Sindrom Nefrotik (SN) adalah penyakit glomerular yang ditandai dengan proteinuria berat (≥3g/24 jam), hipoalbuminemia (≤25g/L), edema anasarka dan hiperlipidemia yang sering ditemukan. Sindrom ini dapat menyerang baik anak-anak maupun dewasa pada semua umur dan dapat disebabkan oleh penyebab idiopatik atau primer, atau penyebab sekunder akibat penyakit infeksi, penyakit sistemik, keganasan, diabetes, dan akibat obat-obatan. Terapi spesifik pada SN ditentukan oleh histopatologi dan penyebab yang mendasari. Sel B atau limfosit B adalah bagian dari kunci dalam respons kekebalan tubuh yang disebut kekebalan humoral pada mamalia. Produksi sel B pada manusia berlangsung seumur hidup, dimulai di hati janin dalam kandungan kemudian di sumsum tulang setelah lahir. Sel B berkembang dari sel induk hematopoietik. Tahapan perkembangan sel B meliputi semua tahap diferensiasi awal, pematangan, interaksi antigen, dan pada akhirnya sintesis antibodi. Selama ini, SN dianggap sebagai penyakit yang dimediasi sel T. Pandangan baru mengarah pada peran potensial sel B dalam patogenesis SN. Salah satu mekanisme yang terjadi adalah sel B menghasilkan antibodi yang mengikat antigen pada permukaan podosit yang merupakan sel khusus di glomerulus dan memainkan peran kunci dalam proses filtrasi. Baik pada Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid (SNSS) maupun Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS), mekanisme penyebab keduanya masih belum jelas namun diduga memiliki hubungan erat dengan gangguan sistem imunitas, terutama sel B. Dari banyaknya subpulasi sel B yang berperan, B-cell activating factor (BAFF), yang termasuk dalam golongan tumor necrosis factor (TNF), merupakan sitokin esensial yang memiliki peranan penting pada maturasi, aktivasi, dan survival limfosit B.