Mieke Ameriana
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Perilaku Konsumen terhadap Jeruk Siam di Tiga Kota Besar Di Indonesia Adiyoga, Witono; Setyowati, T; Ameriana, Mieke; Nurmalinda, -
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 1 (2009): Maret 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penelitian diarahkan untuk memperoleh pemahaman tentang perilaku konsumen terhadap jeruk siam asallokal dan impor. Penelitian survai dilaksanakan di 3 kota besar konsumen utama produk hortikultura, yaitu Jakarta(DKI Jaya), Bandung (Jawa Barat), dan Padang (Sumatera Barat) pada bulan Juni-September 2006. Respondenkonsumen adalah 339 ibu rumah tangga yang dipilih secara acak. Alat analisis yang digunakan adalah statistikdeskriptif, analisis conjoint, dan analisis klaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi jeruk siamsebagian besar konsumen (53,7%) cukup tinggi, yaitu 1-2 kali seminggu. Perkiraan tren peningkatan konsumsi jeruksiam 25-75% dalam 5 tahun ke depan juga dipersepsi oleh 61,3% responden. Segmentasi a priori berbasis peubahdemografis mengindikasikan agar strategi pengembangan jeruk siam lebih diarahkan untuk segmen konsumen/pasaryang memiliki karakteristik: usia 30-39 tahun, pendidikan lebih tinggi dari SLTA, ibu rumah tangga bekerja, jumlahanggota keluarga 3-4 orang, jumlah anggota keluarga dewasa 1-2 orang, jumlah anggota keluarga balita 1-2 orang,dan total pengeluaran antara Rp. 2.500.001,00-Rp. 5.000.000,00/bulan. Atribut rasa dipersepsi konsumen sebagaiatribut paling penting (urutan 1), sedangkan atribut harga/kg dipersepsi sebagai atribut dengan urutan kepentinganterendah (urutan 8). Sementara itu, segmentasi a priori berbasis preferensi mengidentifikasi jeruk siam ideal dengankarakteristik: rasa manis, berserat banyak, kandungan air banyak, dan harga Rp. 4.000,00-Rp. 6.999,00/kg. Segmenkonsumen ini menempatkan atribut kandungan air sebagai faktor terpenting (49,52%), dan berturut-turut diikutioleh rasa (23,32%), harga per kg (16,15%), serta serat buah (11,01%). Analisis tanggap konsumen secara umummengindikasikan bahwa konsumen memberikan tanggapan lebih positif terhadap atribut produk jeruk siam impordibandingkan dengan jeruk siam lokal. Label impor cenderung dipandang sebagai salah satu atribut produk yangmerepresentasikan kualitas, dependabilitas, dan reliabilitas, terutama pada saat informasi tersedia dan upaya promosimengenai jeruk siam lokal relatif terbatas. Secara implisit, hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan impor jeruksiam tidak saja dihela oleh intervensi dan akses pasar (kebijakan), namun juga oleh permintaan konsumen.ABSTRACT. Adiyoga, W., T. Setyowati, M. Ameriana, and Nurmalinda. 2009. Consumer Behavior on Tangerinein Three Big-Cities in Indonesia. This study was aimed to obtain understandings with regard to consumer behaviortoward both local tangerine and imported tangerine. Consumer surveys were carried out in 3 big cities in Indonesia(Jakarta-DKI Jaya, Bandung-West Java, and Padang-West Sumatera) from June to September 2006. Respondents ofthese surveys were 339 household-moms who were randomly selected. Descriptive statistics, conjoint analysis, andcluster analysis were used for data elaboration. The results showed that there was a quite high consumption frequency(1-2 times a week) indicated by 53.7% respondents. Most respondents (61.3%) also expect an increasing tangerineconsumption trend of 25-75% in the next 5 years. A priori segmentation on the basis of demographic variablesindicated that the market development of tangerine was more toward market segment that has characteristics suchas: 30-39 years old, higher than high school education, employed household-mom, 3-4 persons family member, 1-2persons adult family member, 1-2 persons of ≤ 5 years old family member, and total expenditure of Rp. 2,500,001.00-Rp. 5,000,000.00/month. Taste was perceived as the most important attribute (1st rank) while price was consideredthe least important (8th rank). A priori segementation on the basis of consumer preference has identified an idealtangerine that has characteristics such as: sweet taste, high fiber, high water content, and price of Rp. 4,000.00-Rp.6,999.00/kg. This consumer segment considers water content as the most important factor (49.52%) contributes tothe preference, and subsequently followed by taste (23.32%), price (16.15%), and fruit fiber (11.01%). In general,consumers provide more positive opinions regarding some attributes of imported tangerine as compared to thoseof local tangerine. Consumers tend to perceive import label as one of the product attributes that represents quality,dependability, and reliability, especially when available information and promotion efforts of local tangerine wererelatively limited. This result implies that the increasing import of tangerine was not only driven by foreign marketintervention and market access (trade policy), but also by consumer demand.
Pengkajian Ex Ante Manfaat Potensial Adopsi Varietas Unggul Bawang Merah di Indonesia diyoga, witono; Soetiarso, Thomas Agus; Ameriana, Mieke; Setiawati, Wiwin
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 3 (2009): September 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-November 2006 dan ditujukan untuk melakukan simulasibesaran serta distribusi surplus ekonomik yang merupakan dampak potensial introduksi varietas unggul bawang merahdi Indonesia. Studi ini memanfaatkan teknik analisis surplus ekonomik berdasarkan asumsi sistem perekonomiantertutup dan produk tunggal bawang merah yang bersifat homogen. Perubahan teknologi yang diakibatkan olehintroduksi varietas unggul bawang merah dapat meningkatkan total dan domestik surplus sebagai konsekuensi daripeningkatan reduksi biaya dan produktivitas. Peningkatan produktivitas akan meningkatkan manfaat penggunaanteknologi varietas unggul bawang merah searah dengan dampak peningkatan reduksi biaya input per hektar. Hasilanalisis mengindikasikan bahwa inovasi varietas unggul baru ke dalam subsektor bawang merah Indonesia memilikipotensi dampak yang tinggi terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat. Semua skenario yang disimulasikan untukvarietas unggul bawang merah menghasilkan manfaat ekonomis tinggi. Skenario terburuk (P8) menghasilkan manfaatnasional sebesar Rp. 4,9 milyar, sedangkan skenario terbaik (P5) menghasilkan manfaat nasional sebesar Rp. 631,4milyar. Petani bawang merah masih tetap dapat memperoleh keuntungan walaupun harga satuan luarannya lebih rendah,karena teknologi baru (varietas unggul) akan meningkatkan produksi yang dapat dipasarkan dan menurunkan biayaproduksi. Tingkat adopsi varietas unggul baru bawang merah akan berpengaruh besar terhadap besaran manfaat danpada gilirannya akan bergantung pula kepada premium benih yang harus dibayar petani. Untuk petani atau perusahaanbenih, keuntungan akan meningkat sejalan dengan semakin tingginya mark-up benih dalam kondisi tertentu, tetapijuga akan menurun jika tingkat adopsinya lebih rendah. Dengan demikian, ada semacam economic trade-off antaramark-up benih dengan tingkat adopsi.ABSTRACT. Adiyoga, W., T. A. Soetiarso, M. Ameriana, and W. Setiawati. 2009. Ex-ante Assessment of PotentialBenefits for Adopting a New High Yielding Shallots Variety in Indonesia. The study carried out in April-November2006 was aimed to simulate the size and distribution of the economic surplus generated by the introduction and adoptionof new high yielding shallots variety in Indonesia. This study employed the economic surplus technique assumingthe existence of a closed economy, and dealt with a single homogeneous good. Technological change brought by theintroduction of high yielding shallots variety increased the total and domestic surplus change as a consequence ofincreases in cost reduction and yield. Increases in yield per hectare increased the benefits of the high yielding shallotsvariety technology in the same direction as increases in the cost reduction in input per hectare. The results indicatedthat high yielding variety innovations applied to Indonesia’s agricultural sector had a potential positive economicimpact and increased the society’s economic welfare. All the scenarios simulated for the high yielding shallots varietyincreased the domestic economic surplus. The worst scenario (P8) produced national benefits of Rp. 4.9 billion, whilefor the best scenario (P5), the national benefits were Rp. 631.4 billion. Shallot farmers would gain more profit evenwithout raising the output price, because the technology would increase the marketable yield and lower productioncosts. The extent of adoption of the shallots variety would largely influence the magnitude of the domestic benefitsand depend among other factors on the seed premium farmers had to pay. For the seed grower/company, profits mightincrease with higher seed mark-up under certain conditions, but through lower adoption rates they might also decrease.There was therefore an economic trade-off between the seed mark-up and the adoption rates
Segmentasi Pasar dan Pemetaan Persepsi Atribut Produk Beberapa Jenis Sayuran Minor (Under-utilized) Adiyoga, Witono; Ameriana, Mieke; Soetiarso, Thomas Agus
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan penelitian survai konsumen dilaksanakan di Kelurahan Sukasari dan Lembang, Bandung, Jawa Barat pada bulan Agustus-November 2004. Responden dipilih menggunakan metode multistage cluster sampling. Responden ibu rumah tangga sebanyak 50 orang dipilih secara acak dan proporsional dari kedua kelurahan tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Pada studi awal ini komoditas sayuran minor (under-utilized) yang dipilih adalah koro/roay jengkol, katuk, kecipir, dan labu siam. Untuk keperluan mempelajari posisi sayuran minor tersebut dipilih pula 4 komoditas lain yang dapat dianggap sebagai padanan atau substitusi, yaitu kacang jogo, bayam, kacang panjang, dan zukini. Atribut produk yang dipelajari meliputi (a) kandungan gizi tinggi, (b) berfungsi juga sebagai obat, (c) rasa enak, (d) tahan simpan, (e) harga mahal, dan (f) mudah diperoleh di pasar. Penelitian ini diarahkan untuk mengidentifikasi segmentasi pasar dan memetakan persepsi konsumen menyangkut beberapa atribut produk sayuran minor. Hasil penelitian mengidentifikasi 2 klaster atau segmen konsumen untuk setiap komoditas dengan karakteristik yang berbeda. Jumlah anggota klaster 1 secara konsisten selalu lebih besar dibandingkan klaster 2 untuk semua komoditas, sehingga upaya perbaikan untuk semua komoditas sayuran minor disarankan lebih diarahkan ke segmen konsumen yang pertama. Sementara itu, berdasarkan perbandingannya dengan komoditas padanan/substitusi (kacang jogo, bayam, zukini, dan kacang panjang), atribut produk yang perlu diperbaiki adalah atribut rasa enak dan gizi tinggi (kacang koro/roay), fungsi sebagai obat dan ketahanan simpan (labu siam), serta ketersediaan (kacang koro/roay, katuk, dan kecipir).ABSTRACT. Adiyoga, W., M. Ameriana, and T. A. Soetiarso. 2008. Market Segmentation and Perceptual Mapping of Product Attributes of Some Minor/under-utilized Vegetables. Consumer surveys were carried out in Sukasari and Lembang Subdistrict, Bandung, West Java from August to November 2004. This study was aimed to identify market segmentation and consumer’s perceptual mapping regarding product attributes of some minor (under-utilized) vegetables. Multi-stage cluster sampling was used to select 50 respondents who were proportionally and randomly drawn from those 2 subdistricts. Data were gathered through interviews by using a structured questionnaire. In this preliminary study, 4 minor vegetables were chosen; those were lima bean, stragooseberry, winged bean, and chayote. For the purpose of examining the product positioning of these 4 minor vegetables, 4 other vegetables that were considered as their substitute (bean, spinach, yard-long bean, and zucchini) were also involved. Product attributes examined were (a) high nutrient content, (b) medicinal purpose, (c) taste good/delicious, (d) long shelf-life, (e) price/expensive, and (f) availability. Results have identified 2 clusters or 2 market segments with different characteristics for each commodity. Number of cases/respondents in cluster 1 was consistently larger than that in cluster 2 for all commodities. Hence, the effort for improvements was suggested to be more focus to cluster 1 or consumer segment 1. Meanwhile, based on the comparison with their substitutes, some attributes that should be considered for improvement were taste and nutrient content (for lima bean), medicinal purpose, and shelf-life (for chayote), and availability (for lima bean, stragooseberry, and winged bean).
Pertumbuhan, Hasil, dan Kelayakan Finansial Penggunaan Mulsa dan Pupuk Buatan pada Usahatani Cabai Merah di Luar Musim Soetiarso, Thomas Agoes; Ameriana, Mieke; Prabaningrum, Laksminiwati; Sumarni, Nani
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 1 (2006): Maret 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan, hasil, dan kelayakan finansial penggunaan mulsa dan pupuk buatan pada usahatani cabai merah di luar musim. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung, Jawa Barat (±1.250 m dpl) pada musim hujan (Oktober 1999 – Juli 2000). Rancangan percobaan menggunakan petak terpisah. Mulsa sebagai petak utama dan sebagai anak petak adalah dosis pemupukan berimbang, serta ulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tidak terjadi interaksi yang nyata antara mulsa plastik hitam perak dan dosis pupuk (NPK) terhadap pertumbuhan dan hasil cabai. Secara independen, penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan jumlah buah sehat per tanaman, bobot buah sehat per tanaman, dan bobot buah sehat per petak secara nyata. Penggunaan mulsa plastik hitam perak juga dapat menekan serangan Thrips, namun tidak berpengaruh terhadap kerusakan akibat serangan ulat grayak, Spodoptera litura. Penggunaan ketiga dosis pupuk (NPK) yang diuji tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah buah sehat per tanaman, bobot buah sehat per tanaman, bobot buah sehat per petak, dan tidak berpengaruh terhadap kerusakan tanaman cabai oleh Thrips dan S. litura. Secara teknis penggunaan mulsa plastik hitam perak dan dosis pupuk (150 kg N/ha + 150 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha) memberikan hasil produksi cabai yang tinggi (147,36 kg per 220 m2) dan efisien dari segi penggunaan pupuk. Secara ekonomis hasil analisis anggaran parsial juga menunjukkan bahwa perlakuan tersebut merupakan perlakuan yang paling menguntungkan, ditunjukkan oleh tingkat pengembalian marjinalnya paling tinggi (557,51%). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai teknologi alternatif untuk usahatani cabai merah di luar musim.The objectives of this experiment were to assess the growth, yield, and financial feasibility of the use of mulch and inorganic fertilizer on hot pepper off-season cultivation. The experiment was conducted in Margahayu Experimental Garden, Indonesian Vegetable Research Institute, Lembang, Bandung, West Jawa (± 1,250 m asl) by using split plot design. Mulch was designed as main plot, while balanced-fertilization was arranged as subplot. Each combination was repeated 3 times. Results indicated that there was no significant interaction between the use of black-silver plastic mulch and (NPK) fertilizer dosages. Independently, the use of black-silver plastic mulch could significantly increase the number and weight of healthy fruits per plant, and the weight of healthy fruits per plot. The use of black-silver plastic mulch could also suppress the infestation by Thrips, but unable to prevent yield loss caused by Spodoptera litura. The three dosage levels of (NPK) fertilizer did not show any significant effects to the number and weight of healthy fruits per plant, and the weight of healthy fruits per plot. Furthermore, these treatments also did not show any relationships with yield loss caused by Thrips and S. litura. Technically, the use of plastic mulch and fertilizer (150 kg N/ha + 150 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha) provided a relatively high yield (147.36 kg per 220 m2) and indicated high efficiency of fertilizer use. Meanwhile, partial budget analysis also showed that such treatment provided the highest profit as indicated by highest of marginal return (557.51%). It suggests that this technological component may be used as an alternative agronomic practices in hot pepper off-season cultivation.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepedulian Konsumen terhadap Sayuran Aman Residu Pestisida Ameriana, Mieke; Natwanidjaja, R S; Arief, B; Rusidi, -; Karmana, M H
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 1 (2006): Maret 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan adanya kandungan pestisida pada sayuran merupakan masalah yang cukup serius dan harus segera ditangani oleh semua pihak yang berkepentingan, karena sudah menjadi isu global. Untuk tujuan tersebut telah dilakukan suatu penelitian yang bersifat studi pendasaran dengan tujuan untuk  mengkaji tingkat kepedulian konsumen terhadap residu pestisida serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, khususnya  pada buah tomat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2003 di Kota Bandung, menggunakan metode survei. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai 162 orang responden yang dipilih dengan menggunakan metode pengambilan contoh berklaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepedulian konsumen terhadap adanya residu pestisida pada buah tomat dipengaruhi oleh faktor-faktor motivasi konsumen, pengetahuan konsumen, serta persepsi konsumen terhadap risiko. Sementara itu, pengetahuan konsumen dipengaruhi oleh informasi yang diterima konsumen serta tingkat pendidikan formal konsumen. Tingkat kepedulian konsumen di Kota Bandung masih dapat ditingkatkan, dengan cara memberikan informasi yang lebih intensif mengenai residu pestisida serta bahayanya terhadap kesehatan.Since it is global issue, the problem of pesticide residue on vegetables has become more serious and needs immediate attention from all related parties. With regards to this concern, a baseline study was carried out to assess consumers awareness of pesticide residue and factors that may influence this awareness, especially on tomato. A consumer survey was conducted in May-June 2003 in Bandung. Data were collected from interviewed with 162 respondents who were selected by using cluster sampling method. The results showed that consumers’ awareness of pesticide residue on tomatoes was influenced by motivation, knowledge, and consumers’ perception on risks.  Knowledge was influenced by information received and the level of formal education attended.  The level of consumers’ awareness in Bandung could still be increased by providing information on pesticide residue and its danger on health more intensively.
Persepsi Publik terhadap Keberadaan Pertanian Ur ban di Ja karta dan Bandung Adiyoga, Witono; Dimyati, Ahmad; Soetiarso, Thomas Agoes; Ameriana, Mieke; Suherman, Rahman
Jurnal Hortikultura Vol 14, No 2 (2004): Juni 2004
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-No vem ber 2001 di dua daerah ur ban di Ja karta dan Bandung.Kegiatan survai dilakukan untuk menghimpun persepsi dan pengetahuan responden mengenai keberadaanpertanian ur ban, melalui wawancara menggunakan kuesioner. Responden sejumlah 39 orang (Ja karta) dan 41orang (Bandung) dipilih secara sengaja dari beberapa institusi terkait, perguruan tinggi, dan lembaga swadayamasyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden memberikan tanggapan positif terhadapkeberadaan pertanian ur ban. Sementara itu, jenis kegiatan yang menjadi preferensi sebagian besar responden adalahpengusahaan hortikultura (sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias), tidak saja dari sisi produksi, tetapi juga termasukpengolahannya. Sebagian besar responden mendukung penempatan kegiatan pertanian ur ban hampir di setiap lokasiyang secara teknis memenuhi syarat dan secara ekologis maupun estetis tidak mengganggu/merusak atau mengarahpada kegiatan yang bersifat kontra produktif. Responden juga berpendapat bahwa sebaiknya ada ar eal khusus di daerahur ban yang dialokasikan maupun yang dilarang untuk kegiatan pertanian. Menurut persepsi responden, tanggung jawabpembinaan yang perlu dilaksanakan secara terpadu oleh institusi pertanian, penataan kota, dan perencanaan harusmeliputi (a) memberikan pelayanan penyuluhan dan bantuan teknis bagi pelaku pertanian ur ban, (b) mengidentifikasilokasi yang memungkinkan untuk kegiatan pertanian ur ban, (c) menyusun formulasi kebijakan atau peraturanmenyangkut kegiatan pertanian ur ban, (d) memonitor kegiatan pertanian ur ban, dan (e) melakukan registrasi danpemberian ijin untuk kegiatan pertanian ur ban. Namun demikian, pengamatan dan pengalaman pribadi respondenmengindikasikan bahwa peranan institusi terkait dalam melakukan fasilitasi pengembangan pertanian ur ban di Ja -karta dan Bandung masih perlu terus ditingkatkan. Dua isu penting yang dipersepsi responden membatasiperkembangan pertanian ur ban adalah isu akses dan ketersediaan lahan, serta isu kelembagaan berhubungan dengandukungan kebijakan, regulasi, dan perencanaan. Strategi promosi yang harus dilakukan oleh berbagai instansi terkait(pertanian, penataan kota, dan perencanaan) menurut pendapat responden pada dasarnya, mengarah pada berbagaiupaya untuk melembagakan (institutionalization) pertanian ur ban ke dalam perencanaan pengembanganperkotaan. Secara berurutan, responden berpendapat bahwa prioritas tindakan yang perlu dilakukan berkenaan denganpengembangan pertanian ur ban adalah (1) menetapkan kebijakan yang jelas mengenai keberadaan pertanian ur ban sertaketerpaduannya dengan perencanaan pengembangan perkotaan yang dituangkan ke dalam peraturan daerah, (2)melakukan sosialisasi pertanian ur ban ke semua tingkatan masyarakat, tidak saja menyangkut potensi manfaatnya,tetapi juga mengenai kemungkinan dampak negatifnya (ekonomis dan ekologis), (3) memberikan pelatihan/penyuluhanteknologi tepat guna untuk mendukung kegiatan produksi, pengolahan, dan pemasaran beserta pro grampercontohannya, dan (4) memberikan fasilitasi, terutama kemudahan memperoleh lahan garapan dan kredit, kepadapelaku pertanian ur ban.Pub lic per -cep tion of ur ban ag ri cul ture ex is tence in Ja karta and Bandung. This study was con ducted from Au gust to No -vem ber 2001 in ur ban Ja karta and Bandung. A sur vey was car ried out to col lect in for ma tion re gard ing pub licper cep tion and knowl edge on the ex is tence of ur ban ag ri cul ture, through in ter views by us ing a questionaire.Respondents (39 and 41 from Ja karta and Bandung, re spec tively) were se lected pur pos ively from some in sti tu -tions, such as ag ri cul tural of fices, city plan ning of fices, uni ver si ties, and non-gov ern men tal of fices. Re sults in di -cate that all re spon dents show pos i tive opin ion and re sponse with re gard to the ex is tence of ur ban ag ri cul ture.Ag ri cul tural ac tiv ity pre ferred by most re spon dents is hor ti cul ture (veg e ta bles, fruits, and ornamentals), not onlyfrom pro duc tion side, but also on pro cess ing. Most re spon dents sup port all lo ca tions that sat isfy the tech ni cal re -quire ments for car ry ing out ag ri cul tural ac tiv i ties as long as they are eco log i cally and aes thet i cally sound. Re spon -dents sug gest not only the al lo ca tion of spe cial area for con duct ing ag ri cul tural ac tiv i ties, but also the pro hi bi tionof par tic u lar area to be used that may lead to coun ter pro duc tive ac tiv i ties. Most re spon dents per ceive that the re -spon si bil ity for guid ing the de vel op ment of ur ban ag ri cul ture should be car ried out as an in te grated ef fort from ag -ri cul tural and city plan ning of fices that may in clude (a) pro vid ing ser vices, ex ten sion, and tech ni cal as sis tance tour ban ag ri cul ture ac tors, (b) iden ti fy ing lo ca tions most fea si ble for ur ban ag ri cul ture ac tiv i ties, (c) for mu lat ingpol i cies or legislations to reg u late ur ban ag ri cul ture ac tiv i ties, (d) mon i tor ing ur ban ag ri cul ture ac tiv i ties, and (e)con duct ing reg is tra tion and pro vid ing per mits for ur ban ag ri cul ture ac tiv i ties. How ever, re spon dents’ per sonal ob -ser va tion and ex pe ri ence in di cate that the ef fec tive ness of these in sti tu tions in car ry ing out their roles still needssome im prove ments. Two im por tant is sues con sid ered im por tant by most re spon dents that may limit or ham per thede vel op ment of ur ban ag ri cul ture are land ac cess/avail abil ity and in sti tu tional as pects re lated to pol icy, reg u la tionand plan ning sup ports. Most re spon dents per ceive that the pro mo tion strat egy of ur ban ag ri cul ture should beaimed at in sti tu tion al iz ing the in te gra tion of ur ban ag ri cul ture plan ning into ur ban/city de vel op ment plan ning.There are some pri or ity ac tions re spec tively sug gested by re spon dents in de vel op ing ur ban ag ri cul ture, those are(1) formulating clear policies regarding the existence of urban agri culture and its integration to the city development planning that is documented in regional legis lation/regulation, (2) socializing the existence of urban agri culture to alllev els, not only its po ten tials, but also its neg a tive im pacts, eco nom i cally, and eco log i cally, (3) pro vid ing train ing/ex -tension on appropriate technol ogy to support production, processing and marketing activities, including its dem onstra -tion programs/plots, and (4) providing facil itation, especially access to land and credit to urban agri culture producers.
Pertumbuhan, Hasil, dan Kelayakan Finansial Penggunaan Mulsa dan Pupuk Buatan pada Usahatani Cabai Merah di Luar Musim Soetiarso, Thomas Agoes; Ameriana, Mieke; Prabaningrum, Laksminiwati; Sumarni, Nani
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 1 (2006): Maret 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v16n1.2006.p%p

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan, hasil, dan kelayakan finansial penggunaan mulsa dan pupuk buatan pada usahatani cabai merah di luar musim. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung, Jawa Barat (±1.250 m dpl) pada musim hujan (Oktober 1999 – Juli 2000). Rancangan percobaan menggunakan petak terpisah. Mulsa sebagai petak utama dan sebagai anak petak adalah dosis pemupukan berimbang, serta ulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tidak terjadi interaksi yang nyata antara mulsa plastik hitam perak dan dosis pupuk (NPK) terhadap pertumbuhan dan hasil cabai. Secara independen, penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan jumlah buah sehat per tanaman, bobot buah sehat per tanaman, dan bobot buah sehat per petak secara nyata. Penggunaan mulsa plastik hitam perak juga dapat menekan serangan Thrips, namun tidak berpengaruh terhadap kerusakan akibat serangan ulat grayak, Spodoptera litura. Penggunaan ketiga dosis pupuk (NPK) yang diuji tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah buah sehat per tanaman, bobot buah sehat per tanaman, bobot buah sehat per petak, dan tidak berpengaruh terhadap kerusakan tanaman cabai oleh Thrips dan S. litura. Secara teknis penggunaan mulsa plastik hitam perak dan dosis pupuk (150 kg N/ha + 150 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha) memberikan hasil produksi cabai yang tinggi (147,36 kg per 220 m2) dan efisien dari segi penggunaan pupuk. Secara ekonomis hasil analisis anggaran parsial juga menunjukkan bahwa perlakuan tersebut merupakan perlakuan yang paling menguntungkan, ditunjukkan oleh tingkat pengembalian marjinalnya paling tinggi (557,51%). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai teknologi alternatif untuk usahatani cabai merah di luar musim.The objectives of this experiment were to assess the growth, yield, and financial feasibility of the use of mulch and inorganic fertilizer on hot pepper off-season cultivation. The experiment was conducted in Margahayu Experimental Garden, Indonesian Vegetable Research Institute, Lembang, Bandung, West Jawa (± 1,250 m asl) by using split plot design. Mulch was designed as main plot, while balanced-fertilization was arranged as subplot. Each combination was repeated 3 times. Results indicated that there was no significant interaction between the use of black-silver plastic mulch and (NPK) fertilizer dosages. Independently, the use of black-silver plastic mulch could significantly increase the number and weight of healthy fruits per plant, and the weight of healthy fruits per plot. The use of black-silver plastic mulch could also suppress the infestation by Thrips, but unable to prevent yield loss caused by Spodoptera litura. The three dosage levels of (NPK) fertilizer did not show any significant effects to the number and weight of healthy fruits per plant, and the weight of healthy fruits per plot. Furthermore, these treatments also did not show any relationships with yield loss caused by Thrips and S. litura. Technically, the use of plastic mulch and fertilizer (150 kg N/ha + 150 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha) provided a relatively high yield (147.36 kg per 220 m2) and indicated high efficiency of fertilizer use. Meanwhile, partial budget analysis also showed that such treatment provided the highest profit as indicated by highest of marginal return (557.51%). It suggests that this technological component may be used as an alternative agronomic practices in hot pepper off-season cultivation.
Segmentasi Pasar dan Pemetaan Persepsi Atribut Produk Beberapa Jenis Sayuran Minor (Under-utilized) Witono Adiyoga; Mieke Ameriana; Thomas Agus Soetiarso
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 4 (2008): Desember 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n4.2008.p%p

Abstract

Kegiatan penelitian survai konsumen dilaksanakan di Kelurahan Sukasari dan Lembang, Bandung, Jawa Barat pada bulan Agustus-November 2004. Responden dipilih menggunakan metode multistage cluster sampling. Responden ibu rumah tangga sebanyak 50 orang dipilih secara acak dan proporsional dari kedua kelurahan tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Pada studi awal ini komoditas sayuran minor (under-utilized) yang dipilih adalah koro/roay jengkol, katuk, kecipir, dan labu siam. Untuk keperluan mempelajari posisi sayuran minor tersebut dipilih pula 4 komoditas lain yang dapat dianggap sebagai padanan atau substitusi, yaitu kacang jogo, bayam, kacang panjang, dan zukini. Atribut produk yang dipelajari meliputi (a) kandungan gizi tinggi, (b) berfungsi juga sebagai obat, (c) rasa enak, (d) tahan simpan, (e) harga mahal, dan (f) mudah diperoleh di pasar. Penelitian ini diarahkan untuk mengidentifikasi segmentasi pasar dan memetakan persepsi konsumen menyangkut beberapa atribut produk sayuran minor. Hasil penelitian mengidentifikasi 2 klaster atau segmen konsumen untuk setiap komoditas dengan karakteristik yang berbeda. Jumlah anggota klaster 1 secara konsisten selalu lebih besar dibandingkan klaster 2 untuk semua komoditas, sehingga upaya perbaikan untuk semua komoditas sayuran minor disarankan lebih diarahkan ke segmen konsumen yang pertama. Sementara itu, berdasarkan perbandingannya dengan komoditas padanan/substitusi (kacang jogo, bayam, zukini, dan kacang panjang), atribut produk yang perlu diperbaiki adalah atribut rasa enak dan gizi tinggi (kacang koro/roay), fungsi sebagai obat dan ketahanan simpan (labu siam), serta ketersediaan (kacang koro/roay, katuk, dan kecipir).ABSTRACT. Adiyoga, W., M. Ameriana, and T. A. Soetiarso. 2008. Market Segmentation and Perceptual Mapping of Product Attributes of Some Minor/under-utilized Vegetables. Consumer surveys were carried out in Sukasari and Lembang Subdistrict, Bandung, West Java from August to November 2004. This study was aimed to identify market segmentation and consumer’s perceptual mapping regarding product attributes of some minor (under-utilized) vegetables. Multi-stage cluster sampling was used to select 50 respondents who were proportionally and randomly drawn from those 2 subdistricts. Data were gathered through interviews by using a structured questionnaire. In this preliminary study, 4 minor vegetables were chosen; those were lima bean, stragooseberry, winged bean, and chayote. For the purpose of examining the product positioning of these 4 minor vegetables, 4 other vegetables that were considered as their substitute (bean, spinach, yard-long bean, and zucchini) were also involved. Product attributes examined were (a) high nutrient content, (b) medicinal purpose, (c) taste good/delicious, (d) long shelf-life, (e) price/expensive, and (f) availability. Results have identified 2 clusters or 2 market segments with different characteristics for each commodity. Number of cases/respondents in cluster 1 was consistently larger than that in cluster 2 for all commodities. Hence, the effort for improvements was suggested to be more focus to cluster 1 or consumer segment 1. Meanwhile, based on the comparison with their substitutes, some attributes that should be considered for improvement were taste and nutrient content (for lima bean), medicinal purpose, and shelf-life (for chayote), and availability (for lima bean, stragooseberry, and winged bean).
Pengkajian Ex Ante Manfaat Potensial Adopsi Varietas Unggul Bawang Merah di Indonesia witono diyoga; Thomas Agus Soetiarso; Mieke Ameriana; Wiwin Setiawati
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 3 (2009): September 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v19n3.2009.p%p

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-November 2006 dan ditujukan untuk melakukan simulasibesaran serta distribusi surplus ekonomik yang merupakan dampak potensial introduksi varietas unggul bawang merahdi Indonesia. Studi ini memanfaatkan teknik analisis surplus ekonomik berdasarkan asumsi sistem perekonomiantertutup dan produk tunggal bawang merah yang bersifat homogen. Perubahan teknologi yang diakibatkan olehintroduksi varietas unggul bawang merah dapat meningkatkan total dan domestik surplus sebagai konsekuensi daripeningkatan reduksi biaya dan produktivitas. Peningkatan produktivitas akan meningkatkan manfaat penggunaanteknologi varietas unggul bawang merah searah dengan dampak peningkatan reduksi biaya input per hektar. Hasilanalisis mengindikasikan bahwa inovasi varietas unggul baru ke dalam subsektor bawang merah Indonesia memilikipotensi dampak yang tinggi terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat. Semua skenario yang disimulasikan untukvarietas unggul bawang merah menghasilkan manfaat ekonomis tinggi. Skenario terburuk (P8) menghasilkan manfaatnasional sebesar Rp. 4,9 milyar, sedangkan skenario terbaik (P5) menghasilkan manfaat nasional sebesar Rp. 631,4milyar. Petani bawang merah masih tetap dapat memperoleh keuntungan walaupun harga satuan luarannya lebih rendah,karena teknologi baru (varietas unggul) akan meningkatkan produksi yang dapat dipasarkan dan menurunkan biayaproduksi. Tingkat adopsi varietas unggul baru bawang merah akan berpengaruh besar terhadap besaran manfaat danpada gilirannya akan bergantung pula kepada premium benih yang harus dibayar petani. Untuk petani atau perusahaanbenih, keuntungan akan meningkat sejalan dengan semakin tingginya mark-up benih dalam kondisi tertentu, tetapijuga akan menurun jika tingkat adopsinya lebih rendah. Dengan demikian, ada semacam economic trade-off antaramark-up benih dengan tingkat adopsi.ABSTRACT. Adiyoga, W., T. A. Soetiarso, M. Ameriana, and W. Setiawati. 2009. Ex-ante Assessment of PotentialBenefits for Adopting a New High Yielding Shallots Variety in Indonesia. The study carried out in April-November2006 was aimed to simulate the size and distribution of the economic surplus generated by the introduction and adoptionof new high yielding shallots variety in Indonesia. This study employed the economic surplus technique assumingthe existence of a closed economy, and dealt with a single homogeneous good. Technological change brought by theintroduction of high yielding shallots variety increased the total and domestic surplus change as a consequence ofincreases in cost reduction and yield. Increases in yield per hectare increased the benefits of the high yielding shallotsvariety technology in the same direction as increases in the cost reduction in input per hectare. The results indicatedthat high yielding variety innovations applied to Indonesia’s agricultural sector had a potential positive economicimpact and increased the society’s economic welfare. All the scenarios simulated for the high yielding shallots varietyincreased the domestic economic surplus. The worst scenario (P8) produced national benefits of Rp. 4.9 billion, whilefor the best scenario (P5), the national benefits were Rp. 631.4 billion. Shallot farmers would gain more profit evenwithout raising the output price, because the technology would increase the marketable yield and lower productioncosts. The extent of adoption of the shallots variety would largely influence the magnitude of the domestic benefitsand depend among other factors on the seed premium farmers had to pay. For the seed grower/company, profits mightincrease with higher seed mark-up under certain conditions, but through lower adoption rates they might also decrease.There was therefore an economic trade-off between the seed mark-up and the adoption rates
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepedulian Konsumen terhadap Sayuran Aman Residu Pestisida Mieke Ameriana; R S Natwanidjaja; B Arief; - Rusidi; M H Karmana
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 1 (2006): Maret 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v16n1.2006.p%p

Abstract

Permasalahan adanya kandungan pestisida pada sayuran merupakan masalah yang cukup serius dan harus segera ditangani oleh semua pihak yang berkepentingan, karena sudah menjadi isu global. Untuk tujuan tersebut telah dilakukan suatu penelitian yang bersifat studi pendasaran dengan tujuan untuk  mengkaji tingkat kepedulian konsumen terhadap residu pestisida serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, khususnya  pada buah tomat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2003 di Kota Bandung, menggunakan metode survei. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai 162 orang responden yang dipilih dengan menggunakan metode pengambilan contoh berklaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepedulian konsumen terhadap adanya residu pestisida pada buah tomat dipengaruhi oleh faktor-faktor motivasi konsumen, pengetahuan konsumen, serta persepsi konsumen terhadap risiko. Sementara itu, pengetahuan konsumen dipengaruhi oleh informasi yang diterima konsumen serta tingkat pendidikan formal konsumen. Tingkat kepedulian konsumen di Kota Bandung masih dapat ditingkatkan, dengan cara memberikan informasi yang lebih intensif mengenai residu pestisida serta bahayanya terhadap kesehatan.Since it is global issue, the problem of pesticide residue on vegetables has become more serious and needs immediate attention from all related parties. With regards to this concern, a baseline study was carried out to assess consumers awareness of pesticide residue and factors that may influence this awareness, especially on tomato. A consumer survey was conducted in May-June 2003 in Bandung. Data were collected from interviewed with 162 respondents who were selected by using cluster sampling method. The results showed that consumers’ awareness of pesticide residue on tomatoes was influenced by motivation, knowledge, and consumers’ perception on risks.  Knowledge was influenced by information received and the level of formal education attended.  The level of consumers’ awareness in Bandung could still be increased by providing information on pesticide residue and its danger on health more intensively.