Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS KEBERAGAMAN USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN LAHAN KERING DI KABUPATEN BANYUMAS Sularso, Kusmantoro Edy; Widjojoko, Tatang
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol 3, No 3 (2009)
Publisher : Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.549 KB)

Abstract

In Banyumas Regency, parts of dry land owned by farmers are used for cultivating dry land rice, food crops, cassava, and cattle farm. Aims of the research were 1) to analyze variations of farmers’ house hold efforts, 2) to calculate amount of farmers’ house hold income of on farm, off farm, and non farm sectors, 3) to know the contribution of various income from off farm and non farm sectors to farmers’ house hold income, 4) to know factors affecting variation levels of farmers house hold efforts. The method of the research used was a survey using 75 respondents. Efforts conducted by the house hold members were varied, consisting of 1) animal husbandry efforts such as duck, chicken, and goat cattle; 2) attempts on services of building labour, carpenter, and mason; 3) business on major needs, carpenter workshop, coconut sugar craftsman; 4) village officers, and 5) civil servants. Income of the dry land rice farm provided the highest contribution to the house income of the on farm. Meanwhile the income of animal husbandry efforts gave the highest contribution to the house income of the off farm. The income obtained from by the farmers’ house hold from the business gave the highest contribution to the income of the farmers’ house hold of the non farm business. The non farm income had the highest contribution to the house hold income of the farmers.Key words: house hold income, effort variation, farmers’ income.
Efisiensi Pemasaran Kapulaga di Desa Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Illahi, Ali Kurnia; Sularso, Kusmantoro Edy; Darmawati, Dindy
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 5, No 4 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2021.005.04.17

Abstract

Desa Sunyalangu merupakan satu – satunya desa di Kecamatan Karanglewas yang memproduksi kapulaga. Potensi produksi tersebut perlu diimbangi dengan pemasaran yang efisien untuk menciptakan keuntungan yang tinggi. Keterlibatan lembaga pemasaran mempengaruhi biaya pemasaran pada saluran pemasaran kapulaga dan adanya selisih harga kapulaga ditingkat petani dan  ditingkat konsumen akhir. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisis harga, biaya, dan keuntungan saluran pemasaran kapulaga di Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, 2) Mengetahui saluran pemasaran kapulaga yang paling efisien di Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Lokasi penelitian ditentukan secara (Purposive) di Desa Sunyalangu Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. Penentuan sampel yang dilakukan pada petani adalah simple random sampling  dengan hasil 65 sampel petani dan penentuan sampel yang dilakukan pada lembaga pemasaran adalah snowball sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, marjin pemasaran, farmer’s share, bagian biaya dan keuntungan, serta efisiensi teknis dan ekonomis. Hasil penelitian menunjukkan: 1) saluran III merupakan saluran pemasaran kapulaga dengan marjin pemasaran terkecil yaitu Rp. 150.000, 2) saluran III merupakan saluran pemasaran dengan nilai persentase farmers share terbesar yaitu 56,5%, 3) saluran III merupakan saluran yang memiliki nilai bagian biaya pemasaran terkecil dengan persentase 17,8% atau sebanyak Rp. 26.662 per kilogram dan bagian keuntungan terbesar dengan persentase 87,9% atau sebesar Rp. 133.314 /kg, 4) Saluran III merupakan saluran pemasaran kapualaga dengan nilai efisiensi teknis terkecil yaitu Rp. 50,4 /Kg/Km dan nilai efisiensi ekonomis terbesar yaitu Rp. 5 /kg.
ANALISIS KEBERAGAMAN USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN LAHAN KERING DI KABUPATEN BANYUMAS Kusmantoro Edy Sularso; Tatang Widjojoko
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian (J-SEP) Vol 3 No 3 (2009)
Publisher : University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In Banyumas Regency, parts of dry land owned by farmers are used for cultivating dry land rice, food crops, cassava, and cattle farm. Aims of the research were 1) to analyze variations of farmers’ house hold efforts, 2) to calculate amount of farmers’ house hold income of on farm, off farm, and non farm sectors, 3) to know the contribution of various income from off farm and non farm sectors to farmers’ house hold income, 4) to know factors affecting variation levels of farmers house hold efforts. The method of the research used was a survey using 75 respondents. Efforts conducted by the house hold members were varied, consisting of 1) animal husbandry efforts such as duck, chicken, and goat cattle; 2) attempts on services of building labour, carpenter, and mason; 3) business on major needs, carpenter workshop, coconut sugar craftsman; 4) village officers, and 5) civil servants. Income of the dry land rice farm provided the highest contribution to the house income of the on farm. Meanwhile the income of animal husbandry efforts gave the highest contribution to the house income of the off farm. The income obtained from by the farmers’ house hold from the business gave the highest contribution to the income of the farmers’ house hold of the non farm business. The non farm income had the highest contribution to the house hold income of the farmers.Key words: house hold income, effort variation, farmers’ income.
ANALISIS FINANSIAL PEMBUATAN SAPU GLAGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA (Studi Kasus Pada Industri Kecil Sapu Glagah) Kusmantoro Edy Sularso; Ratna Satriani; Nurul Hidayat
Agrin Vol 18, No 2 (2014): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2014.18.2.218

Abstract

Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah merupakan sentra penghasil sapu glagah. Sapu glagah adalah sapu yang terbuat dari ijuk rumput glagah. Permintaan tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga luar negeri,seperti Korea Selatan, Malaysia dan Taiwan, mencapai 200.000 unit/bulan. Tujuan  penelitian: 1) menganalisis biaya dan pendapatan usaha pembuatan sapu glagah; 2) melakukan analisis kelayakan usaha pada Industri Kecil pembuatan sapu glagah di Kabupaten Purbalingga. Sampel ditentukan secara purposif, yaitu Industri Kecil  dengan omset lebih dari 10 ribu per bulan, yaituBina Remaja , Sumber Rezeki, Sumber Rayung dan Rayung Abadi. Lokasi penelitian Kabupaten Purbalingga, metode penelitian  studi kasus. Metode analisis yaitu analisis biaya dan pendapatan serta analisis finansial . Hasil penelitian menunjukan bahwa produk yang dihasilkan  antara 50-60 persen untuk di ekspor. Tahun 2011, Bina Remaja memperoleh profit tertinggi yaitu sebesar Rp628,187,500.  Sumber Rayung mendapatkan profit negative sebesar Rp97,830,000. Hanya ada dua perusahaan yang secara finansial menguntungkan yaitu Sumber Rejeki, dengan NPV sebesar Rp173.395.192,00, IRR sebesar 58,70% dan B/C 3,2.  Bina Remaja, dengan NPV sebesar Rp396.859.412,00, IRR sebesar 47,14% dan B/C sebesar 2,1.  Sedangkan Rayung Abadi dan Sumber Rayung menunjukan NPV negatif.  Hasil observasi dan pengamatan ternyata para IKM sapu glagah belum mengadakan  pembukuan dalam mengelola usahanya.  Hal inilah yang diduga  menyebabkan pada saat  dianalisis secara finansial menghasilkan NPV negatif. Kendala yang dihadapi oleh IKM antara lain sifat musiman dari bunga glagah sebagai bahan baku utama dari sapu glagah, harga glagah yang tidak stabil serta pengrajin tidak dapat menentukan harga jual produknya. Harga ditentukan oleh para eksportir, sehingga IKM hanya sebagai price taker.  Pemilik Industri Kecil juga tidak pernah tahu harga sapu glagah di luar negeri, karena keterbatasan pengetahuan.  Kata kunci: glagah, kelayakan, industri  kecil price taker