Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki wilayah pesisir yang terletak di Kabupaten Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo. Daerah penelitian berlokasi di Kabupaten Bantul, secara administratif daerah penelitian terletak di Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada wilayah pesisir pantai di Kabupaten Bantul ditemukan adanya bentuk degradasi, sehingga identifikasi kerusakan wilayah pesisir penting untuk dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi, membandingkan dan memetakan kerusakan Pantai Pelangi-Tallwolu dan Pantai Depok. Selain itu, penelitian ini berperan sebagai upaya preventif kerusakan wilayah pantai yang bersinggungan langsung dengan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat seperti pengembangan sektor pariwisata dan alih guna lahan. Kegiatan tersebut merupakan faktor wilayah pantai lebih rentan mengalami kerusakan. Selain faktor alih guna lahan dan pengembangan pariwisata, degradasi yang terjadi di kedua pantai tersebut juga dipengaruhi oleh proses alam yaitu abrasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi, memetakan, dan membandingkan kerusakan di Pantai Pelangi-Tallwolu dan Pantai Depok. Membandingkan kerusakan dua pantai tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor alih guna lahan, pengembangan pariwisata dan faktor alam berpengaruh pada kerusakan pantai yang terjadi. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2024. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data primer berupa survei atau observasi lapangan serta analisis citra landsat Goggle Earth Pro tahun 2024. Metode analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dengan penilaian Indeks Kerentanan Pantai (IKP). Hasil perhitungan IKP menunjukkan bahwa Pantai Depok mengalami kerusakan yang lebih besar daripada Pantai Pelangi-Tallwolu dengan nilai IKP Pantai Depok 40,82 (Sedang) dibandingkan dengan Pantai Pelangi-Tallwolu 10,66 (Rendah) . Faktor-faktor penyebab degradasi di Pantai Depok dan Pantai Pelangi-Tallwolu di antaranya karena perubahan fungsi lahan, abrasi, dan pengembangan pariwisata.