Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Maqasid al-Shariah in Contemporary Legal Systems: An Analysis of Digital Rights and Privacy Protection Arminsyah, Arminsyah
Al-Qadha : Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan Vol 12 No 2 (2025): Al-Qadha: Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan
Publisher : Hukum Keluarga Islam IAIN LANGSA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/qadha.v12i2.11178

Abstract

Maqasid al-Shariah, as the foundational framework of Sharia’s objectives, offers universal principles that remain highly relevant in addressing contemporary legal challenges. This article examines the application of Maqasid al-Shariah within modern legal systems, with a particular focus on the protection of digital rights and privacy—an increasingly urgent issue in the era of digital transformation. Specifically, this study explores how the objectives of preserving intellect (hifz al-aql) and property (hifz al-mal) intersect with current data protection and privacy regulations in digital environments. Employing a qualitative methodology grounded in literature review and legal analysis, the article finds that Maqasid al-Shariah offers a robust ethical framework capable of safeguarding both individual and collective interests in a balanced manner while upholding spiritual and moral values. The study also addresses the challenges of integrating Maqasid al-Shariah with secular legal systems, especially amid globalization and rapid technological advancement. The findings suggest that embedding Maqasid al-Shariah into digital privacy regulations could serve as a strategic approach to building legal systems that are more inclusive, adaptive, and just. Therefore, the article concludes by emphasizing the need to further elaborate the policy implications of this framework to enhance its practical relevance and academic contribution. Ultimately, Maqasid al-Shariah is demonstrated to be both relevant and applicable as an ethical foundation for confronting legal challenges in the digital age.
War Crimes and Human Rights Violations through the Lens of Maqāṣid al-Syarī‘ah: A Normative and Ethical Analysis Arminsyah Arminsyah; Siti Arifah Syam
Bulletin of Indonesian Islamic Studies Vol. 4 No. 2 (2025): Bulletin of Indonesian Islamic Studies
Publisher : KURAS Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51214/biis.v4i2.1594

Abstract

The crime of war is one of the most egregious violations of international humanitarian law and basic human rights (HAM), significantly affecting individual lives and global stability. From an Islamic perspective, human rights violations—especially in the context of armed conflict—can be analyzed through the lens of Maqāṣid al-Syarī‘ah, which seeks to protect five fundamental principles: religion (din), life (nafs), intellect ('aql), lineage (nasl), and wealth (mal). This research aims to examine war crimes from the perspective of Maqāṣid al-Syarī‘ah and evaluate the extent of human rights violations in warfare that contradict sharia values. Utilizing a qualitative approach and normative descriptive analysis of various international legal documents along with both classical and contemporary Islamic literature, this study concludes that war crimes—including mass killings, torture, rape, and the destruction of civilian infrastructure—directly undermine the primary objectives of sharia, which are to safeguard life and uphold human dignity. Ultimately, this research affirms that Islam categorically prohibits all forms of destructive violence against human values. Furthermore, Maqāṣid al-Syarī‘ah can serve as a normative framework for developing ethical solutions to war crimes on an international scale.
PERSFEKTIF ISLAM, UNDANG-UNDANG 1945 DAN UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG HAK BURUH Arminsyah, Arminsyah
Jurnal Ilmiah Al-Hadi Vol 7 No 2 (2022): Januari - Juni
Publisher : Lembaga Jurnal dan Seminar Universitas Pembangunan Panca Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54248/alhadi.v7i2.4250

Abstract

Kajian mengenai buruh dan hak-hak yang melekat padanya tak pernah sunyi, pasalnya masih banyak yang belum mengetahui hak-hak buruh dalam Islam dan Perundang-undangan di Indonesia, tulisan ini mendeskripsikan tentang hak-hak buruh dalam persefektif Islam, undang-undang 1945 dan Undang-undang nomor 13 tahun 2013, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research dengan pendekatan Islam dan perundang-undangan di Indonesia. Penting dipahami hak-hak yang harus dipenuhi majikan/perusahaan/lembaga sebelum mempekerjakan buruh/pekerja.
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGA LISTRIKAN DAN FATWA MUI NO. 17 TAHUN 2016 TENTANG HUKUM MENCURI ARUS LISTRIK Arminsyah, Arminsyah; Mahamudi, Elva; Dasrianto, Vito
Jurnal Ilmiah Al-Hadi Vol 8 No 1 (2022): Juli - Desember
Publisher : Lembaga Jurnal dan Seminar Universitas Pembangunan Panca Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54248/alhadi.v8i1.4538

Abstract

Studi ini megkaji tentang KUHP Buku II Bab XXII Pasal 362 sampai dengan Pasal 367. Dalam Pasal 362 memberi pengertian tentang pencurian yang dalam pengertian tersebut memiliki salah satu unsur untuk dikatakan sebagai tindak pidana pencurian, yaitu mengambil sesuatu barang. Pengertian barang disini adalah segala sesuatu yang berwujud termasuk binatang, uang, baju, kalung, daya listrik, dan gas. Banyaknya pemberitaan mengenai tindak pidana pencurian diberbagai media massa baik itu media elektronik maupun media cetak. Tindak pidana pencurian tenaga listrik biasanya dilakukan oleh beberapa oknum, dari kalangan pemakai rumah tangga maupun dari kalangan pengusaha, tetapi ternyata tidak terbatas itu saja, di tempat Ibadah seperti Mesjid juga ditemukan praktek pencurian arus listrik, jika dilihat kasus semacam ini mempunyai alasan yang bermacam ragam, diantaranya adalah tidak menginginkan membayar yang lebih dari seharusnya, padahal pemakaian listrik yang melebihi batas tenaga listrik yang telah ditentukan atau disepakati itu merupakan suatu tindak pidana dan ada yang samasekali semata-mata mengambil langsung dari tiang listrik tanpa meteran
Alih Fungsi Harta Benda Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang Perwakafan Di Indonesia Dasrianto, Vito; Mahmudi, Elva; Arminsyah, Arminsyah
Jurnal Ilmiah Al-Hadi Vol 9 No 1 (2023): Juli - Desember
Publisher : Lembaga Jurnal dan Seminar Universitas Pembangunan Panca Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54248/alhadi.v9i1.4800

Abstract

This objective discusses the transfer of functions of waqf assets in the perspective of Islamic law and waqf law in Indonesia. In the fiqh literature, there is a difference of opinion among scholars regarding the prohibition of selling or converting waqf assets. Some scholars interpret this prohibition literally, thus arguing that waqf assets, such as mosques and mosque equipment, may not be sold or exchanged, even if they are no longer usable. However, there are scholars who understand that the prohibition only applies to waqf that can still be utilised, while old waqf that is no longer useful may be sold or exchanged. This opinion is particularly adopted by scholars who follow the school of Ahmad bin Hanbal, as explained in Ibn Qudamah's al-Muqni. Meanwhile, the Constitution of Islamic Law (KHI) explains that waqf assets basically cannot be changed or used other than the waqf pledge. However, there is a dispensation mechanism that allows the transfer of the function of waqf property with the approval of the sub-district Religious Affairs Office, the Sub-district Ulema Council, and the local Sub-district Head, provided that the reason for the transfer is in accordance with the public interest or because the waqf property is no longer in accordance with the waqf pledge. Waqf Law No. 41/2004 also regulates the transfer of waqf property functions. In principle, waqf assets are prohibited from being used as collateral, confiscated, granted, sold, inherited, donated, and transferred in other forms. However, there is an exception if the waqf asset is used for the public interest in accordance with the general spatial plan and does not conflict with Islamic law. Waqf assets that undergo a change in status must be exchanged for assets that have at least the same benefits and exchange value as the original waqf assets.
PERWAKAFAN DALAM KONSEP HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Dasrianto, Vito; Mahamudi, Elva; Arminsyah, Arminsyah
Jurnal Ilmiah Al-Hadi Vol 8 No 1 (2022): Juli - Desember
Publisher : Lembaga Jurnal dan Seminar Universitas Pembangunan Panca Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54248/alhadi.v8i1.4539

Abstract

Ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW yang sedikit menjelaskan tentang konsep wakaf dapat menjadi pedoman bagi para ahli fikih Islam. Sejak zaman Khulafa'ur Rasyidin sampai sekarang, dalam pembahasan dan pengembangan hukum wakaf menggunakan metode eksplorasi hukum (ijtihad). Oleh karena itu, sebagian besar hukum wakaf dalam Islam ditetapkan sebagai hasil ijtihad, dengan menggunakan metode ijtihad seperti qiyas, maslahah al-mursalah dan lain-lain. Penafsiran yang sering dilontarkan oleh para ulama, wakaf ini sangat identik dengan sadhaqahjariyyah, yaitu suatu amalan ibadah yang memiliki pahala yang terus mengalir selama masih dapat dimanfaatkan oleh kehidupan manusia. Berdasarkan konsep hukum Islam tentang wakaf harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tentang wakaf. dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang telah kami uraikan tadi, maka Pemerintah dan Nazhir harus mampu dan konsisten menjalankan peraturan tersebut dalam pengelolaan, pengawasan dan pengembangan tanah wakaf, barulah masyarakat akan merasakan pentingnya lembaga wakaf dalam kehidupannya. Maka, jika selama ini lembaga nazhir dikenal tidak profesional dan tidak aman terhadap harta benda wakaf yang dipercayakan kepadanya, maka nazhir akan terkubur dengan sendirinya. Dan ke depan, wakaf akan menjadi jawaban yang paling konkrit terhadap permasalahan sosial, khususnya peningkatan ekonomi guna mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat.
JAMINAN KESEHATAN DALAM ISLAM" (ANALISIS UNDANG-UNDANG JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA) -, Arminsyah
Jurnal Ilmiah Al-Hadi Vol 6 No 2 (2021): Januari - Juni
Publisher : Lembaga Jurnal dan Seminar Universitas Pembangunan Panca Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54248/alhadi.v6i2.4217

Abstract

Jaminan kesehatan rakyat adalah program yang digagas oleh Kementrian Kesehatan sebagai wujud amanah UUD 1945. Terhitung pada tanggal 1 Januari 2014, program ini dioperasikan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). dengan diterbitkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, MUI menyambut baik pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan kemudahan akses masyarakat pada fasilitas kesehatan sehingga makin banyak warga masyarakat yang merasakan manfaat program jaminan kesehatan tersebut. bertepatan pada agenda setiap 3 tahun sekali MUI menggelar sidang ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia yang ke-V di dalam sidang ini salahsatunya membahas tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. sidang ini melahirkan sebuah keputusan yang menegaskan bahwa program pemerintah ini hanya modus transaksional, secara umum program BPJS Kesehatan belum mencerminkan konsep ideal jaminan sosial dalam Islam. Beragam pendapat bermunculan ketika MUI pada tanggal 10 Juni 2015 resmi mengumumkan hasil dari sidang Ijtima’, bahwa BPJS Kesehatan tidak sesuai dengan prinsip syariah, MUI menilai program BPJS Kesehatan mengandung unsur-unsur yang menzolimi rakyat, berawal dari praktek akad yang tidak jelas sampai kepada terjadinya transaksi riba, garar, dan maisir. Media massa Nasional mengabarkan kritikan keras tokoh ormas Islam dan politik yang memunculkan pertanyaan kepada MUI. Beberapa mengatakan bahwa MUI seharusnya tidak sampai mengharamkan BPJS Kesehatan.
Protection of Intellectual Property Rights from the Perspective of Islamic Law and Legislation in Indonesia Arminsyah, Arminsyah
El-Sirry: Jurnal Hukum Islam dan Sosial Vol 2, No 2 (2024)
Publisher : UIN SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24952/ejhis.v2i2.14199

Abstract

This paper examines the existence of intellectual property rights (IPR) protection in the perspective of Islamic law and legislation in Indonesia. IPR protection is an important issue in the era of globalization, which requires harmony between national law and international legal principles. In the Indonesian context, in addition to referring to national legislation, this study also pays attention to how the principles of Islamic law view and regulate the protection of IPR. The research method used is qualitative with a normative and descriptive-analytical approach. The results show that Islamic law, although sourced from classical texts, has the flexibility to accommodate IPR protection through principles such as 'urf (custom), maslahat (benefit), and qiyas (analogy). Meanwhile, legislation in Indonesia has established a comprehensive range of rules to protect IPR, although its implementation still faces various challenges. This study concludes that there is significant harmony between Islamic law and Indonesian legislation in terms of IPR protection, which can be used as a basis for increasing the effectiveness of IPR protection in Indonesia.