Thomas Agus Soetiarso
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Preferensi Konsumen terhadap Atribut Kualitas Empat Jenis Sayuran Minor Soetiarso, Thomas Agus
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 4 (2010): Desember 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Keberadaan kelompok sayuran minor (under-utilized/indigenous) mulai terancam kepunahan karenadigantikan oleh beberapa spesies kultivasi. Kurang berkembangnya kelompok sayuran minor diindikasikan oleh atributkualitas yang dimiliki oleh komoditas tersebut yang relatif belum sebanding dengan kelompok sayuran prioritas, sepertikentang, kubis, dan tomat. Penelitian bertujuan mengidentifikasi preferensi konsumen terhadap atribut kualitas sayuranminor. Penelitian dilaksanakan melalui survai konsumen di Kelurahan Sukabungah, Kecamatan Sukajadi, KotamadyaBandung, Jawa Barat sejak bulan April sampai dengan Juni 2007. Pemilihan lokasi kotamadya dilakukan secara sengaja,sedangkan pemilihan kecamatan, kelurahan, dan responden ibu rumah tangga sebanyak 50 orang dilakukan secaraacak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Pada penelitianini komoditas sayuran minor yang diteliti adalah koro, katuk, labu siam, dan kecipir. Preferensi konsumen terhadapatribut kualitas sayuran minor dianalisis dengan teknik peringkat (ranking) dan diuji dengan uji Chi-square. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa, preferensi konsumen terhadap atribut kualitas ialah: (1) koro: ukuran polong besar(panjang 3 cm, dan lebar 2 cm), warna kulit ungu tua, kekerasan polong renyah, warna daging putih, dan rasanyagurih, (2) katuk: warna daun hijau muda, ukuran daun sedang (panjang 4 cm dan lebar 2 cm), jumlah daun/tangkaibanyak, dan rasanya agak manis, (3) labu siam: ukuran buah sedang (panjang 12 cm dan lebar 8 cm), warna kulithijau muda, kulit tanpa duri, kekerasan kulit sedang, kandungan getah sedikit, dan rasa agak manis, (4) kecipir: warnakulit hijau muda, panjang sedang (18 cm), permukaan kulit halus, bentuk buah lurus, kekerasan buah renyah, danrasanya agak manis. Sayuran minor (koro, katuk, labu siam, dan kecipir) merepresentasikan sayuran murah tetapitermasuk sumber nutrisi berkualitas tinggi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperbaikiatribut sayuran minor sesuai dengan preferensi konsumen serta upaya untuk meningkatkan potensi ekonomis danpengembangan komoditas tersebut.ABSTRACT. Soetiarso, T. A. 2010. Consumer’s Preference on Quality Attributes of Four Minor Vegetables. Theexistence of minor (under-utilized/indigenous) vegetables is beginning to extinct because they are replaced by somecultivated species. Slow development of minor vegetables is also caused by the product quality attributes of thosevegetables that have not been recognized compared to the priority vegetables, such as potato, cabbage, and tomato.The study was aimed to identify consumer preference on quality attributes of four minor vegetables. A consumersurvey was carried out in Sukabungah Village, Sukajadi Sub-district, Bandung, West Java from April to June 2007.Location of survey was purposively selected, while 50 household mothers were randomly chosen. Data were collectedthrough interviews by using a structured questionnaire. Minor vegetables included in this study were lima bean,star gooseberry, chayote, and winged bean. Consumer preference on product attributes of minor vegetables wereanalyzed by using the ranking technique and tested with Chi-square. Results indicated that consumer preferences onquality attributes for minor vegetable were as follows: (1) lima bean: large pod size (20 cm length and 2 cm width),dark purple skin color, crisp pod hardness, white flesh color, and delicious taste, (2) star gooseberry: light green leafcolor, medium leaf size (4 cm length and 2 cm width), much number of leaves/branches, and slightly sweet taste,(3) chayote: medium fruit size (12 cm length and 8 cm width), light green skin color, thornless skin, medium skinhardness, little sap content, and slightly sweet taste, (4) winged bean: light green skin color, medium length about18 cm, smooth skin surface, straight fruit shape, crisp fruit hardnes, and slightly sweet taste. Minor vegetables (limabean, star gooseberry, chayote, winged bean) represent inexpensive but high quality nutritional contents. The resultsof this consumer survey may be used as a preference-based feedback for improving the product attibutes of minorvegetables to increase their economic potentials.
Persepsi dan Preferensi Konsumen terhadap Atribut Produk Beberapa Jenis Sayuran Minor Soetiarso, Thomas Agus
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 3 (2010): September 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penelitian bertujuan mengidentifikasi persepsi konsumen terhadap atribut produk sayuran minor sesuaidengan preferensinya. Penelitian survai konsumen dilaksanakan di Kotamadya Bandung, Jawa Barat pada bulanJuni-Agustus 2006. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja, sedangkan pemilihan responden ibu rumah tanggasebanyak 49 orang dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesionerterstruktur. Pada penelitian ini komoditas sayuran minor (under-utilized/indigenous) yang dipilih adalah paria, seladaair, oyong, leunca, dan kemangi. Preferensi konsumen terhadap atribut kualitas sayuran minor dianalisis dengan teknikperingkat (ranking) dan diuji dengan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sayuran kemangi dan oyonglebih disukai konsumen daripada paria, leunca, dan selada air. Konsumen relatif jarang memanfaatkan kelima jenissayuran minor tersebut, yaitu satu kali sebulan atau lebih. Dua kendala utama dalan konsumsi sayuran minor adalahterbatasnya variasi menu masakan untuk selada air, oyong, dan kemangi, dan rasa yang kurang enak untuk paria danleunca. Secara umum konsumen menempatkan atribut kemudahan memperoleh di pasar pada urutan pertama dalammengonsumsi kelima jenis sayuran minor tersebut, dan berturut-turut diikuti oleh rasa, kemultigunaan (sebagai obat),gizi, daya simpan, dan harga. Sementara itu, preferensi konsumen terhadap atribut kualitas kelima jenis sayuran minorsesuai urutan pertimbangannya dalam memilih atau membeli adalah: (1) paria: panjang sedang (20 cm), diameterbuah sedang (5 cm), permukaan buah bergerigi sedikit-banyak, bentuk buah lurus, kekerasan buah sedang, warnadaging putih kehijauan, daging tebal, rasa agak pahit, dan jumlah biji sedikit, (2) selada air: warna daun hijau muda,ukuran tangkai sedang, jumlah daun/tangkai sedang-banyak, kekerasan daun renyah, dan rasa agak manis, (3) oyong:warna kulit hijau muda, panjang sedang (30 cm), diameter sedang (5 cm), kekerasan buah sedang, bentuk buah lurus,warna daging putih, serta jumlah biji sedikit, (4) leunca: warna buah hijau muda, ukuran buah sedang, kekerasan buahrenyah, jumlah buah/tangkai banyak, dan rasa manis, (5) kemangi: warna daun hijau muda-tua, ukuran daun sedang(diameter 3,5 cm), jumlah daun/tangkai sedang-banyak, bau/aroma sedang-menyengat, tidak ada bunga, dan jumlahcabang/tangkai banyak. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperbaiki atribut sayuran minorsesuai dengan preferensi konsumen serta upaya untuk meningkatkan potensi ekonomis komoditas tersebut.ABSTRACT. Soetiarso, T. A. 2010. Consumer’s Perception and Preference on Product Attributes of SomeUnder-utilized (Minor) Vegetables. The study was aimed to identify consumer’s perception on some under-utilized(minor) vegetables product attributes that reflected their preferences. A consumer survey was carried out in Bandung,West Java from June to August 2006. Survey location were purposively selected, while 49 household mothers wererandomly chosen. Data were collected through interviews by using a structured questionnaire. Minor vegetablesincluded in this study were bitter gourd, water cress, ridged gourd, night shade, and basil. Consumer preferenceson product attributes of minor vegetables were analyzed by using a ranking technique and tested with Chi-square.Results indicated that basil and ridged gourd were more preferred by consumers than bitter gourd, night shade,and water cress. Those five minor vegetables were rarely consumed once a month or more by consumers. Twomain constraints of the low consumption as perceived by consumers were limited menu variation for water cress,ridged gourd, and basil and taste was not good for bitter gourd and night shade. In general, consumers consideredthe easiness to obtain the minor vegetables in the market as the most important product attribute and subsequentlyfollowed by taste, multi-usage (for medicine), nutrition, storage life, and price. Meanwhile, consumer preferences onproduct attributes for each minor vegetables were as follow: (1) bitter gourd: medium length (20 cm), medium fruitdiameter (5 cm), less to much serrated of fruit surfaces, straight fruit shape, medium fruit hardness, greenish-whiteflesh color, thick flesh, less bitter, and less number of seeds, (2) water cress: light green leaf color, medium size ofbranch, medium to much number of leaves/branches, crispy leaves, and slightly sweet, (3) ridged gourd: light greenskin color, medium length (30 cm), medium diameter (5 cm), medium fruit hardness, straight fruit shape, white fleshcolor and less number of seeds, (4) night shade: light green fruit color, medium fruit size, crisp fruit hardness, muchnumber of fruits/branches and sweet taste, (5) basil: light to dark green leaves, medium leaf size (diameter 3.5 cm),medium to much number of leaves, medium to strong aroma, no flower, and much number of branches. Resultsof this consumer survey may be used as a preference-based feedback for improving the product attibutes of minorvegetables to increase their economic potentials.
Keragaan Pertumbuhan, Kualitas Buah, dan Kelayakan Finansial Dua Varietas Cabai Merah Soetiarso, Thomas Agus; Setiawati, Wiwin; Musaddad, Darkam
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cabai merah merupakan komoditas unggulan yang banyak diusahakan petani karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun demikian, dalam pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala, baik kendala teknis maupun ekonomis. Penelitian bertujuan mengkaji keragaan pertumbuhan, kualitas buah, dan kelayakan finansial dua varietas cabai merah (Hot Chili dan Tanjung-2). Penelitian dilaksanakan di lokasi pengembangan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) cabai merah, yaitu di Desa Kawali Mukti, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dari bulan Maret-September 2007. Penelitian dilaksanakan tanpa menggunakan rancangan dan ulangan, dengan luasan 2.500 m2 per perlakuan. Perlakuan yang diuji yaitu penggunaan varietas cabai merah (Hot Chili dan Tanjung-2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hot Chili menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dan lebar kanopi, serta produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tanjung-2. Tingkat kematangan buah Tanjung-2 lebih serempak, waktu panen lebih singkat (10 kali), serta buahnya berwarna merah lebih menarik bila dibuat pasta. Tanjung-2 relatif toleran terhadap serangan trips (Thrips parvispinus), kutudaun (Myzus persicae), dan kutukebul (Bemisia tabaci), namun lebih rentan terhadap penyakit busuk batang (Phytophthora capsici) dan layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Dari segi kualitas, dengan ukuran panjang dan diameter buah yang hampir sama, bobot buah Tanjung-2 lebih ringan (8,75 g) dibandingkan dengan Hot Chili (14,02 g), tekstur buah yang lebih lembek (agak lentur) dapat menekan kerusakan selama transportasi, serta lebih mudah untuk digerus. Kadar air buah Tanjung-2 lebih rendah, sehingga  menjadi lebih kental bila dibuat pasta. Secara teknis, produksi Tanjung-2 lebih rendah dibanding Hot Chili. Penggunaan Hot Chili lebih menguntungkan dengan memberikan tingkat pengembalian marjinal sebesar 165,76% dibandingkan dengan Tanjung-2. Produktivitas bukan satu-satunya faktor pendorong adopsi teknologi. Dua faktor lain yang menjadi pertimbangan petani di Kawali-Ciamis dalam mengadopsi teknologi cabai yaitu ketersediaan modal kerja dan umur  panen tanaman.Hot pepper is a priority vegetable crop that is widely grown by farmers because of its high economic value. However, they are some challenging technical and economical constraints that are still being problem for  hot pepper growers. The objective of this study was to assess growth performance, fruit quality and financial feasibility of two hot pepper varieties i.e. Hot Chili and Tanjung-2. The study was conducted in the development area of hot pepper integrated crop management (ICM), Kawali Mukti Village, Kawali Sub-district, Ciamis District of West Java Province, from March to September 2007. This study was an on-farm research without using an experimental design or replication. Each variety was grown on the farm size of 2,500 m2. Results show that Hot Chili has higher plant height, wider canopy and higher yield than Tanjung-2 . However, Tanjung-2 showed more simultaneous fruit maturity, less number of harvests (10 times), and  had more attractive fruit color, especially for chili paste. This variety was also relatively tolerant to thrips (Thrips parvispinus), aphid (Myzus persicae), and white flies (Bemisia tabaci), but more susceptible to stem rot (Phytophthora capsici) and bacterial wilt (Ralstonia solanacearum). In terms of fruit quality, with similar fruit length and diameter, Tanjung-2, had a lighter weight (8.75 g) than Hot Chili (14.02 g) and also softer texture that may reduce fruit damage during transportation and be easier to process. Water content of Tanjung-2 was lower, hence it was thickened more easily if used for paste. Agronomically, the yield of Tanjung-2 was lower than Hot Chili. The use of Hot Chili, however, was more profitable than Tanjung-2, because it exhibited higher marginal rate of return (165.76 %). Yield was not the only factor affecting farmers in technology adoption. Two other factors that had important roles in influencing farmers in Kawali-Ciamis in adopting hot pepper technologies were working capital availability, and plant age (time needed from planting to harvesting).
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Konsumen dalam Mengonsumsi Sayuran Minor (Under-utilized) Katuk Soetiarso, Thomas Agus
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya penggunaan spesies sayuran yang lebih beragam pada dasarnya sejalan dengan perhatian dan kebutuhan yang semakin meningkat berkaitan dengan konservasi biodiversitas dan kecukupan pangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam konsumsi katuk (Sauropus androgynus). Kegiatan penelitian berupa survai konsumen yang dilaksanakan di Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kotamadya Bandung, Jawa Barat mulai bulan Agustus sampai dengan November 2007. Pemilihan responden ibu rumah tangga sebanyak 50 orang dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data kualitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif, sedangkan analisis jalur (path analysis) digunakan untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam mengonsumsi katuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap pengolahan produk, pengetahuan konsumen, kesadaran konsumen terhadap kesehatan, serta persepsi konsumen terhadap ketersediaan produk merupakan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam mengonsumsi sayuran minor katuk.Efforts for the use of more diverse vegetables are in parallel with an increasing attention on biodiversity conservation and food security. This study was aimed to identify factors that may influence consumer’s decision making in consuming star gooseberry (Souropus androgynus), an under-utilized vegetable.  A survey was carried out at Suka Asih Village, Bojongloa Kaler Subdistrict, Bandung, West Java from August to November 2007. Fifty housewife were randomly selected as respondents. A structured questionnaire was used for interviewing respondents in data collection. Data were qualitatively elaborated by using descriptive statistics and quantitatively analyzed by using path analysis. Results show that consumers’ perceptions on how to process the product, knowledge, awareness on health, and perceptions on product availability were the most important factors that influencing consumers’ decision making in consuming under-utilized vegetable star gooseberry.  
Pengkajian Ex Ante Manfaat Potensial Adopsi Varietas Unggul Bawang Merah di Indonesia diyoga, witono; Soetiarso, Thomas Agus; Ameriana, Mieke; Setiawati, Wiwin
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 3 (2009): September 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-November 2006 dan ditujukan untuk melakukan simulasibesaran serta distribusi surplus ekonomik yang merupakan dampak potensial introduksi varietas unggul bawang merahdi Indonesia. Studi ini memanfaatkan teknik analisis surplus ekonomik berdasarkan asumsi sistem perekonomiantertutup dan produk tunggal bawang merah yang bersifat homogen. Perubahan teknologi yang diakibatkan olehintroduksi varietas unggul bawang merah dapat meningkatkan total dan domestik surplus sebagai konsekuensi daripeningkatan reduksi biaya dan produktivitas. Peningkatan produktivitas akan meningkatkan manfaat penggunaanteknologi varietas unggul bawang merah searah dengan dampak peningkatan reduksi biaya input per hektar. Hasilanalisis mengindikasikan bahwa inovasi varietas unggul baru ke dalam subsektor bawang merah Indonesia memilikipotensi dampak yang tinggi terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat. Semua skenario yang disimulasikan untukvarietas unggul bawang merah menghasilkan manfaat ekonomis tinggi. Skenario terburuk (P8) menghasilkan manfaatnasional sebesar Rp. 4,9 milyar, sedangkan skenario terbaik (P5) menghasilkan manfaat nasional sebesar Rp. 631,4milyar. Petani bawang merah masih tetap dapat memperoleh keuntungan walaupun harga satuan luarannya lebih rendah,karena teknologi baru (varietas unggul) akan meningkatkan produksi yang dapat dipasarkan dan menurunkan biayaproduksi. Tingkat adopsi varietas unggul baru bawang merah akan berpengaruh besar terhadap besaran manfaat danpada gilirannya akan bergantung pula kepada premium benih yang harus dibayar petani. Untuk petani atau perusahaanbenih, keuntungan akan meningkat sejalan dengan semakin tingginya mark-up benih dalam kondisi tertentu, tetapijuga akan menurun jika tingkat adopsinya lebih rendah. Dengan demikian, ada semacam economic trade-off antaramark-up benih dengan tingkat adopsi.ABSTRACT. Adiyoga, W., T. A. Soetiarso, M. Ameriana, and W. Setiawati. 2009. Ex-ante Assessment of PotentialBenefits for Adopting a New High Yielding Shallots Variety in Indonesia. The study carried out in April-November2006 was aimed to simulate the size and distribution of the economic surplus generated by the introduction and adoptionof new high yielding shallots variety in Indonesia. This study employed the economic surplus technique assumingthe existence of a closed economy, and dealt with a single homogeneous good. Technological change brought by theintroduction of high yielding shallots variety increased the total and domestic surplus change as a consequence ofincreases in cost reduction and yield. Increases in yield per hectare increased the benefits of the high yielding shallotsvariety technology in the same direction as increases in the cost reduction in input per hectare. The results indicatedthat high yielding variety innovations applied to Indonesia’s agricultural sector had a potential positive economicimpact and increased the society’s economic welfare. All the scenarios simulated for the high yielding shallots varietyincreased the domestic economic surplus. The worst scenario (P8) produced national benefits of Rp. 4.9 billion, whilefor the best scenario (P5), the national benefits were Rp. 631.4 billion. Shallot farmers would gain more profit evenwithout raising the output price, because the technology would increase the marketable yield and lower productioncosts. The extent of adoption of the shallots variety would largely influence the magnitude of the domestic benefitsand depend among other factors on the seed premium farmers had to pay. For the seed grower/company, profits mightincrease with higher seed mark-up under certain conditions, but through lower adoption rates they might also decrease.There was therefore an economic trade-off between the seed mark-up and the adoption rates
Segmentasi Pasar dan Pemetaan Persepsi Atribut Produk Beberapa Jenis Sayuran Minor (Under-utilized) Adiyoga, Witono; Ameriana, Mieke; Soetiarso, Thomas Agus
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan penelitian survai konsumen dilaksanakan di Kelurahan Sukasari dan Lembang, Bandung, Jawa Barat pada bulan Agustus-November 2004. Responden dipilih menggunakan metode multistage cluster sampling. Responden ibu rumah tangga sebanyak 50 orang dipilih secara acak dan proporsional dari kedua kelurahan tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Pada studi awal ini komoditas sayuran minor (under-utilized) yang dipilih adalah koro/roay jengkol, katuk, kecipir, dan labu siam. Untuk keperluan mempelajari posisi sayuran minor tersebut dipilih pula 4 komoditas lain yang dapat dianggap sebagai padanan atau substitusi, yaitu kacang jogo, bayam, kacang panjang, dan zukini. Atribut produk yang dipelajari meliputi (a) kandungan gizi tinggi, (b) berfungsi juga sebagai obat, (c) rasa enak, (d) tahan simpan, (e) harga mahal, dan (f) mudah diperoleh di pasar. Penelitian ini diarahkan untuk mengidentifikasi segmentasi pasar dan memetakan persepsi konsumen menyangkut beberapa atribut produk sayuran minor. Hasil penelitian mengidentifikasi 2 klaster atau segmen konsumen untuk setiap komoditas dengan karakteristik yang berbeda. Jumlah anggota klaster 1 secara konsisten selalu lebih besar dibandingkan klaster 2 untuk semua komoditas, sehingga upaya perbaikan untuk semua komoditas sayuran minor disarankan lebih diarahkan ke segmen konsumen yang pertama. Sementara itu, berdasarkan perbandingannya dengan komoditas padanan/substitusi (kacang jogo, bayam, zukini, dan kacang panjang), atribut produk yang perlu diperbaiki adalah atribut rasa enak dan gizi tinggi (kacang koro/roay), fungsi sebagai obat dan ketahanan simpan (labu siam), serta ketersediaan (kacang koro/roay, katuk, dan kecipir).ABSTRACT. Adiyoga, W., M. Ameriana, and T. A. Soetiarso. 2008. Market Segmentation and Perceptual Mapping of Product Attributes of Some Minor/under-utilized Vegetables. Consumer surveys were carried out in Sukasari and Lembang Subdistrict, Bandung, West Java from August to November 2004. This study was aimed to identify market segmentation and consumer’s perceptual mapping regarding product attributes of some minor (under-utilized) vegetables. Multi-stage cluster sampling was used to select 50 respondents who were proportionally and randomly drawn from those 2 subdistricts. Data were gathered through interviews by using a structured questionnaire. In this preliminary study, 4 minor vegetables were chosen; those were lima bean, stragooseberry, winged bean, and chayote. For the purpose of examining the product positioning of these 4 minor vegetables, 4 other vegetables that were considered as their substitute (bean, spinach, yard-long bean, and zucchini) were also involved. Product attributes examined were (a) high nutrient content, (b) medicinal purpose, (c) taste good/delicious, (d) long shelf-life, (e) price/expensive, and (f) availability. Results have identified 2 clusters or 2 market segments with different characteristics for each commodity. Number of cases/respondents in cluster 1 was consistently larger than that in cluster 2 for all commodities. Hence, the effort for improvements was suggested to be more focus to cluster 1 or consumer segment 1. Meanwhile, based on the comparison with their substitutes, some attributes that should be considered for improvement were taste and nutrient content (for lima bean), medicinal purpose, and shelf-life (for chayote), and availability (for lima bean, stragooseberry, and winged bean).
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Konsumen dalam Mengonsumsi Sayuran Minor (Under-utilized) Katuk Soetiarso, Thomas Agus
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n1.2011.p89-100

Abstract

Upaya penggunaan spesies sayuran yang lebih beragam pada dasarnya sejalan dengan perhatian dan kebutuhan yang semakin meningkat berkaitan dengan konservasi biodiversitas dan kecukupan pangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam konsumsi katuk (Sauropus androgynus). Kegiatan penelitian berupa survai konsumen yang dilaksanakan di Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kotamadya Bandung, Jawa Barat mulai bulan Agustus sampai dengan November 2007. Pemilihan responden ibu rumah tangga sebanyak 50 orang dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data kualitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif, sedangkan analisis jalur (path analysis) digunakan untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen dalam mengonsumsi katuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap pengolahan produk, pengetahuan konsumen, kesadaran konsumen terhadap kesehatan, serta persepsi konsumen terhadap ketersediaan produk merupakan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam mengonsumsi sayuran minor katuk.Efforts for the use of more diverse vegetables are in parallel with an increasing attention on biodiversity conservation and food security. This study was aimed to identify factors that may influence consumer’s decision making in consuming star gooseberry (Souropus androgynus), an under-utilized vegetable.  A survey was carried out at Suka Asih Village, Bojongloa Kaler Subdistrict, Bandung, West Java from August to November 2007. Fifty housewife were randomly selected as respondents. A structured questionnaire was used for interviewing respondents in data collection. Data were qualitatively elaborated by using descriptive statistics and quantitatively analyzed by using path analysis. Results show that consumers’ perceptions on how to process the product, knowledge, awareness on health, and perceptions on product availability were the most important factors that influencing consumers’ decision making in consuming under-utilized vegetable star gooseberry.  
Segmentasi Pasar dan Pemetaan Persepsi Atribut Produk Beberapa Jenis Sayuran Minor (Under-utilized) Witono Adiyoga; Mieke Ameriana; Thomas Agus Soetiarso
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n4.2008.p%p

Abstract

Kegiatan penelitian survai konsumen dilaksanakan di Kelurahan Sukasari dan Lembang, Bandung, Jawa Barat pada bulan Agustus-November 2004. Responden dipilih menggunakan metode multistage cluster sampling. Responden ibu rumah tangga sebanyak 50 orang dipilih secara acak dan proporsional dari kedua kelurahan tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Pada studi awal ini komoditas sayuran minor (under-utilized) yang dipilih adalah koro/roay jengkol, katuk, kecipir, dan labu siam. Untuk keperluan mempelajari posisi sayuran minor tersebut dipilih pula 4 komoditas lain yang dapat dianggap sebagai padanan atau substitusi, yaitu kacang jogo, bayam, kacang panjang, dan zukini. Atribut produk yang dipelajari meliputi (a) kandungan gizi tinggi, (b) berfungsi juga sebagai obat, (c) rasa enak, (d) tahan simpan, (e) harga mahal, dan (f) mudah diperoleh di pasar. Penelitian ini diarahkan untuk mengidentifikasi segmentasi pasar dan memetakan persepsi konsumen menyangkut beberapa atribut produk sayuran minor. Hasil penelitian mengidentifikasi 2 klaster atau segmen konsumen untuk setiap komoditas dengan karakteristik yang berbeda. Jumlah anggota klaster 1 secara konsisten selalu lebih besar dibandingkan klaster 2 untuk semua komoditas, sehingga upaya perbaikan untuk semua komoditas sayuran minor disarankan lebih diarahkan ke segmen konsumen yang pertama. Sementara itu, berdasarkan perbandingannya dengan komoditas padanan/substitusi (kacang jogo, bayam, zukini, dan kacang panjang), atribut produk yang perlu diperbaiki adalah atribut rasa enak dan gizi tinggi (kacang koro/roay), fungsi sebagai obat dan ketahanan simpan (labu siam), serta ketersediaan (kacang koro/roay, katuk, dan kecipir).ABSTRACT. Adiyoga, W., M. Ameriana, and T. A. Soetiarso. 2008. Market Segmentation and Perceptual Mapping of Product Attributes of Some Minor/under-utilized Vegetables. Consumer surveys were carried out in Sukasari and Lembang Subdistrict, Bandung, West Java from August to November 2004. This study was aimed to identify market segmentation and consumer’s perceptual mapping regarding product attributes of some minor (under-utilized) vegetables. Multi-stage cluster sampling was used to select 50 respondents who were proportionally and randomly drawn from those 2 subdistricts. Data were gathered through interviews by using a structured questionnaire. In this preliminary study, 4 minor vegetables were chosen; those were lima bean, stragooseberry, winged bean, and chayote. For the purpose of examining the product positioning of these 4 minor vegetables, 4 other vegetables that were considered as their substitute (bean, spinach, yard-long bean, and zucchini) were also involved. Product attributes examined were (a) high nutrient content, (b) medicinal purpose, (c) taste good/delicious, (d) long shelf-life, (e) price/expensive, and (f) availability. Results have identified 2 clusters or 2 market segments with different characteristics for each commodity. Number of cases/respondents in cluster 1 was consistently larger than that in cluster 2 for all commodities. Hence, the effort for improvements was suggested to be more focus to cluster 1 or consumer segment 1. Meanwhile, based on the comparison with their substitutes, some attributes that should be considered for improvement were taste and nutrient content (for lima bean), medicinal purpose, and shelf-life (for chayote), and availability (for lima bean, stragooseberry, and winged bean).
Pengkajian Ex Ante Manfaat Potensial Adopsi Varietas Unggul Bawang Merah di Indonesia witono diyoga; Thomas Agus Soetiarso; Mieke Ameriana; Wiwin Setiawati
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 3 (2009): September 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v19n3.2009.p%p

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-November 2006 dan ditujukan untuk melakukan simulasibesaran serta distribusi surplus ekonomik yang merupakan dampak potensial introduksi varietas unggul bawang merahdi Indonesia. Studi ini memanfaatkan teknik analisis surplus ekonomik berdasarkan asumsi sistem perekonomiantertutup dan produk tunggal bawang merah yang bersifat homogen. Perubahan teknologi yang diakibatkan olehintroduksi varietas unggul bawang merah dapat meningkatkan total dan domestik surplus sebagai konsekuensi daripeningkatan reduksi biaya dan produktivitas. Peningkatan produktivitas akan meningkatkan manfaat penggunaanteknologi varietas unggul bawang merah searah dengan dampak peningkatan reduksi biaya input per hektar. Hasilanalisis mengindikasikan bahwa inovasi varietas unggul baru ke dalam subsektor bawang merah Indonesia memilikipotensi dampak yang tinggi terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat. Semua skenario yang disimulasikan untukvarietas unggul bawang merah menghasilkan manfaat ekonomis tinggi. Skenario terburuk (P8) menghasilkan manfaatnasional sebesar Rp. 4,9 milyar, sedangkan skenario terbaik (P5) menghasilkan manfaat nasional sebesar Rp. 631,4milyar. Petani bawang merah masih tetap dapat memperoleh keuntungan walaupun harga satuan luarannya lebih rendah,karena teknologi baru (varietas unggul) akan meningkatkan produksi yang dapat dipasarkan dan menurunkan biayaproduksi. Tingkat adopsi varietas unggul baru bawang merah akan berpengaruh besar terhadap besaran manfaat danpada gilirannya akan bergantung pula kepada premium benih yang harus dibayar petani. Untuk petani atau perusahaanbenih, keuntungan akan meningkat sejalan dengan semakin tingginya mark-up benih dalam kondisi tertentu, tetapijuga akan menurun jika tingkat adopsinya lebih rendah. Dengan demikian, ada semacam economic trade-off antaramark-up benih dengan tingkat adopsi.ABSTRACT. Adiyoga, W., T. A. Soetiarso, M. Ameriana, and W. Setiawati. 2009. Ex-ante Assessment of PotentialBenefits for Adopting a New High Yielding Shallots Variety in Indonesia. The study carried out in April-November2006 was aimed to simulate the size and distribution of the economic surplus generated by the introduction and adoptionof new high yielding shallots variety in Indonesia. This study employed the economic surplus technique assumingthe existence of a closed economy, and dealt with a single homogeneous good. Technological change brought by theintroduction of high yielding shallots variety increased the total and domestic surplus change as a consequence ofincreases in cost reduction and yield. Increases in yield per hectare increased the benefits of the high yielding shallotsvariety technology in the same direction as increases in the cost reduction in input per hectare. The results indicatedthat high yielding variety innovations applied to Indonesia’s agricultural sector had a potential positive economicimpact and increased the society’s economic welfare. All the scenarios simulated for the high yielding shallots varietyincreased the domestic economic surplus. The worst scenario (P8) produced national benefits of Rp. 4.9 billion, whilefor the best scenario (P5), the national benefits were Rp. 631.4 billion. Shallot farmers would gain more profit evenwithout raising the output price, because the technology would increase the marketable yield and lower productioncosts. The extent of adoption of the shallots variety would largely influence the magnitude of the domestic benefitsand depend among other factors on the seed premium farmers had to pay. For the seed grower/company, profits mightincrease with higher seed mark-up under certain conditions, but through lower adoption rates they might also decrease.There was therefore an economic trade-off between the seed mark-up and the adoption rates
Preferensi Konsumen terhadap Atribut Kualitas Empat Jenis Sayuran Minor Thomas Agus Soetiarso
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 4 (2010): Desember 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v20n4.2010.p%p

Abstract

ABSTRAK. Keberadaan kelompok sayuran minor (under-utilized/indigenous) mulai terancam kepunahan karenadigantikan oleh beberapa spesies kultivasi. Kurang berkembangnya kelompok sayuran minor diindikasikan oleh atributkualitas yang dimiliki oleh komoditas tersebut yang relatif belum sebanding dengan kelompok sayuran prioritas, sepertikentang, kubis, dan tomat. Penelitian bertujuan mengidentifikasi preferensi konsumen terhadap atribut kualitas sayuranminor. Penelitian dilaksanakan melalui survai konsumen di Kelurahan Sukabungah, Kecamatan Sukajadi, KotamadyaBandung, Jawa Barat sejak bulan April sampai dengan Juni 2007. Pemilihan lokasi kotamadya dilakukan secara sengaja,sedangkan pemilihan kecamatan, kelurahan, dan responden ibu rumah tangga sebanyak 50 orang dilakukan secaraacak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Pada penelitianini komoditas sayuran minor yang diteliti adalah koro, katuk, labu siam, dan kecipir. Preferensi konsumen terhadapatribut kualitas sayuran minor dianalisis dengan teknik peringkat (ranking) dan diuji dengan uji Chi-square. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa, preferensi konsumen terhadap atribut kualitas ialah: (1) koro: ukuran polong besar(panjang 3 cm, dan lebar 2 cm), warna kulit ungu tua, kekerasan polong renyah, warna daging putih, dan rasanyagurih, (2) katuk: warna daun hijau muda, ukuran daun sedang (panjang 4 cm dan lebar 2 cm), jumlah daun/tangkaibanyak, dan rasanya agak manis, (3) labu siam: ukuran buah sedang (panjang 12 cm dan lebar 8 cm), warna kulithijau muda, kulit tanpa duri, kekerasan kulit sedang, kandungan getah sedikit, dan rasa agak manis, (4) kecipir: warnakulit hijau muda, panjang sedang (18 cm), permukaan kulit halus, bentuk buah lurus, kekerasan buah renyah, danrasanya agak manis. Sayuran minor (koro, katuk, labu siam, dan kecipir) merepresentasikan sayuran murah tetapitermasuk sumber nutrisi berkualitas tinggi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperbaikiatribut sayuran minor sesuai dengan preferensi konsumen serta upaya untuk meningkatkan potensi ekonomis danpengembangan komoditas tersebut.ABSTRACT. Soetiarso, T. A. 2010. Consumer’s Preference on Quality Attributes of Four Minor Vegetables. Theexistence of minor (under-utilized/indigenous) vegetables is beginning to extinct because they are replaced by somecultivated species. Slow development of minor vegetables is also caused by the product quality attributes of thosevegetables that have not been recognized compared to the priority vegetables, such as potato, cabbage, and tomato.The study was aimed to identify consumer preference on quality attributes of four minor vegetables. A consumersurvey was carried out in Sukabungah Village, Sukajadi Sub-district, Bandung, West Java from April to June 2007.Location of survey was purposively selected, while 50 household mothers were randomly chosen. Data were collectedthrough interviews by using a structured questionnaire. Minor vegetables included in this study were lima bean,star gooseberry, chayote, and winged bean. Consumer preference on product attributes of minor vegetables wereanalyzed by using the ranking technique and tested with Chi-square. Results indicated that consumer preferences onquality attributes for minor vegetable were as follows: (1) lima bean: large pod size (20 cm length and 2 cm width),dark purple skin color, crisp pod hardness, white flesh color, and delicious taste, (2) star gooseberry: light green leafcolor, medium leaf size (4 cm length and 2 cm width), much number of leaves/branches, and slightly sweet taste,(3) chayote: medium fruit size (12 cm length and 8 cm width), light green skin color, thornless skin, medium skinhardness, little sap content, and slightly sweet taste, (4) winged bean: light green skin color, medium length about18 cm, smooth skin surface, straight fruit shape, crisp fruit hardnes, and slightly sweet taste. Minor vegetables (limabean, star gooseberry, chayote, winged bean) represent inexpensive but high quality nutritional contents. The resultsof this consumer survey may be used as a preference-based feedback for improving the product attibutes of minorvegetables to increase their economic potentials.