This Author published in this journals
All Journal Hemera Zoa
G Wanananda
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Uji radioimun untuk progesteron G Wanananda; D Sastradipradja; P Paridjo
Hemera Zoa Vol. 71 No. 1 (1983): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A radioimmunoassay (RIA) for progesterone plasma of various animal species had been applied and validated in our laboratory. The method used antisera against 11 alpha hydroxy progesterone raised in goats (donated by Dr. L.E Edqvist, Sweden) in a 1:2000 dilution. A sensitivity of 10 pg/ml was obtained based on the readings for this concentration which was statistically different from a zeroconcentration (p
Profil hormon progesteron dan luteinizing hormone (LH) kerbau betina dalam keadaan reproduksi normal dan setelah pemberian PGF2 Alpha G Wanananda; D Sastradipradja; P Paridjo; R Widjajakusuma; H Permadi; Iskandar .; A Soetisna; J.T. Batussama
Hemera Zoa Vol. 71 No. 1 (1983): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.441 KB)

Abstract

Dalam penelitian ini dilakukan tehnik radioimmunoassay (RIA) untuk analisa hormon progesteron dan LH pada kerbau betina bersiklus normal dan setelah pemberian PGF2 alpha. Hewan percobaan yang dipakai adalah delapan hewan krbau betina dewasa yang diberi makan dan minum secara ad libitum. Prepara PGF2 alpha yang diberikan adalah Enzaprost-F, secara intra-uterin, sebanyak dua kali pemberian dengan selang waktu sebelas hari dengan dosis 3-7 mg/hewan setiap kali pemberian. Pada profil hormon normal kadar progesteron mulai meningkat pada hari ke-6 dan mencapai puncak pada hari ke-12 yaitu 423 +- 60.3 pg/ml. Kadar progesteron pada saat estrus berkisar antara 24-253 pg/ml. Kadar LH basal adalah sekitar 0.1 pg/ml. Kadar progesteron setelah penyuntikan PGF2 alpha pertama maupun kedua berkisar antara 28-200 pg/ml. Profil LH setelah perlakuan pada dasarnya sama dengan yang diamati untuk siklus normal. Kerbau betina bersiklus normal memperlihatkan pola hormon progesteron dan LH dalam kualitas tidak berbeda dengan pola pada hewan ternak pemamah biak lain. Perbedaan itu terletak pada nilai kadar hormon yang lebih rendah yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti misalnya ciri genetik bangsa hewan dan mungkin juga berbagai keadaan cekaman (stress) seperti kualitas dan kuantitas makanan yang kurang baik, kondisi eksperimen, tatalaksana yang kurang baik dan sebagainya. Perlakuan dengan PGF2 alpha menyebabkan regresi corpus luteum yang dicerminkan oleh penurunan kadar peogeteron sampai ke nilai basal. Tumbuhnya puncak LH merupakan indikasi terjadinya ovulasi. Berdasarkan data tersebut, PGF2 alpha dapat dipakai sebagai penyerentak birahi pada kerbau yang diikuti oleh kemungkinan fertilitas, jika didukung oleh proses pematangan ovum yang cukup pada saat pemberian PGF2 alpha yang kedua.