Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISA KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN: SEKOLAH SIAGA KEPENDUDUKAN (SSK) DALAM PERSPEKTIF TEORI AGIL TALCOTT PARSSONS Alfin Mahbi Awwaluddin; FX Sri Sadewo
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 5, No 1 (2021): Pebruari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v5i1.2021.181-191

Abstract

Pentingnya pendidikan akan pengendalian penduduk merupakan upaya untuk mengubah perilaku masyarakat untuk merencanakan dan membangun keluarga yang ideal. Sekolah Siaga Kependudukan merupakan sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran sebagai pengayaan materi pembelajaran, terdapat pojok kependudukan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan pendidikan kependudukan melalui Sekolah Siaga Kependudukan dalam perspektif AGIL Talcott Parsons, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, Penentuan Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Hasil penelitain menunjukkan (1) Adaptation, Sekolah Siaga Kependudukan bukan mata pelajaran baru,  materi pelajaran dipertajam yang disesuaikan dengan kondisi kependudukan saat ini, (2) Tujuan dari Sekolah Siaga Kependudukan menumbuhkan peserta didik yang sadar dan tanggung jawab terhadap kondisi kependudukan yang ada disekitarnya, (3) Integrasi pendidikan kependudukan melalui SSK baik dalam kurikulum dan kelembagaan, (4) Latency, membangun nilai dan moral pada individu yang berkarakter di tengah masyarakat, seperti sifat sadar kependudukan, peduli terhadap sesama, dan toleransi antar sesama.Kata Kunci: Pelaksanaan, Pendidikan Kependudukan, Perspektif teori AGIL
PRAKTIK RUWAT DESA SEBAGAI TRADISI MASYARAKAT PETANI: Studi Etnografi di Desa Wunut, Porong Sidoarjo Clarissa Ayu Fitri Ramadhani; FX Sri Sadewo
Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya Vol 27 No 2 (2025): December
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruwat Desa, a Javanese agricultural ritual, persists in Wunut Village, Sidoarjo, despite losing 66% of farmland to industrial conversion (1985-2024). This pattern appears across Java's industrializing regions, where villages lost 45-65% of agricultural land, yet ritual participation declined only 15-20%. How does an agricultural ritual persist when its material foundations vanish? Existing frameworks fail: Geertzian involution explains cultural maintenance through agricultural intensification, not cultural intensification when land disappears. This study applies Bourdieu's practice theory to reveal capital substitution, communities strategically replace declining economic capital with enhanced cultural and symbolic capital. Three-year ethnographic research (2022-2024) with 10 informants demonstrates three mechanisms: funding shifted from 85% farmer contributions (pre-1990s) to 60% non-farmer sources (post-2000s); communities preserve core elements (sacred site, wayang performance) while adapting peripherals (gunungan contents, organization); generational habitus transformed from cosmological conviction to pragmatic observance to heritage valorization. Cultural sustainability operates through strategic capital restructuring rather than material continuity, advancing beyond predictions of cultural decline and offering insights for agrarian-industrial transitions across Indonesia and the Global South.