Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Existence of the State of Brunei Darussalam in Advancing Education, Economy and Social Governance “Learning Reflections at the Sultan Syarif Ali University UNISSA Brunei Darussalam” Sumarto Sumarto; Emmi Kholilah Harahap; Ilham Dwitama Haeba
International Journal of Southeast Asia Vol 1 No 2 (2020): International Journal of Southeast Asia
Publisher : Yayasan Literasi Kita Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47783/journijsa.v1i2.159

Abstract

As a prosperous and developed country, of course the State of Brunei Darussalam has implemented a very good education, economy and government system in accordance with the state ideology that is firmly held, namely Malay Islam Beraja (MIB). In the aspect of education, socio-economics and leadership in Brunei Darussalam embody Islam that is Rahmatan lil alamin according to the explanation we have conveyed. Education in Brunei Darussalam is characterized by the dominance of Islamic Religious Education which is specifically managed by Kesultanana in the Haji Sultan Hassanal Bolkiah Foundation (YSHHB) as well as at the tertiary level such as at UBD (Universiti Brunei Darussalam), KUPU (Kolej Universiti Perguruan Ugama) Seri Begawan and UNISSA (Sultan Sharif Ali Islamic University).The Sultanate government as fully responsible for the education process also integrates Islamic religious education with science, where according to the teachings in the Qur'an and Hadith, all have a connection and are beneficial to humans. Likewise with progress in the economic sector, where the State of Brunei Darussalam is a producer of oil and gas in Southeast Asia and even globally, which supports the welfare of its people. A government system that continues to maintain security and stability by adhering to the MIB ideology, carrying out Islamic teachings very well, this can be seen from every policy and regulation delivered by the Sultanate.
ANALISIS KEMAMPUAN GURU PAI DALAM MELAKUKAN INOVASI PEMBELAJARAN DI MIN 4 REJANG LEBONG Helma Heryati; Sutarto Sutarto; Emmi Kholilah Harahap
Jurnal Literasiologi Vol 9 No 3 (2023): Jurnal Literasiologi
Publisher : Yayasan Literasi Kita Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47783/literasiologi.v9i3.533

Abstract

Seyogyanya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan inovasi pembelajaran. Karena MIN merupakan lembaga pendidikan formal yang khusus mempelajari agama Islam, maka guru PAI di MIN memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup luas tentang agama Islam, termasuk cara mengajarkannya dengan cara yang efektif dan menarik. Kemampuan guru PAI dalam melakukan inovasi pembelajaran di MIN sangat penting untuk meningkatkan mutu dan efektivitas pembelajaran agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam melakukan inovasi pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif kepada tiga orang guru PAI yang dianggap memiliki kemampuan dalam melakukan inovasi pembelajaran di MIN 4 Rejang Lebong. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa, Guru PAI di MIN 4 Rejang Lebong menciptakan lingkungan pembelajaran interaktif, menyenangkan dan efektif dengan menggunakan metode seperti diskusi kelompok, presentasi dan role play. Mereka juga memanfaatkan media pembelajaran dan mengintegrasikan Pendidikan Agama Islam dengan ilmu pengetahuan lainnya. Selain mengajar, guru PAI menjaga disiplin peserta didik, memberikan motivasi, dan mengelola administrasi kelas. Faktor pendukung seperti ketersediaan sumber daya, kerjasama antar guru, dukungan kepala madrasah, kesadaran guru untuk belajar, dan dukungan orang tua dan masyarakat, memainkan peran penting dalam inovasi pembelajaran PAI. Dengan faktor pendukung ini, guru PAI di MIN 4 Rejang Lebong dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan berdampak positif pada pendidikan agama Islam.
PENOLAKAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN UPAYA GURU PEMBIMBING DALAM MENANGANINYA STUDI KASUS DI SMP NEGERI 03 MUARADUA Ely Zetina; Dewi Purnama Sari; Emmi Kholilah Harahap
Jurnal Literasiologi Vol 10 No 1 (2023): Jurnal Literasiologi
Publisher : Yayasan Literasi Kita Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47783/literasiologi.v10i1.560

Abstract

Lingkungan sekolah adalah salah satu tempat berinteraksi dengan teman sebaya, akan tetapi dapat terjadi penolakan sosial. Ditemukan fakta dilapangan bahwa siswa mendapat penolakan sosial di lingkungan sekolah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Guru bimbingan konseling berupaya untuk memberikan layanan dan pendekatan untuk menyelesaiakan masalah siswa yang mengalami penolakan sosial di lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk penolakan sosial yang dirasakan oleh siswa di SMP 03 Muaradua. Untuk mengetahui faktor penyebab dan upaya guru dalam menyikapi siswa yang mendapat penolakan teman sebaya di lingkungan sekolah. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data yang diperoleh dari siswa yang mengalami penolakan, guru pembimbing. Bertujuan mendapatkan hasil yang akurat maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang didukung dengan keabsahan data menggunakan triangulasi, teknik analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa penolakan sosial yang dialami siswa adalah 1). Bentuk penolakan sosial ada 4 yaitu mengejek (dengan kalimat bodoh, culun, jelek, nama orang tua), ekspresi wajah (memalingkan muka dan menghindar), membatasi akses bermain (tidak pernah di ajak berkumpul dan di acuhkan), penolakan secara fisik (di tendang, di pukul dan di cubit). 2). Faktor penyebab terjadinya penolakan a). menjauhkan diri b). kurangnya komunikasi dengan orangtua, masyarakat dan guru, c). kepercayaan diri yang rendah, d). penampilan tidak sesuai dengan standar kelompok, e). status sosial rendah, f). terlalu menonjolkan diri g). tidak jujur. 3).upaya yang dilakukan oleh guru BK yaitu a). memberikan layanan konseling individu, b). layanan informasi dan c). layanan mediasi.