Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENDATANG BARU PASCA KONFLIK SOSIAL TAHUN 1999 DI KOTA AMBON Fransina Matakena; Syane Matatula
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 4 No 2 (2021): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol4issue2page16-26

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan dua pendekatan dalam paradigma kualitatif, penelitian naratif dan penelitian fenomenologi. yang menggambarkan tentang kondisi pendatang yang sudah menetap lama sebelum konflik sosial terjadi di Kota Ambon, dan pendatang yang datang pasca konflik sosial di Kota Ambon. Penelitian ini dilakukan pada negeri Batumerah Kecamatan Sirimau dan Waringin Kelurahan Nusaniwe Kota Ambon. Konsep Hidup Orang Basudara menjadi icon orang Maluku dalam hidup bersama, saling menyatu dalam kehidupan tanpa ada rasa curiga, saling bergandengan menuju hidup yang berdampingan satu dengan yang lain, pendatang lama yang mendiami Kota Ambon bisa berdampingan secara baik dengan masyarakat lokal serta ada dalam harmonisasi hidup orang basudara yang terangkai indah dalam kebersamaan, pendatang baru mengalami kemandekan nilai-nilai hidup orang basudara karena sulitnya beradaptasi, asimilasi bahkan akulturasi sehingga menimbulkan social distance dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pendatang baru mengalami kesulitan menginternalisasi nilai hidup orang basudara karena pendatang sulit adaptasi yang baik, masih mempertahankan kosmos daerah setempat. Kata Kunci: Konsep Hidup Orang Basudara, Pendatang Baru, Kesulitan Internalisasi.
PEMERINTAHAN ADAT DAN KONFLIK INTERNAL DI NEGERI TITAWAI KECAMATAN NUSALAUT KABUPATEN MALUKU TENGAH Marthin Riruma; Tonny D. Pariela; Syane Matatula; Dominggus E. B. Saija
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 5 No 1 (2022): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol5issue1page59-79

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pemerintahan adat dan konflik internal di Negeri Titawai Kecamatan Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan lokasi penelitiannya pada Negeri Titawai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sebagai negeri adat maka Titawai juga mengenal sistem pemerintahan adat yang dipimpin oleh seorang raja. Raja yang memimpin pemerintahan adat tersebut sesuai aturan adat juga harus berasal dari matarumah parentah tidak boleh dari matarumah lain kecuali adat persetujuan dari matarumah parentah. Demikian maka sejak zaman leluhur mereka telah mengakui bahwa marga yang memiliki hak atau yang berkuasa untuk memerintah adalah marga Hehanussa. Adapun marga Hitijahubessy yang pernah memimpin pemerintahan atau menjadi raja di Negeri Titawai karena diangkat oleh penjajah Belanda, yang pada masa itu menangkap raja Hehanussa karena dianggap bekerja sama dengan Pattimura untuk melawan mereka. Pengangkatan marga Hitijahubessy untuk menjadi raja oleh penjajah Belanda karena dianggap dapat bekerjasama untuk memperlancar strategi politik Belanda, terutama dalam menguasai rempah-rempah di Negeri Titawai. Tindakan penjajah Belanda untuk menunjuk marga Hitijahubessy menjadi raja merupakan bentuk intervensi mereka terhadap sistem pemerintahan adat di Negeri Titawai pada saat itu. Kenyataan itu menyebabkan muculnya konflik antar laten antar kelompok masyarakat di Negeri Titawai.
BUDAYA MASOHI MASYARAKAT ADAT NEGERI SAMASURU - MALUKU Elsina Titaley; Syane Matatula
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 5 No 2 (2022): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol5issue2page80-97

Abstract

Masyarakat Negeri Samasuru sebagai masyarakat adat di Maluku yang menempati wilayah selatan Pulau Seram, di dalamnya terdapat banyak nilai budaya yang dipraktekkan termasuk nilai budaya masohi. Juga, nama Samasuru digunakan sebagai nama lambang adat beberapa negeri adat di Pulau Saparua, Pulau Haruku, pulau Nusalaut dan Pulau Ambon. Melalui metode penelitian kualitatif deskriptif diketahui bahwa terdapat hubungan sosial berdasarkan sejarah dari negeri-negeri yang menggunakan nama Samasuru. Pelaksanaan budaya masohi oleh masyarakat Negeri Samasuru sangat bermanfaat bagi kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang, dimana solidaritas sosial dalam masyarakat terus terbina bahkan mengalami peningkatan secara berkualitas. Saat ini pelaksanaan budaya masohi mengalami kelesuan oleh karena warga masyarakat telah memiliki fasilitas untuk menyelesaikan masalah pribadi, juga terbentuknya kelompok-kelompok di dalam masyarakat yang berkonflik sampai pada konflik fisik atas pengeruh pemerintah sebagai akibat sengketa batas wilayah kabupaten antara Kabupaten Maluku Tengah dengan Kabupaten Seram Bagian Barat. Kata Kunci: Budaya, masohi, Samasuru, solidaritas sosial, konflik. The Samasuru village community is an indigenous community in Maluku which occupies the southern region of Seram Island, in which many cultural values ​​that are practised including masohi cultural values. Also, the name Samasuru is used as the name of the traditional symbol of several indigenous villages on Saparua Island, Haruku Island, Nusalaut Island and Ambon Island. Through descriptive qualitative research methods, it is known that there are social relations based on the history of countries that use the name Samasuru. The implementation of masohi culture by the people of Samasuru village is very beneficial for both short and long-term interests, where social solidarity in society continues to be fostered and even increases in quality. At present, the implementation of masohi culture is experiencing sluggishness because members of the community already have the facilities to resolve personal problems, as well as the formation of groups within the community that are in conflict to the point of physical conflict over the influence of the government as a result of a district boundary dispute between Central Maluku Regency and Seram Regency. Keywords: Culture, masohi, Samasuru, social solidarity, conflict.