Sudarno Sudarno
Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Gambaran Histopatologi Kulit dan Insang Benih Ikan Lele (Clarias Sp.) yang Terinfeksi Saprolegnia Sp. dan yang Telah Diobati dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Andriana Kusuma Wardhani; Sudarno Sudarno; Rahayu Kusdarwati
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 No. 1 (2018): JAFH Vol. 7 No. 1 Februari 2018
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.837 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v7i1.11227

Abstract

Ikan lele menjadi salah satu komoditi hasil perikanan yang memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Salah satu penyakit yang umumnya menyerang ikan lele adalah penyakit saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Tumbuhan obat tradisional yang diketahui dapat bermanfaat dalam pengendalian berbagai agen penyebab penyakit ikan, salah satunya adalah daun sirih (Piper betle L.). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi insang dan kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi oleh Saprolegnia sp. dan yang telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan perlakuan pemberian ekstrak daun sirih dengan dosis 3,2 %. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya dan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga pada bulan Agustus 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi nekrosis pada bagian kulit benih ikan lele (Clarias sp.) yang terinfeksi Saprolegnia sp. Sedangkan pada perlakuan jaringan yang terinfeksi Saprolegnia sp. dan telah diobati dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L) struktur jaringan kulit tetap pada kondisi normal karena Saprolegnia sp. tidak mampu menginfeksi jaringan kulit dan insang benih ikan lele (Clarias sp.). 
Aplikasi Sistem Imuno-Probiosirkulasi pada Tambak Udang pola Tradisional Di Desa Jenu, Kabupaten Jenu Sudarno Sudarno; Gunanti Mahasri; Rahayu Kusdarwati
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 No. 1 (2018): JAFH Vol. 7 No. 1 Februari 2018
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.988 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v7i1.11239

Abstract

Udang galah (Penaeus monodon Fab) merupakan salah satu udang yang penting secara ekonomi, sampai tahun 1992 menjadi komoditi ekspor non migas yang paling penting dari sektor perikanan. Sejak akhir tahun 1993 sampai sekarang, tingkat kematian Penaeus monodon Fab relatif tinggi dan karena keadaan ini telah menyebabkan banyak tambak roboh sehingga produksi udang menurun secara dramatis dari tahun ke tahun. Kabupaten Jenu merupakan salah satu daerah Tuban yang memiliki potensi perikanan besar, terutama untuk kolam air pemecah gelombang, yang paling top sebagai kabupaten lainnya. Ada banyak kasus mati udang sampai sekarang. Tapi, agar 80% kolam pemecah air pecah dan tidak operasional. Tujuan dari kegiatan pelayanan masyarakat ini adalah menerapkan teknologi kultur udang Imuno-Probiokulasi dengan metode tradisional plus (SI-PBR), meningkatkan produksi udang di Kabupaten Jenu, Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sosialisasi / konseling, perencanaan dan panduan penerapan teknologi SI-PBR dalam satu periode (tiga bulan). Hasil ini menunjukkan indikasi positif. Ada pengetahuan petani yang berhenti melalui sosialisasi, namun juga menerapkan teknologi budidaya udang. Ada juga yang menunjukkan bahwa model SI-PBR dapat menurunkan produksi udang dari 272,43 kg / ha menjadi 854,66 kg / ha, artinya meningkat 313%. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah model SI-PBR dapat meningkatkan produksi udang dan dapat diaplikasikan di daerah yang lebih luas di wilayah Tuban. 
TEKNIK KULTUR Chlorella sp. SKALA LABORATORIUM DAN INTERMEDIET DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) SITUBONDO JAWA TIMUR Afif Mufidah; Agustono Agustono; Sudarno Sudarno; Daruti Dinda Nindarwi
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 No. 2 (2018): JAFH Vol. 7 No. 2 Juni 2018
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jafh.v7i2.11246

Abstract

Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis (Rismiarti dkk., 2016). Beberapa spesies mikroalga di alam merupakan pakan alami bagi ikan dan udang. Pakan alami menjadi sumber nutrisi penting pada stadium awal perkembangan organisme. Salah satu pakan alami yang digunakan untuk budidaya ikan yaitu Chlorella sp.. Chlorella sp. memiliki kandungan nutrisi protein sebesar 51–58%, minyak sebesar 28-32%, karbohidrat 12-17%, lemak 14-22%, dan asam nukleat 4-5% (Rachmaniah dkk., 2010).Salah satu cara untuk memperoleh biakan murni Chlorella sp. agar dapat memenuhi ketersediaan pakan alami dalam jumlah yang cukup, berkesinambungan dan tepat waktu adalah dengan adanya tindakan kultur. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa Timur pada tanggal 23 Januari sampai tanggal 23 Februari 2017. Tujuan praktek kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang teknik kultur Chlorella sp. skala laboratorium dan intermediet. Metode kerja yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode tersebut meliputi wawancara, observasi, dan partisipasi aktif selama proses kegiatan kultur Chlorella sp. skala laboratorium dan intermediet. Data yang terkumpul terdiri atas data primer dan sekunder. Kegiatan kultur Chlorella sp. skala laboratorium dilakukan dengan metode kultur bertingkat di dalam ruangan (indoor). Kultur Chlorella sp. dimulai dengan persiapan alat dan bahan (sterilisasi), pembuatan pupuk Walne dan vitamin, isolasi Chlorella sp. pada Petridish (media agar), kultur pada test tube 10 ml, kultur pada Erlenmeyer 250 ml, kultur pada Bottle glass 3 liter, dan kultur pada Carboy 10 liter. Kegiatan kultur Chlorella sp. skala intermediet dilakukan dimulai dengan persiapan alat dan bahan (sterilisasi), pemberian bibit Chlorella sp. yang berasal dari kultur murni skala laboratorium. Pemeliharaan Chlorella sp. dilakukan selama kurang lebih 5 hari yang mencapai fase eksponensial pada hari ke 4. Pemanenan dilakukan dengan metode flokulan kimia menggunakan NaOH. Kendala yang terdapat dalam teknik kultur Chlorella sp. adalah media kultur yang tidak bebas dari kontaminan, kepadatan awal yang tidak optimal, dan kondisi lingkungan yang tidak baik. Kondisi lingkungan yang tidak baik seperti kualitas air yang tidak sesuai dengan habitat Chlorella sp. dan kondisi cuaca yang fluktuatif akibat musim pancaroba yang mempengaruhi intensitas cahaya pada kultur Chlorella sp. skala intermediet. 
PENGARUH TEKNOLOGI AKUAPONIK DENGAN MEDIA TANAM SELADA (Lactuca sativa) YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BELUT (Monopterus albus) Pipin Tri Anjani; Rahayu Kusdarwati; Sudarno Sudarno
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 2 (2017): JAFH Vol. 6 No. 2 Juni 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.353 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i2.11281

Abstract

Teknologi akuaponik merupakan teknologi kombinasi akuakultur dan hidroponik yang bertujuan untuk memelihara ikan dan tanaman dalam satu sistem yang saling terhubung (Sibarani, 2013). Limbah yang dihasilkan oleh ikan seperti feses dan pakan, digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. Kemudian air yang dialirkan dari media pemeliharaan dibersihkan olah tanaman sehingga dapat digunakan kembali oleh ikan (Wahap,2010). Menurut Rokocy (2010) interaksi antara ikan dan tanaman menghasilkan lingkungan yang ideal untuk tumbuh sehingga lebih produktif dari metode tradisional.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan belut (Monopterus albus) dalam sistem akuaponik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2016 di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Percobaan terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan, tanpa media tanam sebagai kontrol ( P0), media tanam zeolit (P1), media tanam batu apung (P2) dan media tanam pecahan batu bata (P3). Hasil pengamatan yang didapatkan dari penggunaan teknologi akuaponik dengan media tanam selada terbaik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan belut yaitu media tanam zeolit. Pada pengamatan menunjukkan laju pertumbuhan spesifik dengan media tanam zeolit (1,19%/hari), kelulushidupan belut dengan media tanam zeolit (70%), Penambahan tinggi selada pada media tanam zeolit ( 11,39 cm), dan kandungan amonia terendah pada media tanam zeolit pada hari ke-28 (0,03 mg/L). 
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DENGAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KERAMBA JARING APUNG PROGRAM URBAN FARMING DI KOTA SURABAYA Dandi Pradana; Rahayu Kusdarwati; Sudarno Sudarno
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 3 (2017): JAFH Vol. 6 No. 3 September 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.035 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i3.11289

Abstract

Aspergillus terreus adalah jamur yang menyebabkan penyakit aspergillosis. Ikan yang terinfeksi menunjukkan bercak putih abu-abu di atas tubuh. Perdarahan ulkus diamati pada insang dan kulit. Infeksi menyebabkan kematian ikan. Penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan serangan jamur dapat membahayakan ikan, lingkungan dan manusia yang memakannya. Penggunaan tanaman obat merupakan cara yang aman untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan jamur serta ramah lingkungan. Salah satunya yaitu menggunakan ekstrak bawang putih (Allium sativum). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi minimum ekstrak bawang putih sebagai antijamur terhadap pertumbuhan Aspergillus terreus in vitro. Percobaan dilakukan di Balai Karantina Juanda Kelas I Surabaya pada bulan Juni - Juli 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi cakram kertas. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian dengan menggunakan ekstrak bawang putih konsentrasi 50% sampai 90% tidak menghasilkan zona bening di sekitar kertas, hal itu sama dengan kontrol negatif. Pada konsentrasi 100% tidak menunjukkan jamur tumbuh pada medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Ini sama dengan kontrol positif. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa daun kemangi tidak menunjukkan aktivitas antijamur dalam menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus terreus. 
Pengaruh Perendaman Insektisida Permetrin Terhadap Daya Tetas Telur Argulus japonicus Devy Agustia Pratiwi; Kismiyati Kismiyati; Sudarno Sudarno
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 2 No. 1 (2013): JAFH Vol 2 No 1 Februari 2013
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.587 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v2i1.19506

Abstract

Parasit adalah organisme yang bergantung pada inang sebagai habitatnya dan mengambil makanan dari inang tersebut. Infestasi parasit merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh pembudidaya ikan hias. Argulus japonicus merupakan ektoparasit yang menginfestasi ikan air tawar di bagian sirip, kulit, insang dan operkulum. Daur hidup Argulus japonicus tergolong cepat, hal itu sangat membahayakan para pembudidaya, maka perlu dilakukan pengendalian terhadap Argulus japonicus dan telurnya. Pengendalian telur Argulus japonicus dapat dilakukan perendaman dengan insektisida permetrin. Prinsip kerja insektisida pyretroid berfungsi sebagai racun axonik yang merusak serabut saraf. Menurunnya daya tetas telur Argulus japonicus dapat terjadi akibat terikatnya sejenis protein di dalam saraf yang dikenal sebagai voltage-gated sodium channel sehingga menyebabkan embrio dalam telur tidak dapat berkembang dan tidak menetas. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa insektisida permetrin dapat mengurangi daya tetas telur Argulus japonicus. Daya tetas telur Argulus japonicus pada perlakuan A sebagai kontrol didapatkan persentase daya tetas telur 44%, pada perlakuan B konsentrasi 0,70 ppm persentase yang didapat sebayak 19,5%, perlakuan C dengan konsentrasi 0,80 ppm sebanyak 12%, perlakuan D konsentrasi 0,90 ppm sebayak 8% dan perlakuan E konsentrasi 1 ppm persentase yang didapat sebanyak 3%. Konsentrasi optimal dari pemberian insektisida permetrin pada media penetasan terdapat pada perlakuan E dengan daya tetas Argulus japonicus sebanyak 3 %.