival Papermaking from Cotton Linter Pulp) Rina Masriani; Susi Sugesty; Taufan Hidayat; Teddy Kardiansyah
JURNAL SELULOSA Vol 6, No 01 (2016): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.934 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v6i01.67

Abstract

The Indonesian Government has set the regulations regarding guidelines for the use of archival paper or permanent document. The paper must meet the specifications of SNI ISO 11108. The problem of archival paper production in Indonesia is difficulty in meeting the quality requirements of permanence and durability. Paper producers in Indonesia have tried to make an archival paper using cotton linter as raw material but it still did not meet the quality requirements of permanence, especially for pH and alkaline reserve parameters. The laboratory archival papermaking experiments using guar gum and high dosage of CaCO3 has been carried out. The scope of experiments: the determination of the characteristics of cotton linter; the determination of optimum freeness of cotton linter, optimum dosage of CaCO3, and optimum dosage of guar gum; the observation of cotton linter pulp and guar gum interaction; the quality testing of archival paper from cotton linter pulp. The results showed that guar gum is effective to improve the folding endurance of paper containing high CaCO3, at least 7.5%. Archival paper produced meets the quality requirements of SNI ISO 11108.Keywords: Archival paper, CaCO3, cotton linter pulp, guar gum   ABSTRAK Pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai pedoman penggunaan kertas untuk arsip atau dokumen permanen. Kertas arsip harus memenuhi spesifikasi SNI ISO 11108. Permasalahan produksi kertas arsip di Indonesia adalah kesulitan memenuhi syarat mutu permanensi dan durabilitas. Produsen kertas di Indonesia sudah ada yang mencoba membuat kertas arsip dari bahan baku cotton linter, namun belum memenuhi syarat mutu permanensi, yaitu pH dan cadangan alkali. Penelitian pembuatan kertas arsip menggunakan CaCO3 dosis tinggi dan guar gum telah dilakukan. Tahapan penelitian ini yaitu: pengujian karakteristik pulp cotton linter; penentuan freeness optimum, penambahan kadar CaCO3 optimum dan kadar guar gum optimum; pengamatan interaksi pulp cotton linter dan guar gum; pengujian mutu kertas arsip dari pulp cotton linter. Hasil penelitian menunjukkan guar gum efektif untuk meningkatkan parameter ketahanan lipat kertas arsip yang mengandung kadar CaCO3 minimal 7,5%. Kertas arsip yang dihasilkan memenuhi syarat mutu SNI ISO 11108.Kata kunci: kertas arsip, CaCO3, pulp cotton linter, guar gum
PEMBUATAN NITROSELULOSA DARI BERBAGAI PULP LARUT KOMERSIAL SEBAGAI BAHAN BAKU PROPELAN Frederikus Tunjung Seta; Susi Sugesty; Teddy Kardiansyah
JURNAL SELULOSA Vol 4, No 02 (2014): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.787 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v4i02.85

Abstract

One effort to overcome the limited cotton is the use of dissolving pulp or rayon pulp with high α-cellulose content. The aim of this research is to study the nitration process of cellulose from various commercial dissolved pulp into nitrocellulose, which is a material for Propellant Nitro Cellulose (PNC). The most important parameter in the preparation of propellant is nitrogen level, which should be higher than 12,75%. The dissolving pulps from softwood sulfite process (A), hardwood kraft process (B), and hardwood sulfite process (C) were pre-treated before nitration process, namely ball mill, willey mill, and blender. Nitrocellulose was made using two types of formulas, which were formula one (HNO3:HNO3 Fumming:H2SO4 = 1:3:12) and formula two  (HNO3:HNO3 Fumming:H2SO4 = 1:1.25:4). The results showed that the preparation of nitrocellulose from dissolving pulp A using blender pretreatment and formula two provided the highest nitrogen level (14.05%). The burn test of nitrocellulose met the smokeless specifications. Furthermore, the functional groups test by FTIR showed the presence of nitro group.Keywords: dissolving pulp, nitrocellulose, propellant, nitrogen content, nitration process  ABSTRAK Salah satu upaya untuk mengatasi ketersediaan kapas yang terbatas adalah dengan menggunakan pulp larut atau pulp rayon yaitu pulp dengan kandungan α-selulosa yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari formula dan bahan baku yang paling baik untuk pembuatan nitroselulosa sebagai bahan Propellant Nitro Cellulose (PNC) dengan menggunakan berbagai jenis pulp larut komersial. Parameter yang terpenting dalam pembuatan propelan adalah kadar nitrogen harus lebih dari 12,75%. Sebelum proses nitrasi, dilakukan beberapa cara perlakuan awal yaitu menggunakan ballmill, willeymill, dan blender terhadap pulp larut dari jenis kayujarum proses sulfit (A), kayudaun proses kraft (B), dan kayudaun proses sulfit (C). Nitroselulosa dibuat menggunakan dua jenis formula yaitu formula 1 (HNO3:HNO3  Fumming:H2SO4= 1:3:12) dan formula 2 (HNO3:HNO3 Fumming:H2SO4= 1:1,25:4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan nitroselulosa dari pulp larut A dengan perlakuan awal blender dan menggunakan formula 2 memberikan kadar nitrogen yang paling besar yaitu sekitar 14,05%. Sedangkan uji nyala nitroselulosa memenuhi spesifikasi smokeless dan uji gugus fungsi dengan FTIR menunjukkan adanya gugus nitro.Kata kunci: pulp larut, nitroselulosa, propelan, kadar nitrogen, proses nitrasi