Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Semen Quantity and Quality of Two Fowl Strains Supplemented with Vitamin E (α–Tocopherol) Nataamijaya, AG; Soetisna, A; Rejeki, Sri
ANIMAL PRODUCTION Vol 7, No 2 (2005): May
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman, Faculty of Animal Science, Purwokerto-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.371 KB)

Abstract

The study on semen quantity and quality of Kampung and Arab fowl under various levels of vitamin E supplementation was conducted, using 2x4 factorial Completely Randomized Design with 4 replicates.  Analysis of variance followed by Duncan New Multiple Range Test were used to analyze the data.  Levels  of vitamin E given orally were 0 IU (control); 2 IU (t1); 4 IU (t2) and 8 IU (t3) per bird daily.  The results showed that semen volume was not affected by genotype (Kampung: 0.26 ± 0.05 ml Vs.  Arab: 0.22 ± 0.05 ml) while the vitamin E treatments significantly (P<0.05) affected the semen volume i.e. 0.16 ± 0.06 ml (control); 0.27 ± 0.04 ml (t1); 0.28 ± 0.03 ml (t2) and 0.23 ± 0.03 ml (t3).  Semen viscosity was not affected by genotype, but was substantially affected by vitamin E treatments.  The semen pH was not influenced by all treatments given, spermatozoa concentration of Kampung (1.80 ± 0.39 billion/ml) was not significantly different with that of Arab (1.86 ± 0.16 billion/ml).  Vitamin E treatments resulted in different (P<0.05) spermatozoa concentration among control (1.50 ± 0.16 billion/ml), t1 (1.98 ± 0.14 billion/ml), t2 (2.01 ± 0.09 billion/ml) and t3 (1.87 ± 0.18 billion/ml).  No significant different found on semen mass movement between Kampung and Arab, also among vitamin E treatments.  The spermatozoa motility of Kampung and Arab was not statistically different, however vitamin E improved motility significantly (P<0.05); control (2.90 ± 0.59); t1 (3.5 ± 0.16); t2 (3.54 ± 0.25) and t3 (3.44 ± 0.48).  Percentage of dead spermatozoa of Kampung and Arab were 18.24 ± 1.98% and 17.35 ± 2.74%, while vitamin E supplementation results were as follows 18.10 ± 3.03% (control); 18.54 ± 2.01% (t1); 17.72 ± 1.47% (t2) and 16.82 ± 2.87% (t3) no significant different was found.  Percentage of abnormal spermatozoa of Kampung (4.35 ± 0.80%) and Arab (4.64 ± 0.87%) was not different statistically.  Among the vitamin E treatments the results was as follows 4.31 ± 1.40% (control); 4.75 ± 0.69% (t1); 4.94 ± 1.91% (t2) and 3.97 ± 1.14% (t3).  However, significant (P<0.05) interaction effects were found in Kampung males at treatment t2 (4 IU) and t3 (8 IU). (Animal Production 7(2): 67-73 (2005) Key Words: Kampung, Arab, Fowl, Semen, Vitamin E
Profil hormon progesteron dan luteinizing hormone (LH) kerbau betina dalam keadaan reproduksi normal dan setelah pemberian PGF2 Alpha G Wanananda; D Sastradipradja; P Paridjo; R Widjajakusuma; H Permadi; Iskandar .; A Soetisna; J.T. Batussama
Hemera Zoa Vol. 71 No. 1 (1983): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.441 KB)

Abstract

Dalam penelitian ini dilakukan tehnik radioimmunoassay (RIA) untuk analisa hormon progesteron dan LH pada kerbau betina bersiklus normal dan setelah pemberian PGF2 alpha. Hewan percobaan yang dipakai adalah delapan hewan krbau betina dewasa yang diberi makan dan minum secara ad libitum. Prepara PGF2 alpha yang diberikan adalah Enzaprost-F, secara intra-uterin, sebanyak dua kali pemberian dengan selang waktu sebelas hari dengan dosis 3-7 mg/hewan setiap kali pemberian. Pada profil hormon normal kadar progesteron mulai meningkat pada hari ke-6 dan mencapai puncak pada hari ke-12 yaitu 423 +- 60.3 pg/ml. Kadar progesteron pada saat estrus berkisar antara 24-253 pg/ml. Kadar LH basal adalah sekitar 0.1 pg/ml. Kadar progesteron setelah penyuntikan PGF2 alpha pertama maupun kedua berkisar antara 28-200 pg/ml. Profil LH setelah perlakuan pada dasarnya sama dengan yang diamati untuk siklus normal. Kerbau betina bersiklus normal memperlihatkan pola hormon progesteron dan LH dalam kualitas tidak berbeda dengan pola pada hewan ternak pemamah biak lain. Perbedaan itu terletak pada nilai kadar hormon yang lebih rendah yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti misalnya ciri genetik bangsa hewan dan mungkin juga berbagai keadaan cekaman (stress) seperti kualitas dan kuantitas makanan yang kurang baik, kondisi eksperimen, tatalaksana yang kurang baik dan sebagainya. Perlakuan dengan PGF2 alpha menyebabkan regresi corpus luteum yang dicerminkan oleh penurunan kadar peogeteron sampai ke nilai basal. Tumbuhnya puncak LH merupakan indikasi terjadinya ovulasi. Berdasarkan data tersebut, PGF2 alpha dapat dipakai sebagai penyerentak birahi pada kerbau yang diikuti oleh kemungkinan fertilitas, jika didukung oleh proses pematangan ovum yang cukup pada saat pemberian PGF2 alpha yang kedua.